Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

"nabi saja akhirnya berdamai" yasser arafat di mata umat

Yasser arafat memantau reaksi umat islam terhadap perjanjian yang diteken dengan israel. berbagai agama di palestina, wawancara, dan komentar para tokoh umat islam

2 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA yang tak kenal Yasser Arafat, pejuang Palestina yang selalu memakai kafiyeh di kepala dan menyandang pistol Beretta di pinggangnya. Namanya bak legenda di seantero dunia, juga di Indonesia. Abu Ammar, begitu dia dipanggil oleh sahabat dan anak buahnya, memang layak mendapat simpati. Ia memimpin bangsa yang terusir karena kalah berperang melawan Israel. Orang-orang Palestina itu terusir dari Yerusalem, padahal di sana ada Masjidil Aqsa, salah satu masjid suci umat Islam, yang hingga sekarang di bawah kekuasaan Israel. Maka perjuangan bangsa Palestina untuk mengembalikan tanahnya yang diduduki Israel, di mata umumnya umat Islam Indonesia, adalah perjuangan suci karena itu berarti untuk membebaskan Masjidil Aqsa. Ketika Arafat memilih berdamai, sementara Yerusalem masih dikuasai Israel, sebagian umat Islam pun merasa kecewa. Sebuah demonstrasi diikuti ribuan orang berlangsung di Masjid Al Azhar, Jakarta Selatan. Para pengunjuk rasa, kebanyakan anak muda, untuk pertama kalinya mengutuk Arafat. Mereka yang membuat aksi itu tampaknya kurang peduli dengan alasan realitas politik. Tak peduli bagaimana sulitnya kondisi pergerakan Palestina setelah ditinggalkan sekutu Arabnya, sebagai ekor pemihakan Yasser Arafat pada Saddam Hussein saat tentara Irak menjarah Kuwait. Mereka melihat, yang dilakukan Arafat bukan berdamai, tapi menyerah kepada Israel. Kekecewaan seperti ini tak hanya merayap di kalangan sebagian umat di Jakarta, tapi juga di Pasuruan, Jawa Timur. Menjelang penandatanganan perjanjian damai itu, sejumlah kiai di kota kaum santri itu tak lupa membacakan qunut nazilah dalam salatnya, berdoa agar perdamaian itu urung ditandatangani. Meski demikian, tak sedikit pemuka Islam yang bisa memahami pilihan berat yang dilakukan Abu Ammar. Memang timbul sebuah kontroversi, tapi syukurlah, semua masih berlangsung dalam batas-batas yang wajar. Tapi yang menarik, ketika pekan lalu Yasser Arafat dan istrinya yang cantik berkunjung ke Jakarta, tak tampak lagi demonstrasi atau unjuk rasa terhadap dirinya. ''Itu kan karena kami menghormati tamu negara,'' ujar seorang tokoh demonstran yang kecewa berat terhadap Arafat. Pro dan kontra akan langkah Arafat itulah yang ditulis sebagai Laporan Utama kali ini, setelah dua kali berturut-turut TEMPO menurunkan Laporan Utama tentang babak baru hubungan PLO dan Israel (TEMPO edisi 11 dan 18 September 1993). Kali ini Laporan Utama tentang Yasser Arafat berusaha memantau reaksi di kalangan umat Islam Indonesia terhadap perdamaian yang ditempuh Presiden Palestina yang flamboyan itu. Ini disajikan dalam bagian pertama tulisan panjang tersebut. Tapi mengapa umat Islam di Indonesia selalu menghubungkan perjuangan Palestina dengan agama? Di sini disertakan boks: sebuah tulisan tentang agama orang Palestina. Di bagian kedua ini, ditampilkan wawancara khusus TEMPO dengan Pemimpin Palestina itu. Mengapa ia memilih berdamai? Bagaimana ia menanggapi kecaman terhadap dirinya di Indonesia? Lalu, di bagian ketiga, kami mencoba merekam pendapat sejumlah tokoh Islam di Indonesia, ihwal langkah Yasser Arafat yang sarat dengan risiko itu. Mulai Dubes Keliling dan eks Menteri Agama Alamsjah Ratu Perwiranegara, tokoh Muhammadiyah Amien Rais, cendekiawan Jalaluddin Rakhmat, Ketua Umum NU Abdurrahman Wahid, sampai tokoh ICMI Tutty Alawiyah. Ada yang mengecamnya, ada pula yang menunggu, tapi ada yang penuh pengertian, dan membela pilihan jalan damai Arafat. Amran Nasution

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus