Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Pandeglang mencatat sekitar 700 anak tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengalami drop out atau putus sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dari total kisaran 49 ribu siswa di tingkat SMP, ada sekitar 700 anak atau 1,5 persen mengalami drop out," kata Sekretaris Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Pandeglang Sutoto, Jumat, 28 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sutoto mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan anak putus sekolah. Mayoritas faktor sosial budaya, antara lain bullying, korban pelecehan seksual serta ajakan pindah ke pesantren salafi dan madrasah.
Atas kondisi tersebut, Sutoto mengatakan Pemkab Pandeglang tengah berupaya menyusun rancangan peraturan bupati (perbup) untuk mengatur penanganan dan solusi untuk mengatasi anak-anak putus sekolah itu. "Saat ini Pemkab Pandeglang sedang menyusun draf peraturan bupati, yaitu gerakan sarerea lulus sekolah," kata dia.
Menurut Sutoto, gerakan itu dibentuk oleh beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk mengatasi permasalahan putus sekolah, sekaligus untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung bagi seluruh siswa di Pandeglang. Dinas Pendidikan akan menjadi leading sector, dibantu dinas lain, seperti Dinas Sosial dan Baznas.
Sutoto menegaskan Pemkab Pandeglang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan bagi semua anak di daerah tersebut. "Bekerja sama antara pemerintah daerah, sekolah, orang tua, dan seluruh pihak terkait, diharapkan masalah ini dapat dikurangi dan setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas serta berkelanjutan," kata dia.