Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

80 Persen Daerah ‘Bali Baru’ Rawan Gempa

Pemerintah mengalokasikan dana kebencanaan di tempat-tempat wisata.

25 Oktober 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemerintah mengalokasikan dana kebencanaan di tempat-tempat wisata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan delapan dari sepuluh daerah "Bali baru" yang pada tahun ini dicanangkan pemerintah sebagai destinasi wisata prioritas merupakan daerah rawan gempa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Delapan daerah itu adalah kawasan Candi Borobudur di Jawa Tengah, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Bromo-Tengger-Semeru di Jawa Timur, Wakatobi di Sulawesi Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Danau Toba di Sumatera Utara, Morotai di Maluku Utara, dan Tanjung Lesung di Banten.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sebenarnya kesepuluh daerah itu rawan bencana. Tapi, untuk gempa, Bangka Belitung (kawasan Tanjung Kelayang) dan Kepulauan Seribu tidak," kata Sutopo saat ditemui seusai diskusi "Jurnalisme Ramah Bencana" kemarin.

Menurut Sutopo, daerah wisata yang rawan gempa bukan berarti tidak bisa dijadikan destinasi turis utama. Namun dia meminta pemerintah daerah dan pusat, khususnya Kementerian Pariwisata, berkoordinasi dengan BNPB untuk memasukkan poin-poin mitigasi bencana dalam rancangan penyusunan pembangunan 10 "Bali baru".

Ia menyebutkan, selama ini Kementerian Pariwisata belum berkoordinasi dengan BNPB ihwal rencana mitigasi di destinasi-destinasi prioritas. "Kami juga baru tahu kalau ada 10 ‘Bali baru’." Meski begitu, Sutopo menambahkan, BNPB sudah mensosialisasi langkah-langkah prabencana di daerah-daerah yang dimaksud. 

BNPB juga meminta agar perancangan mitigasi di daerah wisata prioritas ditangani serius. Sebab, bencana alam akan mempengaruhi hajat hidup masyarakat lokal serta wisatawan domestik dan asing. Sutopo pun berharap perencanaan mitigasi bencana di daerah wisata disusun di tingkat pusat. "Selama ini hanya disusun di BPBD, mungkin bisa ditarik langsung ke atas," ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan pemerintah telah menganggarkan dana untuk kebencanaan di tempat-tempat wisata. Dana sebesar Rp 100 miliar itu dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 dan dianggarkan kembali dalam Rancangan APBN 2019. Dana mitigasi bencana akan dialokasikan untuk penanganan saat bencana dan pasca-bencana.

"Misalnya menjamin wisatawan mendapatkan transportasi ke terminal terdekat dan memperoleh hotel gratis pada hari H bencana di lokasi bencana," kata Arief dalam acara yang sama. Dengan adanya "Bali baru", tahun ini Kementerian Pariwisata menargetkan kunjungan 17 juta wisatawan asing, naik dari tingkat kunjungan tahun 2017 yang sebanyak 14 juta orang.

Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat, adalah salah satu contoh kawasan destinasi prioritas yang tidak berada dalam area rawan gempa. Kawasan ini tidak banyak terkena dampak gempa Lombok sepanjang akhir Juli hingga Agustus lalu. FRANCISCA CHRISTY ROSANA | EFRI RITONGA


Berharap pada Mandalika

Mandalika merupakan harapan bagi Nusa Tenggara Barat dan pelaku industri wisata pasca-gempa berkekuatan hingga 7 skala Richter yang mengguncang Lombok sepanjang akhir Juli hingga Agustus lalu. Destinasi yang tergolong satu dari 10 "Bali baru" tersebut tidak terkena dampak bencana seperti dua kawasan wisata lainnya di pulau tersebut, yakni Gunung Rinjani dan Gili Trawangan.

"Mandalika aman dan siap menjadi destinasi prioritas pemasaran selama masa pemulihan Lombok," kata Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah NTB, Fauzan Zakaria, pada Agustus lalu. Sambil menata Gili Trawangan dan Rinjani, Fauzan mengatakan, lembaganya akan mempromosikan Mandalika lebih gencar.

Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Mandalika, yang terbentang dari Pantai Kuta hingga Tanjung Aan, diklaim siap menjadi destinasi utama lantaran beberapa faktor. Selain karena jauh dari titik gempa, lokasinya tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok. Mandalika bisa dijangkau menggunakan mobil atau sepeda motor dalam waktu sekitar 30 menit.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia NTB, Lalu Hadi Faishal, menuturkan para pengusaha hotel dan restoran bersama Badan Promosi Pariwisata tengah merancang penambahan berbagai agenda nasional guna memulihkan pariwisata di Lombok. "Tempat untuk agenda nasional itu diharapkan salah satunya di Mandalika," ujarnya. FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus