Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Adik Gus Dur, Lily Wahid Sempat Ditarik oleh Kubu Prabowo

Adik Gus Dur, Lily Wahid mengaku dirinya sempat ditarik-tarik oleh kubu Prabowo Subianto.

1 Januari 2019 | 15.40 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar
Lily Wahid. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Adik kandung Gus Dur, Lily Chodidjah Wahid alias Lily Wahid menilai wajar jika anggota keluarganya ditarik oleh kedua kubu calon presiden yang berlaga di pemilihan presiden 2019. Lily mengaku sempat ditarik oleh kubu Prabowo Subianto. "Saya sebelumnya juga ditarik-tarik kubu Prabowo," ujarnya saat ditemui Tempo di kediaman Ma'ruf Amin, Senin, 31 Desember 2018.

Baca: Kata Adik Gus Dur soal Orang-orang NU di Kubu Prabowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada pilpres 2019 ini, Lily mendukung calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin. Salah satu alasannya memihak kubu Jokowi adalah Ma'ruf. "Saya dengan Pak Ma'ruf Amin itu sudah berteman lama sekali. Sebagai teman, otomatis saya mendukung," ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lily menilai Ma'ruf mempunyai kesamaan dengan Gus Dur. Keduanya, menurut dia, memiliki perhatian terhadap ekonomi kerakyatan. Karena itu, tokoh koperasi ini berharap ekonomi kerakyatan yang diusung Ma'ruf akan berkesinambungan dengan koperasi. "Itu yang saya harapkan dari Pak Kiai, jika terpilih nanti," ujarnya.

Ma'ruf mengusung konsep arus baru ekonomi Indonesia dengan basis ekonomi kerakyatan menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Arus ekonomi lama Indonesia dengan membentuk konglomerat yang diharapkan akan meneteskan kesejahteraan ke bawah, menurut dia, tidak kunjung menetes. "Yang terjadi justru yang kuat makin kuat, yang lemah makin lemah," katanya.

Baca: Adik Gus Dur Anggap Tes Baca Al Quran bagi Capres Tidaklah Urgen

Untuk itu, Ma'ruf meyakini bahwa saat ini perlu dibangun ekonomi kerakyatan yang memberikan keadilan ekonomi, menghilangkan disparitas antardaerah, menghilangkan disparitas produk lokal dengan produk global. "Menghilangkan kesenjangan bukan berarti melemahkan yang kuat, tapi membangun kolaborasi saling membantu sehingga yang kuat tetap kuat dan yang lemah menjadi kuat," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus