DI kabupaten Sampang. 70% rakyatnya hidup dari mencangkul. Meski
cuma 1% dari seluruh wilayahnya saja yang terdiri dari sawah
irigasi. Hingga,setelah dihitung, penghasilan penduduk per
kepala cuma Rp 35,34 seharinya. Tentu saja Gubernur Soenandar
Prijosoedarmo yang bertandang ke sana akhir April lalu,
terheran-heran. Cukupkah? "Kadang-kadang cukup, kadang-kadang
tidak", jawab Temran,45 tahun, petani di Robatal, Sampang.
Ladangnya cuma sekitar 0,2 ha luasnya. Dan tersentuh air cuma di
musim hujan. Ini yang menyebabkan Temran dan umumnya penduduk
Madura, tak kenal nasi sebagai makanan pokok, meski tak pernah
terdengar jeritan terjerat busung lapar.
Gubernur Soenandar tak hanya berhenti pada bertanya-tanya. Lewat
APBD Jawa Timur ia menyisihkan isi kas daerahnya buat membenahi
kelangkaan air di wilayah yang terkenal dengan karapan sapinya
itu. Yakni dengan melakukan eksplorasi pengeboran air tanah,
yang menurut Ashari BIE, wakil kepala Dinas PU Jawa Timur bidang
Pengairan, "telah meliputi jumlah kedalaman 4 km dari sekitar 45
ribu lobang". Dengan masing-masing lobang berkedalaman 2--300 M,
bila dipasang pompa, per-M nya akan menelan biaya Rp 100 ribu.
Dan bila petani harus memikil beban ini, per Ha- nya mereka
harus membayar Rp 18 ribu setahun. Tentulah akan menyesakkan
dada. Belum lagi kewajiban memulangkan kredit Bimas dan Ipeda.
Toh sebegitu jauh belum didapat modal pompa yang cocok.
Sementara masih dicari-cari, penelitian atas 3 sungai (Klampis,
Blega dan Samiran) tetap berlangsung. Dengan anggaran APBD sejak
1974, waduk Klampis yang bermuatim 10 juta M3 air itu. diharap
sudah kelar, sebab Rp 844 juta sudah terbenam di waduk tadi.
"Maaf', carry over pak", lapor Ashari pada Gubernur Soenandar.
"O, ya?" jawab Soenandar. "Tabiat kali Klampis ini agak nakal
pak", tambah Ashari tertawa kecut. Menurut perhitungannya,
banjir di sana akan bertandang Desember, tahu-tahu lebih pagi
datangnya. "Seluruh jadwal kerja berobah".
Waduk Klampis tersebut akan mampu membasahi 2.000 ha sawah di
Sampang dan Bangkalan. Bertanam padi pun akan 2 kali setahun.
Sedang Blega akan bermuatan air 40 juta M3 dan Samiran 30 juta
M3. Dan kalau mau, di waduk Blega bisa dibangun PLTA berkekuatan
2.500 KVA. "Tapi, baru tahun 1985, waduk-waduk itu bisa beres",
tutur Ashari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini