Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Aksi Buat Rektor

Mahasiswa UKI melancarkan aksi mogok kuliah dan menuntut agar Rektor Laksma TNI AL Mangastowo diganti. Soal managemen universitas juga dipertanyakan, sementara mutu pendidikan menurun. (pdk)

17 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH sejak Januari kampus reda, kaget juga melihat mahasiswa Universitas Kristen Indonesia di Jakarta 8 Juni yang lalu melancarkan aksi. Tapi sasarannya bukan pemerintah. Kali ini, maksudnya untuk membersihn tubuh perguruan tinggi tersebut dari kesalahan manajemen. Dalam aksi mogok kuliah dan corat-coret yang sempat memacetkan lalulintas Jalan Diponegoro, tempat universitas itu berdiri, para mahasiswa jelas-jelas menuntut rektor supaya meninggalkan kursinya. "Mahasiswa mogok kuliah sampai rektor diganti," cetus sebuah coretan di tembok kampus. Bergerombol di pekarangan depan universitas, mereka meneriakkan: "Rektor turun, rektor turun .... " Tak sempat terjadi kerusuhan. Patroli polisi yang datany ke situ hanya mengawasi dari luar. Nampak tak punya niat untuk menenteramn suasana. Tak terlihat kerusakan, kecuali kerusalcan kecil pada dinding dan beberapa buah kursi. Kursi-kursi itu jadi sasaran, karena menurut mahasiswa harganya sengaja dibuat mahal dalam daftar pembelian. "Kursi itu satunya cuma Rp 7.000 di pasar, dilaporkan rektor Rp 28.000," kata seorang mahasiswa. Raya Siahaan, Henry Hasibuan dan Aminto, ketiga-tiganya mahasiswa hukum mengatakan bahwa aksi hari itu merupakan puncak dari kedongkolan mereka, karena mahasiswa baru dikenakan wajib bayar Rp 10.000 untuk masa perkenalan. Sedangkan menurut mereka, yang duduk dalam panitia perkenalan, panitia hanya menerima Rp 400 per mahasiswa baru. Kehendak untuk memperbaiki mutu pendidikan di situ memang sudah sejak lama didengungkan oleh para mahasiswa, antara lain dengan mempertanyakan soal manajemen universitas. Misalnya soal disewakannya gedung UKI kepada Akademi Sekretaris dan Manajemen Indonesia. Sementara mahasiswa kekurangan ruangan. Termasuk juga pertanyaan mengenai kapan universitas mereka dipersamakan dengan universitas negeri. Akhir tahun 1977 pertanyaan itu muncul dalam pertemuan antara Senat Mahasiswa, Majelis Perwakilan Mahasiswa dan Badan-Badan Perwakilan Mahasiswa. Tapi tak ada yang menjawab. Sabtu malam 3 Juni yang baru lalu dalam resepsi penerimaan mahasiswa baru di Gedung Graha Purna Yudha mereka kembali bertanya. Tapi Rektor UKI Mangastowo yang berpangkat laksamana muda angkatan laut itu tetap diam. "Uang kuliah naik, mutu NOL besar," tulis sebuah coretan bercat merah di tembok. Uang kuliah di UKI tahun ini memang naik jadi Rp 80.000. Tahun lalu Rp 70.000. Keluh seorang mahasiswa. "Kalau ditanyakan kepada pimpinan universitas kenaikan uang kuliah itu katanya untuk melaksanakan perbaikan gedung. Dijanjikan bakal ada laboratorium bahasa, kenyataannya tidak ada sampai sekarang. Bahkan sudah beberapa tahun ini buku-buku di perpustakaan tak bertambah." Bahkan para mahasiswa menyadari mutu perguruannya sekarang menurun. Pada tahun 1967 termasuk nomor 2 dalam deretan universitas swasta di Indonesia. "Tapi kini nomor 9 pun tidak," kata mahasiswa yang lain dengan sinis. Disewakannya gedung UKI kepada ASMI membuat kesal para mahasiswa Fakultas ekonomi, hukum, sastra dan pendidikan karena mereka sendiri harus rebutan untuk dapat tempat kalau mau ikut kuliah. Suasana ini berbeda sekali dengan fasilitas ruang kuliah yang diperoleh mahasiswa kedokteran dan teknik yaag dapat gedung mewah di Cawang. Kedua 8 Juni itu dalam pertemuan mahasiswa dengan pimpinan universitas yang diwakili pembantu Rektor I, drs Topanu SH, pihak mahasiswa menyampaikan petisi yang menuntut agar ektor Mangastowo mundur. Dan meminta dibentuk tim verifikasi untuk mengetahui posisi keuangan UKI selama pimpinan Mangastowo. Topanu tak bisa memberikan keterangan panjang lebar mengenai petisi tersebut kecuali mengatakan bahwa petisi tersebut akan disampaikan kepada Rektor Mangastowo dan Yayasan UKI yang diketuai Dr. TB Simatupang. Ketika aksi tersebut berjalan Mangastowo tidak berada di tempat. Tak bisa diketahui bagaimana reaksinya terhadap tuntutan para mahasiswa. Hanya pembantu Rektor II, drs Lalisang yang seakan-akan mewakili Mangastowo berkata: "Kalau saya diturunkan dengan cara begini, saya tak mau. Orang memang bisa saja turun, tapi caranya bagaimana? Dan saya kira tidak ada di antara kita yang berani mengatakan bahwa dia tak punya jasa." Sampai kapan para mahasiswa UKI di Jalan Diponegoro itu mogok kuliah masih belum diketahui dengan pasti. Sama seperti tak diketahuinya apakah tuntutan mereka itu akan terkabul. Sejak berdiri tahun 1953 peristiwa kemarin merupakan pergolakan kedua dalam perguruan Kristen tersebut. Di bawah pimpinan M. Hoetaoeroek sebagai rektor ketika itu, para mahasiswa juga beraksi mendesak pimpinan universitas supaya mempercepat proses ujian negara mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus