BOLEH jadi Ali Imron, 30 tahun, adalah ustad favorit bagi para santri putra di Pesantren Kulliyatul Muallimin Al-Islam, Tenggulun, Lamongan. Selain suka bercanda, Ustad Ali, demikian ia biasa disapa para santrinya, kerap menjadi makcomblang yang cespleng. Kesan tersebut setidaknya diberikan oleh Nasruddin, salah seorang santri di Al-Islam. Kalau seorang santri putra mulai naksir seorang santri putri, kata Nasruddin, tinggal bilang ke Ustad Ali. Dan panah asmara dijamin tepat sasaran. "Saya jamin pacaran lewat saya tak akan bocor," begitu kata Ali Imron seperti ditirukan Nasruddin.
Toh, sosok Ali Imron tak cuma dikenal sebagai ustad yang kerap menjadi perantara jodoh. Di mata para santrinya, Ustad Ali adalah guru yang cukup mumpuni. Kemampuan bahasa Arabnya di atas rata-rata pengajar lainnya. Demikian pula kemampuan menulis huruf Arab pegon (sering disebut Arab gundul).
Menurut Nasruddin, banyak santri yang senang saat diajar Ali Imron. Padahal Ali Imron mengajarkan ilmu tafsir Quran?yang menjadi salah satu pelajaran tersulit di kalangan murid pesantren. Selain itu, Ustad Ali mengajar syariah (hukum formal agama Islam) dan faraid (ilmu tentang waris).
Tapi tak ada gading yang tak retak. Meski jagoan dalam bahasa Arab dan selalu mengajar langsung dari "kitab kuning", Ustad Ali punya kelemahan. "Bahasa Inggrisnya lemah," ujar Nasruddin.
Ali Imron adalah anak kedelapan dari pasangan Haji Nurhasyim dan Hajah Tariyem. Dua kakak kandungnya, M. Gufron, 42 tahun, dan Amrozi, 40 tahun, telah lebih dulu diciduk polisi sebagai tersangka kasus bom Bali.
Menurut Muhammad Chozin, kakak kandung Ali Imron yang juga Ketua Yayasan Al-Islam Tenggulun, Ali Imron lulus dari Madrasah Aliyah Muhammadiyah Karang Asem, Paciran, Kabupaten Lamongan. Tapi, ujar Chozin, Ali Imron tak pernah nyantri di Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Solo?seperti yang sempat disebut-sebut polisi.
Anehnya, TEMPO menemukan data berbeda saat menelusuri jejak Ali Imron di Madrasah Aliyah Muhammadiyah di Paciran. Menurut data resmi madrasah, nama yang digunakan Ali Imron adalah "Muhammad Imron". Nama ini pula yang kemudian digunakan dalam ijazah Madrasah Aliyah Muhammadiyah. Dari catatan madrasah, "Muhammad Imron" ini mulai menuntut ilmu pada 1988. Tiga tahun kemudian, ia menamatkan sekolahnya.
TEMPO juga berhasil mendapatkan fotokopi ijazah "Muhammad Imron". Boleh dibilang, "Muhammad Imron" lulus dengan nilai pas-pasan. Semua mata pelajaran utama?seperti ilmu Quran, hadis, akidah, fikih, dan bahasa Arab?hanya mendapat nilai enam.
Benarkah "Muhammad Imron" adalah nama lain Ali Imron? Konfirmasi datang dari Abdul Rauf, teman seangkatan Ali Imron saat di madrasah. Menurut Abdul Rauf, saat bersekolah dulu, Ali Imron memang menggunakan nama "Muhammad Imron". Jadi, ujar Rauf, "Itu memang orang yang sama."
Setamat sekolah, Ali Imron menyusul Ali Gufron, kakak kandungnya, ke Malaysia. Di negeri jiran tersebut, ia mengajar di Pondok Pesantren Lukmanul Hakiem. Tapi Ali Imron tak bertahan lama. Dua tahun kemudian, ia pulang ke Tenggulun. Bersama kakaknya yang lain, ia ikut merintis pendirian Pondok Pesantren Al-Islam.
Ali Imron kini mendekam di markas Kepolisian Daerah Bali. Menurut juru bicara Tim Investigasi Kasus Bom Bali, Komisaris Besar Polisi Zainuri Lubis, Ali Imron merupakan salah satu pelaku utama peledakan bom Bali. Saat peledakan pada 12 Oktober 2002 itu, Ali Imronlah yang menyetir mobil L-300 yang diduga mengangkut ratusan kilo bom dari "markas" di kamar kos Jalan Pulau Menjangan, Denpasar. Tapi Ali Imron hanya menyetir hingga pertigaan Jalan Legian. Kemudian, mobil bom itu dibawa oleh Iqbal dan seseorang yang namanya masih dirahasiakan oleh Tim Investigasi Kasus Bom Bali. Setelah itu, "Ali Imron menyempatkan diri salat di Musala Al-Ghuroba di Legian," ujar Zainuri Lubis.
Sebenarnya, tudingan terhadap Ali Imron masih setumpuk. Selain dituduh ikut terlibat sebagai sopir "mobil bom" L-300, Ali Imron adalah tersangka kasus pemilikan tabung PVC yang ditemukan oleh polisi di hutan Dadapan, Lamongan. Menurut polisi, tabung-tabung PVC tersebut berisi dua senjata serbu M-16, sepucuk AR15 tipe A2, dua pucuk Lee Enfield, dua pucuk pistol FN, dan 5.080 peluru buatan PT Pindad.
Bila semua tuduhan polisi benar, Ali Imron akan menghadapi hari-hari sulit yang panjang. Boleh jadi Tim Investigasi Kasus Bom Bali tengah menyiapkan hukuman maksimal buat Ali Imron?dan nama-nama lain yang diduga terlibat dalam bom Bali. Tentu saja pengadilan terbuka yang adil akan menjadi gerbang penentu nasib mereka. Yang sudah jelas, Nasruddin dan puluhan santri Pesantren Al-Islam Tenggulun yang lainnya sudah kehilangan makcomblang favorit mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini