Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Antrean Dokter Swasta

Kesempatan ujian negara bagi mahasiswa fakultas kedokteran swasta diperbanyak. Bagi mereka yang akan mengikuti ujian negara disediakan 13 fakultas kedokteran negeri di daerah terdekat.

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIES Natalis Universitas Tarumanegara, Jakarta, dua minggu lalu, mengingatkan pada masalah ujian negara bagi para dokter lulusan swasta. Dies ke-18 tersebut dirayakan agak besar-besaran -- di Balai Sidang Senayan. Ada alasan, memang. Selain karena program jangka pendek terpenuhi -antara lain jumlah mahasiswa yang memenuhi target (4500-an orang) dan penyempurnaan prasarana ruang kuliah plus laboratorium yang hampir 15.000 m2 --juga karena tahun ini berhasil diwisuda 43 dokter baru. "Biasanya tiap tahun hanya diwisuda 14 dokter," kata dr. R. Soewarno, Dekan FK-nya. Di mana kuncinya, sehingga FK Untar menduduki tempat ketiga -- sesudah FK-FK Trisakti dan Universitas Kristen Indonesia, yang jumlah peserta ujiannya memang lebih banyak? Dokter FK swasta hanya boleh berpraktek setelah lulus ujian FK negeri. Dan hanya 4 FK negeri yang diserahi hak menguji: Ul Jakarta, Undip Semarang, Unair Surabaya dan Unpad Bandung. Karena itu, di samping peningkatan mutu akademis di FK swasta sendiri (seperti terlihat di Untar) menentukan penambahan jumlah FK negeri yang berhak menguji sudah tentu memperlebar kesempatan. Dan penambahan itu dilakukan Dep. P&K, tahun lalu dan tahun ini--dengan memberi hak kepada FK-FK UGM Yogya, USU Medan, Udayana Denpasar dan Unand Padang. Total kini terdapat delapan dari 13 FK negeri di tanah air yang diberi hak tersebut. Akibatnya, menurut catatan Majelis Pimpinan Fakultas Kedokteran Swasta (MPFKS), tahun ini terbuka kemungkinan bagi 444 kandidat FKS untuk menjadi dokter berijazah negeri -- sementara sebelumnya hanya sekitar 250. Upaya pemerintah tersebut sudah tentu disambut dengan sedikit kelegaan. Maklum: jumlah mahasiswa FKS sendiri, menurut datamutakhir lebih tiga ribu orang--dan separuhnya mahasiswa tingkat terakhir. Ini bisa terjadi karena tingkat terakhir itu merupakan tempat penumpukan dari tahun-tahun sebelumnya: mereka yang antre ujian negara. Toh ada yang disayangkan--misalnya oleh Sekretaris Eksekutif MPFKS, dr. H. Ayub Sani Ibrahim, terhadap pemberian hak baru bagi universitas di luar Jawa. "Mahasiswa terbanyak ada di enam FK di Jakarta," katanya. "Mereka agak susah kalau harus menempuh ujian di luar Jawa. Soal biaya." Apa boleh buat. Soalnya, seperti sudah sering dikatakan pihak FKN, mereka sebenarnya sibuk dengan mahasiswanya. sendiri. Karena itu kesempatan mengurusi mahasiswa orang justru diberikan kepada universitas yang "ada waktu" --dan mampu. Seperti FK Udayana, misalnya, yang terletak di provinsi yang memang tak punya FKS. Soalnya, FKS hanya ada di Jakarta (6), di Bandung (1), Semarang (1) dan Medan (2). Maka sebuah kasus menarik terjadi akhir-akhir ini di USU Medan. FK USU kali ini menyediakan tempat sebanyak 24. Tapi yang terisi hanya 14--semuanya dari Jakarta. Dari dua FKS di Medan sendiri belum ada kandidat, dan dari Jakarta yang mampu terbang kesana memang hanya itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus