Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Aulia Meniru Jejak Jusuf

Kongres pemuda/KNPI di Balai Sidang, Jakarta memilih Aulia Rachman, 36, sebagai ketua KNPI, dan Theo Sambuaga sebagai sekretaris. Kabarnya Aulia akan sering kelapangan seperti Pak Jusuf.

14 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AULIA Rachman, 36 tahun, akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Tapi seusai pengumuman susunan pengurus baru KNPI, para pesera kongres dengan gegap gempita memekikkan "Hidup Akbar" berkali-kali. Akbar Tanjung, bekas. ketua umum, bahkan disambut peserta dengan mengangkatnya tinggi-tinggi dan mengaraknya berkeliling ruangan. Luapan mengelu-elukan Akbar Tanjung pada akhir Kongres PemudalNPI yang berlangsung 28 Oktober - XtNovember di Balai Sidang, Jakarta, itu agaknya merupakan pencerminan ketidakpuasan. Mereka rupanya memprotes "pengaturan" yang dipesankan sebelum bertolak ke Jakarta. Isinya: agar kongres memilih Aulia Rachman sebagai ketua umum dan Theo Sambuaga menjadi sekretaris jenderal. Wejangan 'Sesepuh' Akbar sendirimasih sempat berkampanye untuk meraih kembali kursi pucuk pimpinan KNPI. "Di atas kertas, Akbar masih mempunyai dukungan 16 daerah," kata salah seorang pimpinan KNPI yang cukup lama bekerjasama dengan bekas ketua umum HMI itu. Akbar kabarnya-mengajak pendukungnya beramai-ramai menghadiri kongres hingga jumlah peserta kongres menggelembung menjadi 1.600 orang dari rencana panitia semula sebanyak 1.300 orang. Akibatnya kongres berjalan cukup ramai. Puncak perdebatan terjadi pada waktu pembentukan formatur yang ditugaskan menyusun pimpinan. Pada sidang pleno menjelang tengah malam 3 November lalu delegasi Ja-Tim yang mendukung Akbar, di bawah Ketua DPDKNPI dr. Haedy Nardyanto, memprotes dan meninggalkan ruangan Namun setelah berunding sebentar, Ja-Tim mencabut untuk walk out. Forrnatur tersusun, diketuai Suryadi dan Akbar Tanjung, dengan anggota dari Aceh, Ja-Teng, Kal-Sel, Sum-Ut dan Ir-Ja. Sebelum kongres dimulai para "sesepuh" KNPI sebenarnya sudah memberi wejangan. Dalam pertemuan antara pimpinan KNPI dengan Menpen Ali Moertopo pada 24 Oktober di Deppen, Menmud Abdul Gafur kabarnya menjagokan Aulia dan Theo. Golkar--di tengah kesibukan rapimnya -- 30 Oktober lalu juga menyetujui tampilnya kedua tokoh muda itu. Namun formatur ternyata tidak gampang menyelesaikan tugasnya. Dalam pertemuan di Hotel Orchid Palace, Jakarta, mereka memerlukan waktu hampir 10 jam untuk merampungkan tugasnya. "Terlalu banyak calon yang masuk," kata Suryadi, ketua formatur, anggota DPR dari F-PDI yang pernah menjabat ketua umum GMNI. Sebelumnya mereka diminta menyusun komposisi pengurus: 17 ketua, 8 sekjen dan wakilnya, 4 bendahara dan wakil ditambah 5 anggota. Karena banjir nama calon, formatur terpaksa mengubah angka keramat 17-84-5 menjadi 17-8-4-28 (angka kelahiran Sumpah Pemuda). "Sebenarnya masih banyak yang mencalonkan Akbar," kata Suryadi. "Tapi dalam rapat formatur, ternyata Akbar menyatakan tidak bersedia," tambahnya. Begitu Aulia dinyatakan terpilih, kedua pimpinan KNPI yang lama dan baru itu berpelukan dan melambaikan tangan pada para peserta. Tidak Populer Aulia Rachman mengakui namanya tidak harum pada awal masa jabatannya. "Saya naik dengan tidak populer. Tapi akan saya buktikan nanti," katanya pada TEMPO. Sehari setelah pemilihan, ia tidak langsung masuk kantornya di Kuningan, Jakarta. Bersama istrinya, Purwati Subositi -- putri Mangkunegaran Solo--ia ikut acara pembubaran panitia perkawinan putra ketiga Presiden Soeharto di TMII. Hari pertamanya di kantor, 7 November, adalah pertemuan de: ngan para pimpinan baru untuk membicarakan utang kongres. Di benak Aulia, yang juga anggota DPR dari F-KP, telah tergambar rencana buat KNPI. "Saya orang lapangan. Jadi nanti sebagian besar masalah akan saya selesaikan di daerah," katanya. "Pak Jusuf, Menhankam, juga bisa populer karena banyak ke daerah," tambahnya. Menurut dia, hanya sekitar 25% masalah yang akan diselesaikan di meja pimpinan kantor pusat. Aulia gampang dikenal karena potongan tubuhnya yang kekar dan berisi. "Banyak orang menjuluki saya tukang pukul. Mungkin karena saya jago karate," kata pemegang Dan I dan bekas juara karate antar-universitas se-Indonesia pada 1968 itu. Pada awal Orba, bekas mahasiswa FH-UI itu sering tampak "mengawal" para tokoh mahasiswa waktu itu seperti A. Gafur, David Napitupulu dan Fahmi Idris. Tahun 1970, UI-panggilan akrabnya--pernah menjabat Sekjen DM-UI dan Sekjen DM se-Asia Tenggara. "Sekarang KNPI harus bisa menunjukkan prestasi," kata Aulia yang mengaku belum pernah masuk ormas mahasiswa itu. Prestasi yang diincarnya ialah menangani masalah putus sekolah, lapangan kerja, pendidikan ketrampilan dan pemuda di desa. Ia berniat mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) tingkat 11 mulai Desember mendatang. "Musda diadakan cepat-cepat bukan untuk balas dendam guna menyingkirkan yang tidak setuju dengan saya," katanya. Theo Sambuaga, 32 tahun, menantu Ketua DPP Golkar Sukardi yang masuk KNPI pada 1978 setuju dengan gagasan Aulia. "Bagi saya, yang terpenting adalah kaderisasi di segala bidang," kata bekas Wakil Bendahara GMNI 1976 itu pada TEMPO. Di samping mencari popularitas di pedesaan, Theo--yang sebagai Wakil Ketua Umum DM-UI zaman Hariman Siregar pernah ditahan 22 bulan akibat peristiwa 15 Januari 1974 itu -- juga menganggap perlu mendekati kelompok kecil yang vokal, yaitu kampus dan organisasi pemuda lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus