TAMPAKNYA makin pasti Presiden Soeharto bakal terpilih lagi
sebagai Presiden RI dalam sidang MPR 1983 mendatang. Dukungan
untuk itu, ditambah pernyataan agar Pak Harto dinyatakan sebagai
Bapak Pembangunan Nasional makin menggelinding.
Dua pekan lalu Rapim Golkar berakhir dengan pernyataan dukungan
serupa. Memorandum pertama Kongres KNPI III pekan lalu juga
berisi pernyataan yang sama. Dukungan tidak hanya dikeluarkan
organisasi massa yang sudah mapan saja. Hari Minggu lalu sekitar
6.000 pendekar dan alim ulama Banten menyatakan ikrar kebulatan
tekad serta mengajukan permohonan pada DPRMPR hasil Pemilu 1982
untuk menetapkan Jenderal Purnawirawan Soeharto sebagai Bapak
Pembangunan dan memilihnya kembali sebagai presiden . Sedang di
Surabaya, Minggu lalu arek-arek Suroboyo juga mengeluarkan usul
yang sama.
Presiden Soeharto tatkala menerima para peserta Kongres KNPI di
Istana Negara pekan lalu menanggapinya. Presiden berterima kasih
atas keputusan kongres mengenai dirinya. "Tetapi segala
sesuatunya harus dikembalikan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena
kita semua harus yakin seyakinyakinnya bahwa segala sesuatunya
Tuhan yang akan menentukan."
Menurut Presiden, masalah ini dikembalikan pada rakyat Indonesia
karena rakyatlah yang memegang kedaulatan rakyat dan bangsa ini.
"Bagi saya tidak ada jalan lain: saya ingin menggunakan sisa
hidup saya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara," kata
Presiden.
Lewat kata-kata tersebut, Pak Harto tampaknya mengisyaratkan:
tidak berkeberatan dipilih untuk satu masa jabatan lagi bila
rakyat memang menghendakinya.
Bila hampir semua orang sudah yakin Pak Harto akan terpilih
lagi, lain halnya dengan kursi wakil presiden. Gunjingan tentang
siapa yang bakal menjabat Wapres tampaknya cukup ramai. Banyak
nama yang disebut mempunyai "peluang" sebagai Wapres. Antara
lain Adam Malik lagi, Menko Ekuin Widjojo Nitisastro, Menhankam
Jusuf, Menpen Ali Moertopo, Ketua DPR Daryatmo, Ketua DPA Idham
Chalid dan Menteri Agama Alamsyah.
Wapres Adam Malik sendiri pekan lalu tidak bisa memastikan
"peluangnya"."Semuanya itu tergantung pada presiden terpilih
nanti sebab presiden itulah yang bisa memutuskan dengan calon
wakil presiden yang mana ia bisa bekerjasama," ujarnya seusai
bertemu Presiden di Bina Graha. Menurut TAP MPR No II/1973,
Presiden dan Wapres memang harus bisa bekerjasama.
Yang sudah tegas menolak pencalonan barulah Menko Ekuin Widjojo.
Bersama Ali Moertopo, Widjojo dicalonkan oleh Forum Studi dan
Komunikasi (Fosko)--suatu organisasi yang beranggotakan sejumlah
bekas aktivis Angkatan 1966 -- pada MPR 14 Oktober lalu. Alasan
Widjojo "Saya merasa tidak memiliki kemampuan untuk jabatan
wakil presiden." Karena itu ia meminta usul pencalonan itu
ditinjau kembali.
Belum jelas bagaimana tanggapan Ali Moertopo. Kabarnya Pak Ali
dalam suatu pertemuan akhir bulan lalu mengatakan kondisi
kesehatannya tidak memungkinkan dia memegang jabatan seperti
Wapres yang bisa mengganggu emosinya.
Tidak cuma nama pria yang disebut. Siti Aisyah, yang mengaku
pemudi ang gota PITI (Pembina Iman Tauhid Islam) dalam suaratnya
pada pimpinan DPR/ MPR 10 Oktober lalu mengusulkan pada sidang
MPR 1983 untuk mengangkat Ny. Tien Soeharto sebagai Wapres dan
Ibu Pembangunan. Menurut Siti, dengan Ny. Tien sebagai Wapres,
pengawasan dalam segala hal akan lebih berhasil. "Itu
dimungkinkan karena adanya kerjasama yang baik antara Ny. Tien
dan Pak Harto. Selain itu koordinasi dapat dilakukan setiap saat
secara formal maupun informal," tulis Siti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini