Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pembakaran

Buku 'bumi manusia'd an 'anak semua bangsa' karangan Pramudya Ananta Toer, dibakar Kejaksaan Agung. 28 pengarang dari 14 negara protes. Alasan dibakar karena isi buku menyebarkan ajaran komunisme.

14 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

972 buah buku Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa tulisan Pramudya Ananta Toer dibakar di Kejaksaan Agung. Kejadian i3 Oktober yang lalu itu sempat jadi berita di luar negeri-mengesankan Indonesia sebagai negeri kurang tahu peradaban. Apalagi disebut jumlah yang dibakar sebanyak 10 ribu eksemplar. Tapi berita pers asing itu agaknya kurang cermat. "Tidak benar kalau jumlah buku yang dibakar sampai sepuluh ribu buah," bantah Susandi, Kepala Direktorat Politik dan Keamanan Kejaksaan Aguhg. Menurut dia, pembakaran itu legal-.kedua buku tersebut dilarang beredar dengan surat keputusan Kejaksaan Agung 29 Mei 1981. Alasannya: isi kedua buku itu bertentangan dengan TAP XXV/MPRS/1966 yang antara lain melarang penyebaran ajaran Komunisme/ Marxisme-Leninisme. Lagi pula, menurut Susandi, pembakaran buku yang dilarang sudah sering dilakukan Kejaksaan Agung. "Sejak buku Atheis sampai buku-buku pleidoi para mahasiswa. Bukan hanya buku, kaset Tampomas juga banyak sekali yang kami bakar," katanya. Adanya reaksi dari luar negeri terhadap pembakaran buku-buku terlarang sudah diperhitungkan Kejaksaan Agung. "Tapi kami tidak peduli. Kami konsisten menjalankan kedaulatan rakyat kita. Ketetapan MPRS itu keputusan rakyat," kata Susandi. Reaksi dari luar negeri yang dimaksud Susandi agaknya protes dari 28 pengarang dari 14 negara. Pernyataan yang dimuat beberapa koran asing pada Oktober lalu itu memprotes pelarangan kedua buku karya Pramudya itu serta menghimbau pemerintah Indonesia untuk segera mencabut keputusannya itu. Beberapa penulis yang ikut menandatanganinya antara lain Chinua Achebe (Nigeria, Gunter Grass (Jerman Barat), Rendra (Indonesia), Alan Silitoe (Inggris) dan John Updike (Amerika Serikat). Hampir semuanya nama termasyhur, dan tak berasal dari satu aliran. Tapi apa pengaruhnya bagi nama Indonesia di luar negeri belum bisa dipastikan. Yang jelas pengaruhnya besar bagi nama Pramudya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus