Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Bagaimana waduk pancasila

Proyek irigasi batang selo yang diharapkan mampu mengairi sawah seribu hektar tak kunjung selesai. proyek yang dimulai tahun 1931 itu dibangun pada tanah longgar hingga jadi sasaran longsor.

4 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROYEK itu bernama Irigasi Batang Selo. Terletak di kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar. Inilah proyek yang pernah menyita banyak perhatian. Tak kurang dari Presiden Soeharto sendiri tahun 1968 pernah meresmikan salah satu waduk primernya. Namanya waduk Pancasila. Satu proyek swadaya terbesar saat itu tatkala Inpres dan segala macam model dana pembangunan belum lagi dikenal seperti sekarang ini. Tapi malangnya irigasi Batang Selo bak menghesta kain sarung. Artinya proyek itu tak kunjung berkesudahan, meski sudah direncanakan sejak zaman Belanda. Tercatatlah dalam buku PU Seksi setempat tahun 1931 sebagai tahap awal pekerjaan. Panjang irigasi ini seluruhnya 33 Km. Mulai dari tempat bendungan sekarang sampai ke negari (desa) Koto Tangah dan Barulak. Jika saluran sampai ke tujuan, bisa diharapkan 1000 Ha sawah baru mampu diairi. Tapi sayang saluran menuju kilometer terakhir itu tak kunjung sampai. Artinya panjang tali bandar yang dikerjakan tiap tahun hanya dari panjang yang itu-itu juga. Pangkal soal agaknya pada kurangnya penelitian yang mendalam. Ini diakui banyak pihak. Mengapa? Soalnya adalah tanah di sekitar irigasi, adalah tanah longgar. Kepala PU seksi setempat Mahdiwan mengakui situasi tanah yang begitu. "Bayangkan jika terjadi semacam kelongsoran, tali bandar itu meloncat ke bawah secara keseluruhan", katanya kepada TEMPO. Dan itulah sebabnya mengapa kesibukan pekerjaan tak banyak maju. Misalnya jika satu tali bandar meloncat turun perlu dibangun penggantinya. Kemudian begitu selesai tali bandar tersebut, di tempat lain pun meloncat turun. Itu pula sebabnya pemusatan pekerjaan terakhir memperkuat tali bandar yang ada dengan sistim macam-macam. Ada beton, ada pemasangan kawat dan sebagainya. Dan itu juga berarti untuk memperpanjang menuju sasaran terpaksa dilakukan secara bertahap. Yang sudah jadi bisa lebih dikokohkan. Begitulah. Tetapi semangat gotong royong kalangan masyarakat Tanah Datar memang lagi menggebu. Tahun 1966 sampai 1967 kemauan yang keras itu terujud dengan dibangunnya sebuah waduk panjang 160 meter dengan tinggi dan lebar masing-masing 1 meter. Jumlah biaya yang dikeluarkan nyaris Rp 25 juta. Itu belum termasuk seluruh tenaga gotong royong yang dikeluarkan masyarakat. Nah itulah waduk Pancasila yang terletak di Km 10. Dan tak syak lagi itulah "lambang" semangat gotong royong terbesar di propinsi Sumatera Barat hingga Presiden Soeharto sendiri berkenan meresmikan pemakaiannya tahun 1968 ketika beliau melakukan kunjungan kerja ke propinsi ini. Air memang mengalir deras dalam saluran waduk. Begitu tahun 1968 hingga minggu terakhir Juli yang silam. Tapi malangnya saluran kencang itu cuma Hh Km di hilir waduk. Setelah itu tali bandar yang ada tak lagi sempat diperciki air dari saluran waduk Pancasila. Artinya belum lagi ada saluran lanjutan. Namun jelas pengairan itu memang bermanfaat bagi warga setempat. Untuk sampai ke tujuan akhir di Koto Tangah dan Barulak yang 22 Km di hilirnya dengan jumlah sawah 1000 Ha yang bakal disiram, warga di situ perlu bersabar. Sebab meski telah diguyur dengan uang Pelita selama beberapa tahun anggaran, pekerjaan tak lebih dari memperbaiki saluran dan bendungan. Dan lagi jumlah areal sawah yang diairi tetap saja yakni 400 Ha, seperti keadaannya pada waktu waduk Pancasila sudah jadi. Tapi satu hal jelas jika tak dilakukan perbaikan bukan tidak mungkin yang 400 Ha itu sudah lama kekeringan. Proyek pengairan Batang Selo ini tak syak lagi memang amat vital untuk pengairan sawah penduduk di setidaknya 3 desa, Saruaso, Barulak dan Koto Tangah. Tapi kesulitan dan penyakit yang itu ke itu juga susah untuk dielakkan. Adakah kerja ini akan mubazir? Mahdiwan tak bersedia memberi komentar. Hanya ia menyebut jika sasaran 1000 Ha sawah baru itu hendak dicapai memang diperlukan dana yang besar. Dan Bupati Tanah Datar Sulaiman 2ulhudi ada menyebut bahwa proyek itu memang akan diteruskan secara bertahap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus