Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SYARIFUDDIN Hasan tetap melempar senyum. Tak terlihat kekhawatiran dari politikus Partai Demokrat ini meski Sekretariat Gabungan koalisi pendukung pemerintah gagal bersepakat terhadap usul hak angket mafia pajak Dewan Perwakilan Rakyat. Rapat tiga jam pada Rabu dua pekan lalu itu baru saja berakhir.
Usul hak angket baru akan diputuskan melalui Sidang Paripurna Dewan, sepekan kemudian. Dalam rapat, Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera berkeras mendukung. Mereka akan bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Hanura. Partai anggota koalisi lainnya—Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa—bersikap sebaliknya.
Seorang peserta rapat heran dengan sikap tenang Syarifuddin. Sebab, politikus Partai Persatuan Pembangunan ini berhitung: minus Golkar dan PKS, koalisi akan kalah telak pada pemungutan suara menentukan usul hak angket. Keheranannya terjawab ketika Syarifuddin mengatakan, ”Insya Allah, Gerindra bersama kita.”
Dihubungi Jumat pekan lalu, Syarif mengatakan kabar dukungan Gerindra pada penolakan disampaikan oleh ketua fraksinya, Martin Hutabarat. Ia ditelepon Syarif beberapa jam sebelum rapat Sekretariat Gabungan. ”Meski ketika itu sikapnya belum final,” katanya.
Gerindra, yang memiliki 26 kursi di Dewan, dianggap penting. Kubu penolak angket memprediksi, minus Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera, mereka hanya bisa mengumpulkan 258 suara. Adapun kubu pendukung diperkirakan bisa mendulang 270 suara. Untuk itu, lobi-lobi segera dilancarkan.
Menurut sumber Tempo, telah beberapa kali Susilo Bambang Yudhoyono dan Prabowo Subianto, masing-masing ketua dewan pembina Partai Demokrat dan Gerindra, bertemu. Fadli Zon, Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, membenarkan informasi itu. Menurut dia, Prabowo beberapa kali diundang Yudhoyono ke Wisma Negara akhir tahun lalu. ”Tapi itu pertemuan biasa,” ujarnya.
Saan Mustopa, Sekretaris Fraksi Demokrat, membenarkan sambungan komunikasi kedua petinggi partai membaik. Posisi Ketua Fraksi Demokrat Jafar Hafsah dan Saan sebagai pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, yang dipimpin Prabowo, sangat membantu. ”Jadi cairlah komunikasi kami,” kata Saan.
Meski gencar dilobi penolak angket, menurut Fadli Zon, sikap resmi fraksi baru ditentukan Ahad malam, dua hari sebelum pemungutan suara. Prabowo, yang sedang menghadiri ulang tahun Gerindra di Surabaya, memerintahkan fraksinya menolak hak angket. Instruksi ini kemudian disampaikan esok harinya.
Anggota Fraksi Gerindra, Desmond Junaidi Mahesa, mengungkapkan alasan partainya berpindah haluan. Menurut dia, penggunaan angket soal penyelamatan Bank Century menjadi pelajaran. ”Kami tak mau jadi ’Rinso’ partai lain,” katanya. Ketua Fraksi Golkar Priyo Budi Santoso sebelumnya menyebutkan angket mafia pajak bisa membersihkan Aburizal Bakrie, ketua umum partai itu, yang perusahaannya dituduh terlibat kejahatan pajak.
BAGI Demokrat, penentuan hak angket mafia pajak menjadi pertaruhan. Mereka belajar dari kekalahan pada pemungutan suara penentuan hasil Panitia Khusus Century. Mereka memasang gigi lima sejak sidang yang dipimpin Ketua Dewan, Marzuki Alie, dibuka pada Selasa pagi pekan lalu. ”Semua kasus bisa jadi hak angket kalau begitu,” kata Achsanul Qosasi, anggota fraksi itu, menjelaskan alasan penolakannya.
Aria Bima dari PDI Perjuangan berpendapat sebaliknya. Menurut dia, hak angket perlu untuk melihat kebijakan pajak. Bak pasar burung, para anggota beradu pendapat di rapat itu. Sebagian bermutu, yang lain seperti asal teriak. Debat dua jam ditutup dengan skors untuk lobi.
Anggota Fraksi Golkar, Bambang Soesatyo, yakin kubunya akan menang. Ia berhitung: kubu pendukung angket hanya kehilangan tiga anggota PDI Perjuangan yang sedang dalam tahanan sebagai tersangka perkara cek pelawat. Adapun kubu penolak angket kehilangan 12 anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan. ”Kami memprediksi menang tiga suara,” katanya
Ketika sidang kembali dibuka, pendukung angket langsung meminta pemimpin sidang menggelar pemungutan suara. ”Tak ada lagi yang perlu diperdebatkan. Voting langsung: menerima atau menolak,” ujar Chairuman Harahap, politikus Golkar.
Permintaan ini malah dijawab usul untuk melakukan dua tahap voting. Pertama, menentukan menerima atau menolak angket. Kemudian, bila ditolak, voting lagi apakah menerima panitia khusus gabungan Komisi Keuangan dan Komisi Hukum Dewan atau tidak. ”Itu melanggar aturan Dewan,” ujar Chairuman, menolak usul itu.
Protes Chairuman hilang ditelan debat. Achsanul dan para politikus penolak angket juga mati-matian menjelaskan argumentasi mereka. Menjelang magrib, Marzuki menghentikan sidang untuk salat. Kubu pendukung angket melihat situasi ini sebagai upaya mengulur waktu.
Jeda ini dimanfaatkan kedua kubu buat berkonsolidasi. Saan Mustopa terlihat tegang pada rapat fraksinya. Ketika itu, dua anggota fraksi, yakni Vera Febyanthy dan Adji Farida Padmo, tak terlihat. Artinya, Demokrat akan kehilangan dua suara yang sangat menentukan. ”Kami tak akan masuk ruang sidang sebelum full team,” kata Saan.
Vera hadir di sidang pada Selasa pagi. Ia mengeluh sakit dada saat jeda makan siang. Pukul 14.00, dia dibawa ke Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Ia mengalami masalah jantung, dan dokter memintanya istirahat di rumah sakit. Satu anggota lain, Adji Farida, juga sakit.
Saan berpikir keras. Hilang dua suara membuat kubu penolak hak angket kalah tiga suara. Apalagi, ia mendapat kabar, 12 anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan tidak datang. Adapun satu suara Partai Kebangkitan Bangsa—Lily Wahid—dipastikan mendukung kubu lawan.
Saan baru bernapas lega setelah mendapat kepastian Vera dan Adji Farida bisa datang ketika voting. Angelina Sondakh, yang baru ditinggal suaminya, Adjie Massaid, dan sempat minta izin pulang karena anaknya sakit, juga memastikan datang untuk memberikan suara.
Masalah lain datang. ”Kami pusing mendapat kabar dari Marwan Jafar, Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, bahwa Effendy Choirie ’tak bisa dipegang’,” katanya. Pada pemungutan suara, sikap Effendy benar-benar menyeberang ke kubu lain.
Di partai Ka’bah, Daeng Sere, yang sedang sakit di rumahnya, juga dipaksa datang. Ketua Umum Suryadharma Ali langsung menelepon ketika ia sedang istirahat bakda magrib. ”Padahal siangnya dia hampir tumbang,” kata sekretaris fraksi, Muchammad Romahurmuziy.
Tiga anggota Fraksi Partai Amanat Nasional, yakni Viva Yoga Mauladi, Mitchel El Qudzi, dan Mumtaz Rais, juga tak hadir. Viva Yoga datang sore hari setelah berobat mata. Mumtaz terbang dari Yogyakarta. Mitchel El Qudzi datang menjelang sore, setelah yakin ada yang menemani anaknya yang terkena demam berdarah. ”Kami memang punya sikap untuk menolak, karena tata negara ini jadi kacau kalau semua kasus diangketkan,” kata sekretaris fraksi, Teguh Juwarno.
Partai Persatuan Pembangunan juga mengamankan suara, antara lain dengan ”menjauhkan” Ahmad Yani, anggota fraksi itu yang mendukung angket, dari area sidang. ”Dia boleh datang, tapi harus ikut keputusan fraksi,” kata Romahurmuziy. Ahmad Yani pun memilih menyebarkan bukunya di arena Musyawarah Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Jawa Barat di Cirebon.
Lengkapnya pasukan penolak angket mulai membuat ketar-ketir kubu lawan. Sekitar pukul 19.30, beberapa saat sebelum pemungutan suara, Ketua Fraksi PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo sudah memprediksi kalah. ”Sekarang kami kurang dua,” ujarnya kepada Tempo.
Kubu pendukung angket berusaha mencari tambahan suara. Seorang pentolan partai pendukung angket menggoda anggota Gerindra dengan sogokan US$ 35-50 ribu. Usaha itu gagal. Fadli Zon membenarkan adanya ”pendekatan” ke anggota fraksinya. ”Saya dilapori oleh anggota fraksi,” katanya.
Kalkulasi Tjahjo tidak meleset. Ketika voting digelar pada pukul 20.00, kubu penentang angket unggul tipis: 266 versus 264. Para anggota fraksi penolak angket bersorak—kecuali dua yang menyeberang: Lily Wahid dan Effendy Choirie.
RAPAT Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan, Kamis pekan lalu, tegang. Ketua Umum Megawati Soekarnoputri marah besar. Ia mempersoalkan absennya sejumlah anggota fraksinya pada saat pemungutan suara. Sebab, semua anggota fraksi telah dilarang pergi ke luar kota.
Dari 94 anggota PDI Perjuangan, cuma 84 yang hadir. Dari sepuluh yang absen, sebenarnya empat orang diharapkan bisa hadir. Mereka adalah Indah Kurnia (pada saat sidang sedang mengecek kesehatan di Singapura), Herman Heri (mengikuti rapat kerja daerah Nusa Tenggara Timur), Olly Dondo Kambe (memimpin rapat di Tomohon, Sulawesi Utara), dan Sugianto (mengurus hasil pemilihan Bupati Kotawaringin Timur yang dibatalkan Mahkamah Konstitusi). Menurut sekretaris fraksi, Bambang Wuryanto, kecuali Olly, mereka dianggap melanggar disiplin.
Tiga lainnya ditahan sebagai tersangka perkara cek pelawat. Adapun Taufiq Kiemas menjamu Duta Besar Amerika sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Guruh Sukarno Putra dirawat di rumah sakit, dan Tritamtomo menjalani umrah.
Golkar menganggap pertarungan belum berakhir. Menurut Bambang Soesatyo, kubunya masih berpeluang mengusulkan angket mafia pajak tahap kedua. Itu bisa dilakukan setelah usainya tugas panitia kerja mafia hukum dan mafia pajak yang dibentuk Komisi Hukum. Kalau hasilnya tidak optimal, kata dia, ”Akan kami usulkan angket lagi.”
Yophiandi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo