KALAU Anda berniat menabung untuk naik haji, cobalah datang ke Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Matahari Artadaya di Jalan Raya Ciputat, Jakarta. Anda bakal mendapatkan dua keuntungan. Pertama, bila menabung enam bulan di muka, Anda bakal mendapatkan keringanan. Keringanan itu akan bertambah besar bila Anda memasok setahun sebelumnya. Keuntungan kedua berupa pahala karena Anda telah membantu orang lain lewat uang simpanan itu. Inilah kiat sebuah bank yang dimiliki oleh Muhammadiyah, organisasi keagamaan terbesar kedua, setelah NU. Sebuah lembaga perbankan yang diusahakan bukan didasari oleh bisnis uang semata. Dengan langkah seperti ini, diharapkan kaum muslimin akan berbondong-bondong memasokkan tabungannya ke BPR Matahari Artadaya. Gagasan bank semacam ini, meskipun tidak memakai nama Muhammadiyah, tak lain dalam rangka menampung dana warga Muhammadiyah. Sekaligus sebagai upaya menjaring dan membantu kaum kelas bawah, yang selama ini kadang sulit mendapatkan kredit dari bank umum. Langkah Muhammadiyah merambah dunia perbankan sudah dimulai April tahun lalu. Organisasi keagamaan terbesar ini menjalin kerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Di situ Muhammadiyah menanamkan dananya dengan memperoleh bunga 13,5% per tahun. Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan pengurus Muhammadiyah tingkat wilayah dan cabang melakukan hal serupa. Ini tidak lain sebagai upaya menghimpun sejumlah dana milik organisasi. Adapun dari BPR Matahari Artadaya, salah satu contoh bank Muhammadiyah itu ormas Islam ini berharap bisa mengoperasi- kan sebuah lembaga yang memberikan kredit pada lapisan bawah dengan semangat kekeluargaan. Misalnya, kepada penerima kredit tak cuma diberikan modal, tapi juga bimbingan manajemen dan kiat meningkatkan produksi. Dan seandainya ada kemacetan pengembalian kredit, pihak Artadaya tak akan bersikap keras. Bagaimana niat ini nanti diterjemahkan dalam tindakan, memang belum menjadi kenyataan Artadaya yang direncanakan dibuka pekan ini tentu saja belum menghadapi masalah itu secara nyata. BPR Ciputat dapat dikatakan sebagai awal Muhammadiyah secara langsung mengelola bank milik sendiri. Sebagai proyek permulaan, terlepas dari masalah syubat, agaknya Muhammadiyah terus melangkah demi kemaslahatan umat. Dan untuk itu pula, Majelis Ekonomi Muhammadiyah berambisi membangun 100 buah BPR hingga akhir Pelita ini. Sebab itu, sebuah tim perbankan dibentuk. Dan kini tim telah mengajukan izin prinsip untuk BPR di kawasan transmigrasi Batumarta, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan dan Lamongan, Jawa limur. Lebih jauh, organisasi pembaru yang sering bersikap agak "keras dan lugas" ini juga tengah menjajaki kemungkinan men- dirikan bank umum. Di sini agaknya Muhammadiyah, sadar atau tidak, sudah mengakui bahwa bank adalah sebuah kebutuhan tak terelakkan di zaman konglomerat ini. Meskipun bank bagi organisasi Islam ini tentunya juga harus bernafaskan Islam. Dan itulah yang tengah dicari dan akan dicobapraktekkan. Kata Rahimi Sutan kepada Riza Sofyat dari TEMPO, "Kami berusaha mendirikan bank yang betul-betul bernapaskan Islam." Jadi, "Banyak jalan untuk mengganti bunga bank, antara lain dengan adanya biaya administrasi," ujar Ketua Majelis Ekonomi Muhammadiyah ini. Agus Basri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini