Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Begini Makna Penting Sumpah Pemuda Bagi Cucu Bung Hatta

Cucu Bung Hatta, Gustika Jusuf Hatta, memandang Sumpah Pemuda sebagai jembatan untuk mengingatkannya kepada Tanah Air.

28 Oktober 2018 | 11.59 WIB

Cucu Wakil Presiden Muhammad Hatta, Gustika Jusuf Hatta 1/Dokumentasi Pribadi
material-symbols:fullscreenPerbesar
Cucu Wakil Presiden Muhammad Hatta, Gustika Jusuf Hatta 1/Dokumentasi Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Cucu Mohammad Hatta atau Bung Hatta, Gustika Jusuf Hatta, lama tinggal di Inggris. Namun pandangannya tentang Sumpah Pemuda tak pernah luruh. Setidaknya, ada dua konsep dari ikrar para pemuda pada 28 Oktober 1928 itu yang tak pernah lepas dari prinsipnya.

Baca: Saat Cucu Bung Hatta Protes Kakeknya Disamakan dengan Sandiaga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pertama, Gustika memandang Sumpah Pemuda sebagai jembatan untuk mengingatkannya kepada Tanah Air. Apalagi terhadap pada poin ketiga, yang menyebut bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

“Poin ketiga Sumpah Pemuda tentang bahasa itulah yang menghubungkan saya dan Tanah Air,” ujarnya melalui pesan pendek kepada Tempo pada Ahad, 28 Oktober 2018.

Lantaran lama tinggal di luar negeri, Gustika mengaku lebih kerap menggunakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia. Meski demikian, bagi dia, bahasa Indonesia tetap menjadi bagian penting dalam hidupnya. Ia tak pernah menafikkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa ideologinya. Sebab, dengan bahasa Indonesia pula, lahir prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

Baca: Sandiaga Tak Mau Bantah-bantahan soal Bung Hatta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kedua, kata dia, perihal persatuan. Gustika membayangkan bahwa Sumpah Pemuda adalah ikrar sakral yang menjadi bagian paling penting dari konsep kenegaraan. Menurut dia, Sumpah Pemuda sama seperti halnya Pancasila. “Ada janji dan prinsip dalam Sumpah Pemuda,” ucapnya.

Ia menyayangkan, pemuda saat ini tak memiliki konsep persatuan seperti yang dituangkan dalam Sumpah Pemuda. Menurut dia, banyak pemuda yang hanya melihat konsep persatuan di bibir saja. Ia mencontohkan, dalam suasana pemilihan umum, misalnya. Seharusnya, kata dia, Sumpah Pemuda bisa diterapkan untuk menjaga persatuan dan merangkul lawan politik. “Jangan berat 100 persen ke satu pihak,” ujarnya.

Ia menambahkan, pemuda seharusnya bisa juga membangun Indonesia dari karya, bukan kekuasaan. “Jangan hanya cari kekuasaan atau cari muka,” katanya.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus