Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Drama Kawan Lama di Jakarta

Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera berebut kursi Wakil Gubernur DKI. PKS menuding Gerindra ingkar janji. 

1 Februari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Berjanji memberikan posisi Wakil Gubernur DKI kepada PKS, Gerindra malah mengusung Riza Patria.

  • Berkali-kali Gerindra menolak calon yang diajukan PKS.

  • Riza diperkirakan mulus mengisi posisi yang ditinggalkan Sandiaga Uno itu.

MENGUMPULKAN lebih dari 30 wartawan di restoran Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat sore, 31 Januari lalu, Ahmad Riza Patria memuji-muji pesaingnya dalam perebutan kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Nurmansjah Lubis. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Gerakan Indonesia Raya itu menilai Nurmansjah cocok mendampingi Anies Baswedan memimpin Ibu Kota. “Kalau wakil gubernur ada dua, dua-duanya, deh, yang jadi,” ujar Riza.

Kepada Tempo pada hari yang sama, Nurmansjah menyebut Riza sebagai sohib yang dikenalnya belasan tahun lalu. Berbeda dengan Riza, Nurmansjah justru menilai dirinya lebih layak menjadi wakil gubernur. “Dia bisa duduk di DPR lima tahun. Kalau di DKI kan cuma dua setengah tahun,” kata mantan Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta itu, diikuti tawa.

Bersama Nurmansjah, Riza diajukan Gerindra dan PKS untuk mengisi kursi Wakil Gubernur DKI yang ditinggalkan Sandiaga Salahuddin Uno pada 27 Agustus 2018. Sandiaga mundur karena menjadi calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Gerindra dan PKS merupakan partai pengusung Anies-Sandiaga dalam Pemilihan Gubernur DKI 2017. Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi memastikan pemilihan wakil gubernur digelar sebelum Februari berakhir.

Riza dan Nurmansjah menggantikan dua calon yang sebelumnya diajukan PKS pada Februari tahun lalu, yaitu Ahmad Syaikhu—kini anggota DPR—dan Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah PKS DKI Agung Yulianto. Prasetio mengatakan pencalonan Syaikhu dan Agung tidak kunjung diproses karena masih ada perbedaan pendapat di dua partai pengusung. “Gerindra dan PKS malah ribut sendiri,” ucap politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik (tengah) bersama Waketum DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad (kanan) memberikan keterangan pers tentang nama calon Wakil Gubernur DKI Jakarta ,di Jakarta, 20 Januari 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Perselisihan antara Gerindra dan PKS tentang calon Wakil Gubernur DKI terjadi sejak dua partai itu mengantar Prabowo dan Sandiaga mendaftar sebagai kandidat presiden-wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum pada 10 Agustus 2018. Saat itu, PKS menolak menandatangani surat dukungan untuk Prabowo-Sandiaga sebelum ada kepastian kursi wakil gubernur menjadi milik partai tersebut. Ketua Gerindra DKI Mohamad Taufik membenarkan adanya ketegangan yang terjadi di ruang tunggu KPU tersebut. Taufik akhirnya menandatangani surat pernyataan bahwa posisi wakil gubernur jatah PKS.

Meski demikian, Gerindra tak mengikhlaskannya begitu saja. Sejumlah anggota DPRD periode lalu dari berbagai fraksi yang ditemui Tempo mengungkapkan, Taufik melancarkan lobi supaya mereka tak buru-buru memilih pengganti Sandiaga. Mereka pun menilai dua calon tersebut mendapat penolakan luas dari semua fraksi, kecuali PKS. Taufik tak membantah kabar bahwa ia melobi koleganya di DPRD. “Mereka semua teman saya,” katanya pada Agustus 2018.
 
Lantaran kesepakatan tak tercapai, PKS mengajukan dua nama baru untuk menggantikan Syaikhu dan Agung, yaitu mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault; serta Nurmansjah Lubis. Tapi pengusulan dua nama ini hanya disampaikan kepada pengurus Gerindra DKI, tak pernah sampai ke DPRD. Kepada Tempo, Taufik membenarkan masuknya dua nama tersebut. Ia bahkan mengaku pernah dikunjungi Adhyaksa di rumahnya tak lama setelah pelantikan anggota DPRD periode 2019-2014 pada akhir Agustus tahun lalu. Dihubungi pada Jumat, 31 Januari lalu, Adhyaksa enggan berkomentar.

Menurut Taufik, PKS mengajukan dua nama tersebut tanpa berdiskusi dengan partainya. Belakangan, PKS membatalkan keduanya. Adapun Gerindra bermanuver dengan mengajukan empat nama lain sebagai calon wakil gubernur. Tiga di antaranya kader Gerindra, yaitu Ahmad Riza Patria; anggota Dewan Penasihat, Arnes Lukman; dan Wakil Ketua Umum Ferry Juliantono. Gerindra juga mengajukan Sekretaris Daerah DKI Saefullah. Keempat nama tersebut tercantum dalam surat yang ditandatangani Prabowo Subianto pada 17 Oktober 2019.
Di lingkup internal Gerindra, menurut dua politikus partai tersebut, nama Riza Patria diajukan Wakil Ketua Umum Sufmi Dasco Ahmad dan Mohamad Taufik. Dalam acara catatan akhir tahun Gerindra DKI yang digelar di Wisma Garuda, Pondok Rangon, Jakarta Timur, 28 Desember 2019, Taufik pun menghadirkan Riza. Dia optimistis PKS bakal mendukung Riza. Sikap itu membuat Presiden PKS Sohibul Iman meradang. “Kami tidak bisa didikte,” ujarnya.

Akhirnya, PKS pun menyetujui nama Riza Patria dan Nurmansjah Lubis sebagai calon wakil gubernur. Wakil Ketua DPRD DKI dari PKS, Abdurrahman Suhaimi, mengatakan Riza disetujui karena latar belakang ayahnya, Amidhan Shaberah, yang menjadi Ketua Majelis Ulama pada 1995-2015. Sejumlah politikus Gerindra bercerita, Riza diterima PKS karena rajin mengikuti pengajian liqo yang diselenggarakan PKS. Riza pun mengaku beberapa kali menghadiri pengajian tersebut. “Mungkin ini yang mendorong PKS memilih nama saya,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 


 

Namun beberapa politikus di DPRD dan pengurus partai di tingkat pusat yang ditemui Tempo meyakini perebutan kursi wakil gubernur sesungguhnya sudah berakhir. “Kami pasti akan pilih Riza,”

— Arsul Sani

Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan

 



Nama Riza dan Nurmansjah diumumkan Sufmi Dasco Ahmad, Mohamad Taufik, serta Wakil Ketua Gerindra DKI Syarif di ruang Fraksi Gerindra pada Senin, 20 Januari lalu. Pengumuman ini kembali membuat politikus PKS memberongsang. Anggota DPRD DKI asal PKS, Dani Anwar, ragu terhadap etika politik Gerindra, yang tiba-tiba mengumumkan dua nama tersebut.

Lepas dari persoalan dua partai tersebut, Riza dan Nurmansjah kini gencar melobi partai-partai di DPRD. Riza mengaku mengandalkan Taufik sebagai pelobi. “Urusan sama Bang Taufik pokoknya jadi pasti,” kata Riza. Sedangkan Nurmansjah menemui sejumlah politikus di Kebon Sirih yang dikenalnya saat menjadi anggota DPRD.

Namun beberapa politikus di DPRD dan pengurus partai di tingkat pusat yang ditemui Tempo meyakini perebutan kursi wakil gubernur sesungguhnya sudah berakhir. “Kami pasti akan pilih Riza,” tutur Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani, yang mengaku sudah bertemu dengan Riza.

Nurmansjah tak gentar. Ia optimistis bisa mendampingi Anies Baswedan. “Kita tidak tahu takdir Allah,” ucapnya. Adapun Wakil Ketua DPRD DKI dari PKS, Abdurrahman Suhaimi, menilai Gerindra sejak awal tak menepati janji dan ogah melepas kursi wakil gubernur. “Gerindra memang tidak ikhlas,” katanya.

IMAM HAMDI, BUDIARTI UTAMI PUTRI, DEVY ERNIS, HUSSEIN ABRI DONGORAN, LANI DIANA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus