Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berulang di Jalur Timika

Kendaraan PT Freeport Indonesia kembali ditembaki. Kelompok Kelly Kwalik dituding lagi.

1 Februari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MATAHARI baru menggeliat ketika dentam senapan memecah sunyi, Ahad pekan lalu. Di mil 60-61 jalur Timika-Tembagapura, konvoi tiga kendaraan yang mengangkut karyawan PT Freeport Indonesia diserang kelompok bersenjata.

Rombongan berangkat dari Tembagapura untuk bermain golf di Rimba Golf Kuala Kencana. Iring-iringan dua bus itu dikawal tiga anggota Satuan Tempur 2 Pelopor Detasemen A Markas Besar Kepolisian RI, yang menumpang sebuah Land Cruiser LWB QRF bernomor lambung 01-3378.

Seperti biasa, di pos keamanan mil 68, rombongan melapor akan pergi ke Kota Kuala Kencana. Siapa sangka, tiga puluh menit setelah pos, rombongan diberondong peluru. Tujuh orang menjadi korban.

James Howard Lochard, karyawan bagian produksi tambang bawah tanah asal Kanada, terluka di mata kiri akibat serpihan peluru. Korban lainnya adalah Chindy Alifani Mokodompit, yang tertembak di paha kanan. Brigadir Satu Budi S., Brigadir Dua E.P. Supriyadi, Brigadir Dua Abdullah, dan tiga sopir juga tak luput dari terjangan peluru. Kendaraan rusak parah.

Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal Polisi Bekto Suprapto, mengatakan bahwa polisi menduga pelaku menembak dari tiga tempat: dua di sisi kiri jalan dan satu di kanan. Dari sisi kiri ditemukan 23 selongsong, yang identik dengan peluru kaliber 5,56 milimeter. Kaliber ini dipakai untuk senjata jenis SS1 dan M16. ”Kebetulan, dari peluru-peluru yang digunakan ini, memang Kelly Kwalik punya senjata jenis M16, SS1, dan revolver,” kata Bekto.

Sejak penembakan menewaskan karyawan Freeport asal Australia, Drew Nicholas Grant, Juli tahun lalu, serangan hampir tak berhenti. Penyerangan sempat terhenti sekitar Oktober sampai Januari. Setelah Panglima Organisasi Papua Merdeka Kelly Kwalik tewas tertembak pada Desember tahun lalu, suara bedil tak lagi terdengar. Kelly dituding berada di balik penyerangan di areal Freeport.

Meski Kelly telah tewas, tudingan terhadap kelompoknya tetap hidup. ”Selama anak buahnya punya senjata, sangat mungkin pengikutnya meneruskan perjuangan,” kata Bekto. Dia menduga, beberapa anggota kelompok Kelly masih memiliki senjata. Misalnya Tadius Yogi di Enarotali, Kabupaten Paniai, dan kelompok Goliat Tabuni yang beroperasi di wilayah Kabupaten Puncak Jaya.

Tudingan itu ditampik Markus Haluk, Sekretaris Jenderal Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia. ”Polisi asal menuduh,” ujarnya. ”OPM tidak terlibat.” Polisi, katanya, tidak pernah mengungkap penembak sebenarnya. Soal bukti yang dikaitkan dengan kelompok Kelly? ”Kami mendesak penyelidikan independen.”

Markus justru mempertanyakan, mengapa ribuan anggota pasukan yang bertugas menjaga area Freeport tak pernah berhasil menangkap pelaku. Satuan yang diperintah menjaga area PT Freeport diberi nama satuan tugas Amole. Jumlahnya 1.500 orang, terdiri atas 800 polisi dan 700 tentara. ”Mereka dibayar besar, tapi tidak bisa mengendalikan masalah,” kata Markus.

Juru bicara PT Freeport, Mindo Pangaribuan, menyatakan uang yang dikucurkan perusahaannya untuk biaya pengamanan memang cukup besar. Pada 2008, misalnya, Freeport mengeluarkan hingga US$ 22 juta untuk mengamankan area. US$ 8,2 juta dipakai untuk membiayai satuan tugas Amole dengan personel 1.850 orang.

Freeport juga diminta menanggung biaya logistik, makan, minum, transportasi, kesehatan, tempat tinggal, dan uang saku bagi prajurit dan perwira. ”Sudah disepakati, kami menanggung semua biaya petugas pengamanan,” kata Mindo. Soal uang ini, Bekto menyatakan tidak tahu. ”Saya tak mengerti, sebab itu bergantung pada jumlah petugas yang dipakai,” katanya.

Ninin Damayanti (Jakarta), Cunding Levi (Jayapura), Tjahjono E.P. (Timika)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus