Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Bila Cengkih Mulai Dipetik

Panen raya cengkih di daerah minahasa mengundang pedagang mobil dan pedagang lainnya ke kampung. transaksi jual beli barang ditukar dengan cengkih. membantu kas daerah dari pendapatan pajak.

22 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CENCKEH panen raya, begitu pula para penyalur mobil di Minahasa. Terutama di desa desa yang paling top panen cengkehnya. Seperti Suluun (1500 ton), Seretan (1000 ton), Rerer (800 ton), Kombi (700 ton) dan banyak desa lainnya. Mobil baru jenis Colt, pick-up Datsun, Toyota Hardtop tampak membanjir masuk kampung. Tak dapat dipungkiri, berkat proteksi harga lantai (Joor price) cengkeh yang ditetapkan dengan Keppres No. 50/76, banyak petani cengkeh sudah bisa beli mobil. Panen-panen yang lewat, itu hanya mampu dibeli petani yang menghasilkan 5 ton cengkeh ke atas. Sekarang ini petani yang memiliki 25 pohon saja, sudah sanggup beli mobil. Asal bisa lolos cegatan oknum berseragam yang mengatasnamakan BUUD atau KUD atau PUSKUD, tiap pohon yang menghasilkan 0 kg saja dapat menjala Rp 80 ribu. Tak heran kalau di desa kecil seperti Lola di Kecamatan Tombariri - menurut hitungan Hukumtuanya -- sudah ada sekitar 60 mobil baru dibeli petani selama panen raya ini. Demam beli barang baru itu bukan hanya terbatas pada mobil. Tapi juga kendaraan lainnya, tergantung kelas umur. Di daerah Kombi dan Seretan misalnya pemudanya keranjingan sepeda motor jenis trailer. Sepanjang jalan ke jurusan desa-desa cengkeh menderu trailer baru dipacu dengan kecepatan setan jalanan. Tak sedikit yang belum punya nomor polisi. Dari toko atau gudang sepeda motor di kota, itu nyong (pemuda) langsung saja menunggangi kuda besinya. Karena sepeda motor itu tak dijalankan menurut ketentuan pabrik -- kalau perlu belum inreien sudah bonceng tiga -- karuan saja sebulan kemudian sudah dilego karena rusak. Lalu, beli lagi yang baru. Kesukaan berkendaraan itu bukannya tak mengundang celaka. Hampir tiap hari, bendera tengkorak berkibar di kantor polisi - tanda sang maut sudah mampir lagi menjemput nyawa korban kecelakaan lalulintas. Bahkan pernah di jalan raya Manado-Tomohon yang cuma 25 Km yanjangl1ya. kedapatan beberapa mobil baru yang ringsek seperti kaleng susu ditimpa batu. Sedihnya. selalu ada yang menggantungkan karangan bunga di tepi jalan. Maksudnya untuk mengingatkan setiap nyong dan noni agar lebih berhati-hati. Tapi bunga bakung lambang duka itu tak banyak digubris para remaja. Di jalan antara Tumpaan dan Amurang, masih terlihat bangkai jip Toyota Hardtop. Mobil baru itu menggelinding di bawah pohon kelapa dengan keempat rodanya mendongak keangkasa . Ternyata sebelas pemuda dari Suluun malam itu selesai nonton film di Amurang mau ngebut pulang. Argometer mobil itu baru menunjukkan angka 7000 km. Pemiliknya, kepala desa Suluun. Pengemudinya: putera Hukumtua berusia 14 tahun mati bersama 10 kawannya. Tapi banjir mobil baru itu ternyata menolong kas daerah. "Target pajak pendapatan dari BBN tahun ini hanya Rp 260 juta. Tahun fiskal belum berakhir, pajak sudah mencapai Rp 300 juta," tutur drs. M. Lumingkewas, Kepala Dinas Pajak & Pendapatan Daerah Sulawesi Utara. Menurut catatan di polisi, jumlah kendaraan baru yang terjual dalam musim panen ini sampai minggu lalu sudah berkisar 4000. Tak semua impian menjadi kenyataan. Menurut laporan pembantu TEMPO dari Jakarta yang datang ke sana, banyak juga petani cengkeh yang meleset perhitungannya. Buah yang ditaksir di atas pohon tak sama dengan hasil yang dipetik, seperti dialami seorang petani di desa Kumelembuai di kaki gunung Lolombulan. Seperti para petani lainnya, petani AM sangat menginginkan sebuah Datsun pick-up. Bisikan hati petani cengkeh yang pohonnya sedang berbunga itu sampai juga ke telinga pedagang. Kontak terjadi, dan AM pun membuat perjanjian akan menyerahkan 1800 kg cengkeh yang akan ditukar dengan foto idamannya. Dua tetangganya yang juga berminat membeli mobil seperti itu, membuat perjanjian 'barter' yang serupa. Berarti, itu cengkeh sudah diijon dengan harga luar biasa murahnya. Kira-kira, separuh saja dari harga lantai yang ditentukan Pemerintah. Betapapun, ketika panen tiba perhitungan pun diadakam Kedua tetangga AM tanpa kesulitan berhasil mencapai target 1800 kg itu, dan bahagia dengan mobilnya -- yang memang sudah diserahkan lebih dulu. Tapi AM masih tekor 450 kg. Maka permulaan Oktober ini, ketika panen sudah hampir habis, petani cengkeh yang kurang mujur itu mengurut dadanya melihat Datsunnya disita polisi. Dan seperti yang biasanya berlaku di sana, dia hanya punya satu pilihan untuk mempertahankan kebebasannya: membuat pernyataan, bahwa sekian pohon cengkehnya secara sah berpindah majikan. Agah aneh memang. Sebab kalau yang berwajib berniat melindungi petani, tentu AM yang panen cengkehnya masih mencapai 1350 kg itu tak perlu kehilangan Datsunnya. Desa Kumelembuai, selebihnya, menikmati panen yang menggembirakan tahun ini. Hasilnya sekitar 150 ton, cukup buat mengobati demam kendaraan beroda empat di sana. Tak kurang dari 30 buah mobil dari jenis mini bus, pick-up dan sedan menambah jumlah kendaraan yang sudah ada di sana sebelumnya. PANEN raya di seantero Minahasa, tak cuma mengundang pedagang mobil dan motor ke kampung-kampung. Tapi juga pedagang kelontong yang membawa teve, tape-recorder radio, dan lain-lain. Transaksi sering terjadi langsung di kebun cengkeh, di mana itu barang kontan ditukar dengan buah cengkeh. Tinggal pilih yang basah atau kering. Masih ada satu jenis perdagangan yang setua peradaban manusia tak mau ketinggalan membuat tradisi baru, yakni transaksi di bawah pohon cengkeh nan rimbun. Wanita-wanita bunga itupun bersedia dibayar in natura, mentah atau kering. Tentu saja para isteri pasang mata dan telinga. Oom K yang tinggal di desa S, mengaku tak pernah menjual (atau membeli?) lebih dari 50 kg cengkeh. "Kering!", gerutu isterinya sambil mencibirkan bibir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus