Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Bila paus mengecam tabung

Vatikan melarang pembuatan bayi tabung, pembuahan di luar rahim, insemenasi buatan, pemilihan jenis kelamin dan penyewaan rahim. ditolak oleh para ilmuwan, masyarakat dan sebagian teolog katolik.

21 Maret 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENCIPTA bayi tabung pertama, Dr. Patrick Steptoe, kesal terhadap Vatikan. Ketika lagi banyak pasangan mandul berdatangan ke rumah sakit dan klinik agar bisa mendapat anak, Gereja Katolik Roma mengumumkan kecaman. Vatikan menyatakan melarang keras praktek "penciptaan manusia" yang tak alamiah: pembuatan bayi tabung, pembuahan di luar rahim, inseminasi buatan, pemilihan jenis kelamin calon anak, dan penyewaan rahim. Usaha-usaha semacam itu, menurut dokumen Kongregasi Doktrin Iman yang telah disetujui Paus Yohanes Paulus II, Selasa pekan lalu, dianggap tindakan tidak bermoral dan tidak menghargai harkat manusia. Dokumen 40 halaman yang berjudul Instruksi tentang Penghargaan bagi Hidup Manusia pada Asal Mula dan tentang Martabat Orangtua itu scara khusus membicarakan bioknik dan moralitas medis pada awal pembentukan insan. "Semua penciptaan manusia baru harus berlangung melalui hubungan seksual suami-istri," kata Dokumen. Vatikan juga mengimbau pemerintah-pemerintah di dunia agar dengan keras melarang pembuahan buatan itu ataupun percobaan embrio hidup "Apa yang secara teknik mungkin, bukan berarti secara moral diperbolehkan," kata Kardinal Joseph Ratzinger, yang mengetuai Kongregasi Doktrin Iman, dalam konperensi pers. Ia menegaskan bahwa hukum moral tidak bisa direndahkan di bawah ilmu kedokteran dan teknologi. Larangan atas metode "penciptaan manusia"itu justru dimaksudkan Vatikan untuk menjembatani ilmu pengetahuan dan agama. Hanya, jembatan agaknya tidak mulus terbangun. Reaksi keras datang dari para ilmuwan yang selama ini mengembangkan manusia "buatan" itu. Steptoe, seperti sudah disebut, menganggap larangan itu tak masuk akal. Sebab, katanya, pembuahan di luar rahim pun tetap didasarkan pada cinta. Justru si orangtua berusaha keras dengan cintanya untuk memperoleh anak itu, dibanding mereka yang mengandung secara normal" katanya. Ilmuwan dari Inggris itu memperkirakan, sedikitnya 800 bayi telah dilahirkannya lewat pembuahan di luar rahim (baik dengan tabung maupun inseminasi buatan) di kliniknya Cambridge. Bersama Robert Edwards, pada 1978 ia melahirkan bayi tabungnya yang pertama, Louise Brown namanya. Di Inggris saja setidaknya tercatat 1.400 bayi sudah nongol ke dunia lewat metode semacam itu. Sementara itu, di luar Inggris diperkirakan masih ada lagi 1.500 bayi serupa. Di Prancis, yang sebagian besar penduduknya resminya beragama Katolik, para ahli menganggap larangan Vatikan itu mencampuradukkan "penyembuhan" kemandulan dengan kekhawatiran akan manipulasi genetik. Lagi pula, percobaan itu "hanya dilakukan antara sel telur istri dan sperma suami dari perkawinan sah -- yang memang sudah tidak punya harapan lagi untuk punya anak secara alamiah." Reaksi keras juga meluas di Amerika. "Kami sama sekali tidak menghancurkan kehidupan," kata dr. Cabby Rothman, direktur penelitian pembuahan di luar rahim pada RS Century City, Los Angeles. "Kami hanya membantu proses penciptaan oleh Tuhan." Kecaman keras dilayangkan dr. Joseph Feldschuh, direktur pada Idant Laboratories New York, bank sperma paling besar di Amerika Serikat. "Larangan itu tidak akan membuat geming di kalangan ahli 'pembuat' bayi", katanya. Beberapa pengamat memperkirakan, larangan Gereja Katolik itu akan bernasib sama dengan pengharaman pengguguran kandungan dan pemakaian alat kontrasepsi yang diumumkan Paus Paulus VI pada 1968. Tidak akan dilaksanakan. Sebagian teolog Katolik sendiri menganggap keputusan Gereja Katolik itu gegabah: menyamaratakan bantuan untuk mempertemukan sel telur dan sperma suami-istri yang mandul dengan "pembuatan manusia" lewat intervensi pihak ketiga, seperti lewat bank sperma atau sewa rahim. Bahkan Dr. Robert J. White, penasihat Paus Yohanes Paulus II di bidang etika medis, menganggap pandangan Vatikan "ultrakonservatif". Ia mendukung penggunaan terbatas pembuahan buatan untuk pasangan yang istrinya tidak bisa mengandung. "Kalau saya melihat kegembiraan atas kelahiran seorang anak hasil bayi tabung, saya tidak bisa membayangkan bahwa itu tidak direstui," White berkata. Beberapa teolog juga menganggap dokumen Vatikan tidak sepenuhnya benar bila menentang teknologi buatan untuk mempertemukan sperma suami dan sel telur istri. "Memang betul, anak harus dilahirkan lewat hubungan seks suami-istri," kata Pastor Richard A. McCormik, profesor etika Kristen Universitas Notre Dame, salah satu perguruan tinggi Katolik terkemuka di AS. "Tapi yang terpenting, anak itu harus lahir dari perkawinan yang didasarkan cinta kasih," tambahnya "dan hubungan seks bukan satu-satunya perwujudan cinta kasih dalam perkawinan." Roger Carr dari Westminster, Massachusetts, ayah Elizabeth Jordan Carr (5), bayi tabung pertama AS, sama tak setujunya terhadap sikap Vatikan itu. "Kalau kami lihat apa yang kami jalani, dan memandang Elizabeth, sukar bagi kami untuk percaya bahwa itu tidak bermoral," katanya. Karena itu pula para uskup di luar Eropa, yang kemudian memberikan pernyataan mendukung instruksi Vatikan, bersikap lebih hati-hati dan tidak menghukum langsung. Gereja sama sekali tidak mengutuk anak-anak "buatan" itu. "Siapa pun yang pernah hamil dengan cara 'buatan' itu jangan lantas merasa bersalah," kata Mgr. Vincent Nichols, juru bicara para uskup Inggris. "Anak selalu merupakan anugerah besar dan harus disyukuri, dalam keadaan apa pun." Ia hanya menyalahkan proses "pembuatan" bayi itu, bukan bayinya sendiri. Kelihatannya, yang sudah mendapat reaksi keras dari ilmuwan dan kalangan Gereja sendiri baru soal bayi tabung dan pembuahan di luar rahim. Belum tampak tantangan terhadap beberapa larangan Vatikan yang lain, yang diumumkan dalam dokumen yang sama. Seperti terhadap aborsi, pemilihan jenis kelamin bayi, perekayasaan genetik, dan penyewaan rahim alias "rahim rental". A. Margana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus