Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang operasi modifikasi cuaca tahap pertama di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) hingga Senin esok, 10 Maret 2025. Semula, operasi tersebut direncanakan selesai pada Sabtu, 8 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, keputusan memperpanjang operasi diambil setelah mempertimbangkan prakiraan cuaca pada 9-10 Maret. "Ada potensi hujan lebat," kata Muhari dalam keterangan tertulis yang diperoleh Tempo, Ahad, 9 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama melakukan operasi modifikasi cuaca tahap pertama, BNPB telah menyemai sekitar 22 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 4 ton Kalsium Oksida (Cao) di wilayah Udara Jawa Barat. Dengan modifikasi cuaca, BNPB berupaya mengurangi curah hujan di wilayah Jabodetabek yang rawan potensi banjir dengan mengarahkan awan hujan ke pelbagai penjuru wilayah Jawa Barat, terutama wilayah perairan.
Awal pekan lalu, hujan dengan intensitas tinggi melanda wilayah aglomerasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi menyebabkan banjir yang cukup parah di sejumlah kawasan. Curah hujan yang tinggi menjadi penyebab banjir karena mengakibatkan volume air di sungai meningkat. Bekasi yang merupakan kota penyangga Jakarta menjadi kawasan terparah akibat banjir.
Kepala BNPB Suharyanto mengatakan, penyemaian NaCl di Udara akan dilakukan dalam tiga sorti. Pertama, pukul 15.00-17.00; Kedua, pukul 17.30-19.30; dan ketiga pukul 20.00-22.00. "Per hari 1 ton NaCl disemaikan setiap sorti di ketinggian 8-11 ribu kaki di atas permukaan laut," ujar Suharyanto.
Dengan melakukan modifikasi cuaca, ia menjelaskan, pemerintah berupaya mengalihkan potensi hujan lebat yang dapat memicu banjir di Jabodetabek untuk mengalir ke tempat yang lebih aman. Menurut Suharyano, modifikasi cuara yang dilakukan di wilayah udara Jawa Barat menyebabkan awan hujan turun di luar wilayah Jabodetabek, sehingga meminimalisir potensi bencana. "Diarahkan ke wilayah perairan di utara dan selatan," ujar Suharyanto.