Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, menuturkan erupsi freatik Gunung Merapi sedang menuju proses erupsi magmatik. Menurut dia, adanya awan pijar merah di sela kepulan letusan menjadi tanda awalnya erupsi magmatik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebenarnya awan pijar merah itu menunjukkan adanya material dari dalam yang merupakan pijaran yang berasal dari magma, sehingga kita bisa menyebutnya ini menjadi awal proses erupsi magmatis,” ujar Hanik dalam keterangan pers di kantor BPPTKG, Yogyakarta, Kamis 24 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gunung Merapi kembali mengalami letusan freatik pada Kamis dinihari pukul 02.56 WIB. BPPTKG Yogyakarta mencatat letusan freatik ketiga terjadi setelah status menjadi waspada. Menurut Hanik, erupsi fratik mulai menunjukkan menuju proses magmatis.
Namun, Hanik menyatakan proses ini masih tahap awal. Menurut dia, erupsi freatik terakhir merupakan proses clearance atau pembersihan sumbat saluran dari dalam yang dilakukan oleh dorongan gas dari dalam Gunung Merapi. Proses pembersihan terjadi di saluran yang masih tersumbat sisa material erupsi pada 2010.
Hanik menuturkan setelah erupsi pada 2010 menyisakan sisa material kubah lava. Sisa material itu didorong tekanan gas dari dalam yang membuat sisa-sia material itu terlontar keluar. "Sekarang material penyumbat itu kemungkinan sudah mulai berkurang atau mulai kosong, sehingga saluran ini nanti bisa dipakai Merapi untuk menjadi jalan keluar magma,” ujarnya.
Hanik menambahkan erupsi pagi ini memang berbeda karena gemuruhnya sampai terdengar di lima pos pemantauan sekitar Gunung Merapi. Hal ini diduga akibat proses pengosongan saluran yang dilakukan lewat tekanan gas tinggi akibat pergerakan material atau fluida.