Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bukan Kedondong Di Kantor Golkar

Para artis memberikan pernyataan mendukung tri-sukses golkar. para artis mendukung pak harto untuk jadi presiden kembali. golkar menjamin tidak akan merekayasa kebulatan tekad pencalonan presiden.

9 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UPACARA kebulatan tekad akhirnya berlangsung juga di kantor Golkar. Pelopornya adalah bintang-bintang film. Kebulatan tekad para artis mendukung Tri-Sukses Golkar dibacakan Ketua Parfi Ratno Timoer dalam sebuah upacara di halaman kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat malam pekan lalu. Ketua Umum DPP Golkar Wahono didampingi Sekjen Golkar Rahmat Witoelar berada di antara sekitar 1.000 hadirin malam itu. Di antara peserta kebulatan tekad artis itu tampak. antara lain, Benyamin S., Us Us, dan Darto Helm, Titiek Puspa, dan Conie Sutedja. "Hampir 80% artis adalah kader Golkar. Apa salahnya kami menyukseskan program Golkar?" kata Ratno. Lalu bintang yang pernah tenar lewat film Si Buta dari Gua Hantu itu menambahkan, "Kami diterima Wahono dengan antusias sekali. Saya diberi plakat, artinya dia menyambut kami, menerima kami." Sekalipun cuma menerima pernyataan artis, upacara kebulatan tekad Jumat malam itu segera jadi buah pembicaraan di kalangan politisi maupun para pengamat politik. Soalnya, orang belum lupa pada tekad Golkar untuk tidak merekayasa ke- bulatan tekad, seperti yang disampaikan Ketua DPP Golkar Jacob Tobing dalam suatu sarasehan dengan wartawan, perte- ngahan bulan lalu. "DPP Golkar tidak memikirkan adanya kebulatan tekad itu," katanya ketika itu. Pernyataan Jacob itu didukung oleh Rahmat, kemudian oleh tokoh puncak Golkar, Wahono. Bahkan Wahono menjamin dalam menghadapi SU MPR 1993: Golkar tak akan berusaha memobilisasikan gerakan kebulatan tekad. Tentu saja sikap seperti ini cukup menggembirakan. Paling tidak, Golkar sekarang seperti ingin meninggalkan pola yang mereka gunakan sebelumnya: mengerahkan masyarakat dalam apel-apel kebulatan tekad. Mengapa tiba-tiba ada upacara kebulatan tekad di kantor Golkar? Rahmat menyebut kegiatan para artis di kantor Golkar itu sebagai pernyataan dukungan, bukan kebulatan tekad. Sebab, kebulatan tekad yang ditentang Golkar itu berisi pencalonan seseorang menjadi presiden. Kegiatan seperti itu, menurut Rahmat, mendahului kewenangan MPR. "Itu namanya direkayasa," ujar Sekjen Golkar itu. Pernyataan yang dibacakan Ratno, menurut Rahmat, berbeda dengan kebulatan tekad. Karena isinya berupa pernyataan para artis kader Golkar untuk mendukung Tri-Sukses Golkar, yaitu sukses konsolidasi, sukses Repelita V, dan sukses Pemilu 1992 serta Sidang Umum MPR 1993. Pernyataan artis yang muncul pada malam halal bihalal itu, menurut Rahmat, itu dibuat sendiri mereka yang sadar akan tanggung jawabnya selaku kader Golkar. "Saya sendiri baru tahu adanya pernyataan itu beberapa hari sebelum acara itu," katanya. Untuk membedakan kebulatan tekad dengan pernyataan para artis itu, Rahmat mengibaratkan pernyataan itu adalah ma- kanan. "Makanan disukai semua orang," katanya. Sedangkan kebulatan tekad yang direkayasa itu diibaratkannya kedondong yang juga makanan. "Tapi belum tentu kedondong disukai semua orang," ujarnya. Boleh jadi pernyataan itu dibuat sendiri oleh para artis. Buktinya, yang menjadi penanda tangan pernyataan itu adalah kalangan mereka sendiri: Eddy Sudihardjo alias Eddy Sud atas nama Koordinator Artis Safari, Lim Campay (Ketua BKS Kostrad), Soekartono Wasito (Lestari), dan Ratno Timoer (Perhimpunan Pesilat Banten). Tapi ketika ditemui wartawan TEMPO Ida Farida di Bandung, Senin pekan ini, Ratno belum tahu tindak lanjut apa yang akan mereka lakukan setelah membuat kebulatan tekad itu. Yang sudah jelas, katanya, mereka akan mendukung Pak Harto untuk calon presiden dalam SU MPR 1993. "Selama beliau masih sehat, kuat, masih mungkin secara konstitusional, dan selama beliau masih bersedia. Terbukti selama pemerintahan Pak Harto, pembangunan cukup pesat. Apalagi kalau ini diperlukan demi keselamatan bangsa dan negara," katanya. Ide membuat kebulatan tekad itu menurut Ratno, sebetulnya datang dari H.M. Irsyad Sudiro, Ketua Departemen Seni Budaya DPP Golkar. Ratno sendiri tak tahu bagaimana prosesnya sampai kebulatan tekad itu keluar. "Saya hanya disuruh membacakan pernyataan itu, sesuai dengan undangan dari Irsyad," katanya. Mengingat Irsyad adalah tokoh Golkar, tidakkah ini sebuah rekayasa oleh Golkar? Rahmat Witoelar membantah. "Kalaupun pernyataan itu benar, itu tindakan pribadi, bukan Golkar. Golkar itu kan institusi. Kalau Golkar merekayasa, tentu ada rapat-rapat untuk membicarakan itu. Setahu saya, itu tak ada," katanya. Rahmat sekali lagi menegaskan bahwa sikap Golkar tetap tak akan merekayasa kebulatan tekad. Golkar tidak akan mencla-mencle. "Kalau benar ada orang Golkar yang main rekayasa, berarti ia melanggar kebijaksanaan organisasi," katanya. Erwan Soekardja, Ketua Departemen Seni Budaya Golkar yang lain, berpendapat sama. "Kesepakatan itu datang dari para artis itu sendiri. Kami cuma bilang monggo. . . monggo," katanya. Apalagi pernyataan itu wajar-wajar saja, cuma ingin mendukung Tri-Sukses Golkar. Tekad mendukung Tri-Sukses Golkar memang amat ramai menjelang Pemilu 1987 yang lalu. Tapi dalam berbagai pidato tokoh-tokoh Golkar dulu, Tri-Sukses itu diuraikan lebih jauh. Sukses Pemilu, misalnya, diartikan Golkar harus menang dalam Pemilu, sedangkan SU MPR dianggap sukses bila menghasilkan GBHN dan memilih kembali Soeharto sebagai presiden. Dalam Tri-Sukses yang didukung oleh para artis kali ini, soal itu tak disebut-sebut. Erwan, misalnya dengan tegas mengata- kan bahwa pernyataan para artis ini sama sekali tak ada hubungannya dengan pernyataan 21 ulama dan tokoh Islam yang meminta SU MPR 1993 memilih kembali Soeharto sebagai presiden. "Tapi kalau Anda tanya saya, calon saya nanti adalah orang yang sudah berpengalaman sebagai presiden. Tentu sudah jelas siapa yang saya maksud," katanya. Amran Nasution, Mukhizardy Mukhtar, Riza Sofyat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus