UNIVERSITAS Pajajaran, yang di awal Orde Baru mendapat julukan
"unpes" alias universitas pesta, Sabtu ini genap 25 tahun. Dan
seperti ingin membuktikan bahwa mereka tidak hanya bisa
berpesta, sekali ini diwisuda 1.195 sarjana baru dari 11
fakultas. Angka itu cukup produktif (10% lebih dari hampir
12.000 mahasiswa Unpad kini) bila dibandingkan dengan target
nasional yang hanya mencantumkan angka 8%.
Berangkat dengan empat fakultas (Hukum dan Pengetahuan
Kemasyarahtan, Kedokteran, Ekonomi, Keguruan dan Ilmu
Pendidikan) dengan sekitar 1.800 mahasiswa, sejak awal
universitas ini sudah mendapat kepercayaan besar. Januari 1958,
baru 3 « bulan berdiri, Unpad ditugasi menyelenggarakan
konperensi antar universitas seluruh Indonesia. Dan tahun itu
juga universitas ini diminta membantu Universitas Andalas,
adang, yang waktu itu hampir rak bisa berjalan. Sejumlah
tenaga pengajar Unpad kemudian memberi kuliah pula di ladang.
Tapi memang baru pada periode Prof. R.S. Soeriaatmadja
(1966-1973), ektor ke-4, ada rencana pembinaan akademis yang
jelas. Toh, program pembinaan tiga tahun yang diletakkan oleh
Soeriaatmaja belum tampak betul hasilnya. Bahkan rencana
pengembangan lima tahun yang diresmikan oleh rektor ke-5
(1973-1974), Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmldja Menlu sekarang,
baru tcrasa hasilnya pada 1979. Misalnya, hingga 1978 lulusan
Unpad tiap tahunnya belum melebihi 5,6%. Baru sejak 199 ada
peningkatan sedikit demi sedikit dan tahun ini angka itu menjadi
10% lebih .
Kuncinya? "Sifat keteladanan," kata Prof. Dr. Hindersah
Wiraatmadja, rektor ke-6. Maka sejak dua tahun lalu dosen Unpad
pun diabsen, walaupun belum merata di semua fakultas, kata Dr.
Harsono, Kepala Biro Perencanaan. Dan sanksinya pun tidak jelas,
tapi ada hasilnya. Sebelumnya di universitas ini dikenal dua
sebutan dosen: Dosen luar biasa dan dosen (yang) biasa di luar.
Tapi jangan ditanya hal kualitas para lulusan. Rektor Hindersah
sendiri belum tahu tolok ukurnya, meskipun dalam Dies Natalis
ke-18, 1975, ia menyatakan bahwa lulusan Unpad "cukup
memuaskan".
Selama 25 tahun ini Unpad jelas telah meluluskan 48
doktor--separuhnya dalam lima tahun terakhir. Terbanyak adalah
doktor Fakultas Pertanian (22 orang). Staf pengajar Unpad
sendiri kini berjumlah lebih dari 1.250--di antaranya 55 doktor.
Dari hasil 200 penelitian oleh kalanan Unpad, karya yang paling
unik datang dari Fak. Ekonomi. Fakultas yang kini dipimpin oleh
Yuyun Wirasasmita ini pernah meneliti sektor informal mnlai
penjual sayur keliling, pengrajin sepatu sampai pedagang kaki
lima. Bekerja sama dengan Dep. Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
sebuah yayasan dari Jerman, mereka pernah pula (tahun 1979)
menyelenggarakan seminar tentang sektor informal itu.
Yang menonjol berkembang adalah Fak. Pertanian. Di Desa
Arjasari, Kecamatan Banjaran, fakultas ini mempunyai (200 ha
tanah) Pusat Latihan Penyuluhan Terpadu. Tahun ini 210
pesertanya. "Lulus dari latihan itu, mereka ditanggung bisa
membimbing petani jenis apa pun," ujar Dr. Harsono. Di sana
diajarkan segala macam ketrampilan bidang pertanian, juga
manajemen.
MASUK dalam kelompok Proyek Perintis I, Unpad memang tidak
mandek. Perpustakaannya -- dengan gaya bangunan Skandinavia yang
banyak menggunakan kaca, termasuk sebagian atapnya-- kini
mempunyai koleksi hampir 56 ribu buku. Rata-rata 600 mahasiswa
datang ke situ setiap hari. Tapi perpustakaan ini hanya dikelola
26 karyawan. "Kurang sekali itu," tutur Sledarminto, kepala
perpustakaannya.
Keadaan laboratorium rupanya memadai. "Di Unpad fasilitas
lengkap,' kata Andries Justriandries, mahasiswa Biologi.
Inisiatif yang dipandang bermanfaat selalu didukung universitas.
Kemah Kerja Mahasiswa, misalnya, mereka bina sejak tiga tahun
lalu. Lewat wadah ini mahasiswa Unpad antara lain ikut
memperbaiki saluran air sepanjan 160 km, dan membantu
menanggulangi musibah Galunggung. "Kami mendapat bantuan
universitas," kata ketuanya, Teguh, mahasiswa Fak. Publisistik.
Dan kini Unpad bertugas membina 54 perguruan tinggi swasta di
Jawa Barat. "Ini memusingkan," kata Rektor Hindersah, yang
berakhir masa jabatannya tahun ini. "Pernah ada permintaan akan
73 dosen untuk Fak. Pertanian. Terang saya tolak. Habis, Unpad
hanya punya 142 dosen Fak. Pertanian."
Dari sekian banyak (10.700-an) alumnusnya, Ilsa Sri Laraswati
saja yang menolak pelantikan "yang mahal ini". Sekarang bekerja
di Kanwil Dep. Keshatan Jawa Barat, dr. Ilsa dulu berpendapat,
bahwa toga dan sebagainya mahal harganya. "Tapi tahun 1977 itu
saya hanya menyuarakan pendapat temanteman." Kini toga di sana
tidak usah dibeli, cukup disewa saja.
Tapi Unpad pekan ini belum utuh. Sebelas fakultasnya masih
terpisah di enam tempat di Bandung. Ada rencananya membuka
kampus baru di Jatina ngor, 20 km arah timur Bandung. Di sana
sudah tersedia tanah 75 ha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini