Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demolition Man. Itulah julukan majalah Time bagi Dr. Azahari, "sang penghancur". Sebuah julukan yang tak berlebihan mengingat reputasi yang dia sandang. Cukup dengan sebuah filing cabinet plastik murahan, juga beberapa bubuk kimia yang bisa dibeli di pasaran, Azahari menggetarkan dunia dengan bom yang meledak di depan kantor Kedutaan Besar Australia di Kuningan, Jakarta, dua pekan lalu.
Itulah sebuah bom buatan tangan yang mengguncang dunia, melukai 180 orang, dan menewaskan 9 orang. Mobil, metromini, truk polisi, dan motor hancur berantakan terhantam energi ledakan yang, menurut Kepala Kepolisian RI Jenderal Da'i Bachtiar, saat meledak menyulut suhu hingga 2.000 derajat Celsius walau hanya beberapa detik.
Berdasarkan penyelidikan Pusat Laboratorium Forensik, bom Kuningan ini menggunakan filing cabinet sebagai wadah. Setelah berhari-hari mengais semua serpihan di jalan-jalan dan lokasi di dekat kawah ledakan bom (crater), polisi menemukan pecahan filing cabinet di beberapa lokasi—salah satunya di atas atap kantor Kedubes Australia. "Kami harus mengayak serpihan yang ada dalam 260 karung," kata Kepala Pusat Laboratorium Forensik Dudon Satyaputra kepada Tempo.
Dengan alat pemindai ion (scanner penangkap debu ion yang beterbangan), polisi juga mendapati bahan berdaya ledak tinggi, yakni trinitrotoluene (TNT)—dengan daya ledak minimal 6.900 meter/detik. Selain itu, terendus bahan bom berdaya ledak rendah, yaitu kalium klorat (potassium chlorate), belerang, dan bubuk aluminium.
Pecahan filing cabinet dan ramuan bubuk hitam itu mengingatkan polisi pada kasus bom Bali pada 12 Oktober 2002 dan bom di Hotel JW Marriott pada 5 Agustus 2003. Di Bali, menurut Ali Imron, salah satu pengebom, ramuan bom disimpan di 48 laci dari 12 filing cabinet yang disatukan dan dimasukkan ke mobil Mitsubishi L-300.
Cara serupa juga dipakai di Marriott. Ramuan bubuk hitam bom itu, menurut pengakuan dua pengebom Marriott yang tertangkap, yakni Tohir dan Ismail, dibungkus kotak plastik besar, semacam Tupperware ukuran 40 x 30 sentimeter persegi.
Kekuatan ledakan dari barang remeh-temeh itulah yang dihidangkan Azahari, dosen di Universitas Teknik Malaysia, di Kuningan. Polisi telah menemukan sedikitnya empat warna pecahan lemari plastik, yakni merah, biru, hijau, dan jingga. "Kemungkinan dia menggunakan empat filing cabinet," ujar Dudon.
Dudon mengaku belum tahu berapa persisnya jumlah bahan peledak yang dibawa dengan mobil boks Daihatsu Zebra tahun 1990-an itu. "Kami masih menghitungnya," ujarnya, "Kekuatannya hampir mirip bom Marriott." Padahal, di Kuningan, bom yang dipakai murni bahan peledak, tanpa tambahan timbunan bahan bakar yang bisa menghasilkan efek bakar seperti di Bali atau Marriott.
Berdasarkan perhitungan sementara polisi dengan Conwep (Conventional Weapons Effects Program, sebuah program komputer yang memprediksi kekuatan ledakan), kekuatan bom di Kuningan itu setara dengan 120 kilogram bom TNT. Sedangkan yang di Marriott setara dengan 150-200 kilogram bom TNT.
Besarnya daya ledak bom tampak dari lubang ledakan, yang diameternya mencapai 2,4 meter, dengan kedalaman 70 sentimeter. Aspal empat lapis di jalan protokol Kuningan itu pun terkelupas. Ledakan itu juga melemparkan barang sampai ke depan gedung Mulia, 300 meter jauhnya dari pusat ledakan.
Azahari memang doktor matematika berotak encer yang bisa memanfaatkan barang-barang sederhana untuk menghasilkan letupan yang meluluh-lantakkan gedung dan mobil. Salah satu bukti kepintarannya, menurut polisi, adalah keputusannya memakai mobil Daihatsu model lama untuk membawa bom.
Azahari dan kelompoknya sudah menjajal kekuatan aneka merek mobil untuk bom mobil: Suzuki Carry untuk bom di rumah Duta Besar Filipina di Menteng, Jakarta, Mitsubishi L-300 untuk bom di Bali, dan Toyota Kijang untuk bom Marriott. Rupanya, rangka dan bodi ketiga mobil itu masih kuat, sehingga jejak masih tertinggal.
Nah, untuk bom Kuningan, Azahari bereksperimen dengan Daihatsu yang mesinnya berbahan alloy, campuran logam yang lebih lunak. "Pengebomnya pun sulit diidentifikasi karena terbakar panas hingga ribuan derajat Celsius. Seperti jadi keripik," ujar Dudon.
"Azahari memang pengebom top alumni training paling tinggi di Afganistan," kata Zachary Abuza, penulis buku jaringan Al-Qaidah, seperti dikutip Time. Bekal itulah yang membuatnya bisa meracik bom-bom maut.
Dalam pengeboman di Marriott, untuk mendongkrak ledakan, Azahari menggunakan sabun-sabun batangan yang di-selotip di tiga botol galon dan tiga jeriken berisi bensin. Hasilnya, polisi sempat mengira ledakan itu dibuat dengan 650 kilogram bahan peledak, sehingga lantai basement Hotel Marriott sampai amblas ke bawah. Belakangan, setelah dua kaki-tangan Azahari, yakni Tohir dan Ismail, "bernyanyi" di depan polisi, baru ketahuan bahan yang dipakai cuma 120 kilogram. Di bom Kuningan, dia menggunakan mobil bertubuh ringkih, sehingga "mayat" mobil Daihatsu pun tak berbentuk.
Ada teori lain dari pakar bom Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Akhmad Rifai, tentang bahan peledak di Kuningan. Dia yakin bom di Kuningan bukanlah gabungan dari bahan berdaya ledak rendah dan tinggi. "Melihat asap yang berbentuk cendawan serta putih bersih, itu kemungkinan besar menggunakan bahan berdaya ledak tinggi seperti TNT atau semacamnya, bukan bahan peledak campuran," kata pakar yang dalam waktu dekat akan melakukan uji coba ketepatan pengeboman bersama TNI-AU itu.
Mana yang benar? Hanya Azahari yang tahu. Lelaki pendiam yang konon bertemu dengan Hambali pada 1990 itu telah lenyap bersama sel terdekatnya. Tapi seorang perwira polisi yang memburu maestro bom ini yakin bom di Kuningan adalah karya Azahari. "Dia selalu meninggalkan jejak berupa sirkuit elektronik canggih yang menggunakan baterai 9 volt."
Burhan Sholihin, Martha Warta
Inilah Racikan Maut itu
BOM BALI
Bom Rompi
Paddy’s Cafe, Bali
12 Oktober 2002
Bahan:
- Rompi dari kain parasut dengan 3 saku di depan dan 3 saku di belakang
- 6 pipa PVC diameter 1,5 dim, panjang 25 cm
- 4 kg bubuk TNT
- Tiap pipa terhubung ke pemicu di saku kanan berkekuatan 2 baterai 9 volt
Eksekutor: Feri alias Isa alias Iqbal II
Bom Mobil
Depan Sari Club, Bali
12 Oktober 2002
Bahan:
- Pembawa bom adalah Mitsubishi L-300
- Bubuk bom dimasukkan ke 12 filing cabinet plastik, masing-masing punya 4 laci
- Total bahan peledak 1.150 kg l Bahan berdaya ledak rendah, 900 kg potassium chlorate/kalium klorat, 40 kg bubuk aluminium, 100 kg belerang; bubuk hitam ini diisikan ke tiap laci
- 25 kg TNT sebagai booster
- Ada 48 pemicu ledakan berisi research development explosive (RDX)
- Detonating cord (kabel untuk mentransmisikan gelombang ledakan) berisi PETN
- 4 sakelar pemicu ledakan: ponsel, pengatur waktu (timer), sakelar biasa, dan sakelar anti-buka penutup
- Catu daya 10 baterai 9 volt
Bom Kotak
Konsulat Jenderal AS di Renon, Bali
12 Oktober 2002
Bahan:
- Kotak kue
- Diisi 5 kg TNT
- Pemicu berupa kabel berisi pentaerythritol tetranitrate (PETN)
- Bom diledakkan dengan ponsel
BOM MARRIOTT
Hotel JW Marriott, Jakarta
5 Agustus 2003
Bahan:
- Toyota Kijang sebagai pengangkut
- 3 botol galon plastik berisi bensin
- 3 jeriken berisi plastik l 3 kotak plastik Tupperware ukuran 40 x 30 cm berisi bubuk TNT, kalium klorat, belerang, dan bubuk aluminium; beratnya 120 kg
- 30 meter sumbu peledak berisi PETN
- 19 detonator
- Puluhan sabun batangan yang direkatkan dengan selotip di luar
- 4 sakelar pemicu bom: ponsel, timer, anti-angkat, dan rem tangan
- Sumber daya 5 baterai 9 volt merek Hiwatt l Daya ledak setara dengan 150-200 kg TNT
Eksekutor: Asmar Latin Sani
BOM KUNINGAN
Depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta
9 September 2004
Bahan:
- Mobil boks Daihatsu Zebra tahun 1990-an
- Tiga filing cabinet yang diisi bubuk TNT, kalium klorat, belerang, dan bubuk aluminium
- Sumber daya baterai 9 volt merek Supercell
- Sakelar pemicu dikendalikan oleh sopir
- Biaya pembuatan bom ini sekitar Rp 5 juta (tanpa mobil)
- Daya ledak setara dengan 120 kg TNT
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo