Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Cengkeh atau semen

Lhok nga & leupeung, aceh besar, menjadi daerah makmur berkat cengkeh. deposit bahan mentah semen ditemukan di tempat tersebut pabrik semen akan dibangun. lokasi pengganti lain tak diterima pengusaha.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA tahun terakhir ini wajah Lhok Nga dan Leupeung di kawasan Aceh Besar telah berubah. Terletak 18 km dari kota Banda Aceh, wilayah ini berpenduduk sekitar 22.000 jiwa. Tapi jika dulu penduduk di sini dikenal sebagai nelayan dan petani miskin, akhir-akhir ini sering disebut sebagai daerah makmur. Hampir setiap rumah kini memiliki kendaraan bermotor dengan berbagai merk, bahkan mobil dari tahun terakhir. Bahkan penduduk di sini pula yang beberapa waktu lalu membuat harga pesawat televisi membubung di Banda Aceh karena ramai-ramai diborong. Tapi lebih dari itu diesel listrik telah menerangi rumah-rumah penduduk hingga pedalaman. Rumah-rumah yang dulu berlantai tanah dan beratap rumbia dengan cepat berubah menjadi berlantai ubin, beratap asbes dan berdinding beton. Semua ini karena tanaman cengkeh yang sejak beberapa tahun terakhir ini hasilnya sudah dinikmati penduduk. Tapi kegelisahan tiba-tiba bergejolak di hati penduduk wilayah ini awal tahun 1977 lalu. Ceritanya dimulai ketika hasil penelitian sebuah perusahaan swasta Jerman Barat melaporkan bahwa di kawasan ini telah ditemukan deposit bahan mentah semen sebanyak milyar ton. Tentu saja hal ini dengan cepat ditafsirkan penduduk di situ sebagai tanda bahwa dalam waktu tak lama lagi mereha harus menyingkir. Artinya pula, pohon cengkeh yang sudah membuahkan kemakmuran itu halus ditumbangkam paling sedikit harus ditinggalkan. 4000 Buruh Untung sebelum kegelisahan itu menjadi-jadi, penduduk di sana cepat-cepat menemui Gubernur Muzakkir Walad. Dan jawabannya: gubernur tak akan membiarkan wilayah itu dikorbankan untuk pabrik semen. Bahkan Muzakkir juga menunjuk lokasi lain sebagai gantinya. Meskipun tak dapat diingkari tak sedikit tanaman cengkeh akan tergusur juga. "Tapi yang akan terkena itu kebanyakan kebun cengkeh milik pejabat" kata seorang petani. Sebab memang di kalangan para pejabat di Banda Aceh akhir akhir ini dihinggapi mode berta nam cengkeh. Ternyata pemilihan lokasi selain Lhok Nga dan Leupeung tak berkenan di hati pengusaha. Alasannya, lokasi-lokasi pengganti seperti Kreung Raya, Seulawah dan beberapa tempat lagi terlalu jauh dari pelabuhan. Soalnya tentu tinggal menghitung-hitung ganti rugi pohon cengkeh yang akan tergusur. Bagi Pemerintah Daerah Aceh sendiri adanya pabrik semen itu nanti merupakan kegembiraan baru. Bukan saja akan berarti bahwa kebutuhan semen propinsi itu dan Sumatera Utara akan terpenuhi, tapi juga menyangkut tenaga kerja ang sekarang mulai menghantui daerah ini. Sebab sekitar 4.000 orang buruh di kawasan Lhok Seumawe yang bekerja untuk proyek LNG tak lama lagi akan nganggur, bersamaan dengan selesainya proyek itu. Bagi Gubernur Muzakkir di pabrik semen itulah nanti buruh-buruh eks-LNG itu akan disalurkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus