Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah bermutasi ke berbagai varian, termasuk jenis D614G.
Covid-19 jenis D614G mendominasi penularan wabah di Tanah Air.
Tingkat penyebaran Covid-19 jenis D614G sepuluh kali lebih cepat dibanding varian lainnya.
JAKARTA — Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah bermutasi ke berbagai varian. Dari banyak mutasi itu, virus corona jenis D614G mendominasi penyebaran wabah di Indonesia. Covid-19 jenis terbaru tersebut diprediksi sudah menular ke berbagai provinsi di Tanah Air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan, berdasarkan hasil pelacakan genome sequencing oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, virus corona jenis D614G mendominasi penularan di Indonesia. "Tapi belum ditemukan hasil penemuan bahwa mutasi ini mempercepat laju penularan," kata Wiku kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Virus corona varian D614G diprediksi telah masuk ke Indonesia sejak April tahun lalu. Varian baru ini ditemukan merebak di Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan Utara. Varian virus ini disebut lebih menular dibandingkan dengan virus corona yang asli.
Senin lalu, juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Balikpapan, Andi Sri Juliarty, mengatakan D614G memicu percepatan penularan wabah di wilayahnya. Ia menyebutkan varian D614G memiliki masa inkubasi selama tiga hari, berbeda dengan masa inkubasi virus corona asli yang perlu waktu selama 14 hari.
Namun Andi mengatakan prediksinya harus dibuktikan lebih dulu di laboratorium biomolekuler. Sebab, mobilitas di Balikpapan juga cenderung tinggi. Mobilitas itu bisa menjadi faktor tingginya angka penularan virus. "Di sini pergerakan orang sangat tinggi, maka risiko penularan juga cukup tinggi," kata dia.
Petugas PPSU Tebet Timur menggambar mural melawan Covid-19 di sekitar Stasiun Cawang, Jakarta, 28 Desember 2020. TEMPO/Subekti
Untuk mencegah penularan kasus Covid-19 semakin tinggi, Satgas meminta semua pihak menekan peluang mutasi virus SARS-CoV-2. Caranya adalah menghambat laju penularan Covid-19 jenis D614G dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menjaga jarak fisik, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan dengan sabun menggunakan air mengalir.
"Jika kita lengah atas kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan, maka cepat atau lambat kita sendiri yang menjadi bagian dari angka penambahan kasus positif atau berada di ruang perawatan Covid-19," kata Wiku.
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan, berdasarkan penelusuran laboratorium lembaganya, lebih dari 60 persen virus Covid-19 yang diteliti dalam beberapa bulan terakhir merupakan jenis D614G. Sejak awal, ia mengatakan mutasi virus ini bisa lebih cepat menular. "Sebanyak 40 persen sisanya adalah varian lain," kata Amin.
Menurut Amin, meski varian D614G mendominasi penularan di berbagai daerah, belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa cepatnya eskalasi peningkatan kasus dalam beberapa bulan terakhir dipicu oleh Covid-19 jenis baru tersebut. Lalu, kata dia, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa varian virus ini lebih mematikan. "Dulu memang dikaitkan kalau penularan cepat lebih berat kasusnya. Tapi sampai hari ini belum terbukti ilmiah seberapa signifikan berat atau ringannya," ujar Amin.
Warga menggunakan masker medis saat penerapan PSBB di Kramat Jati, Jakarta, 14 Januari 2021. TEMPO/Subekti
Varian baru corona hasil mutasi tidak hanya muncul di Indonesia, tapi juga di berbagai negara di dunia. Para ahli di berbagai negara sudah memprediksi bahwa SARS-CoV-2 telah bermutasi ke banyak varian. Para ilmuwan menyebutkan mutasi virus merupakan salah satu cara virus berkembang dan bertahan hidup. Sejumlah varian virus corona yang telah ditemukan selain D614G antara lain jenis B117 yang menyebar di Inggris, B1351 di Afrika Selatan, P1 di Brasil, dan L452R di Amerika Serikat.
Terkhusus varian D614G, jenis virus ini tak hanya menyebar di Indonesia. Bahkan varian ini ternyata mendominasi penularan wabah di seluruh dunia. Faktor utama adalah tingkat penyebaran virus corona jenis D614G sepuluh kali lebih cepat dibanding jenis lainnya.
Dilansir dari Reuters, Presiden International Society of Infectious Diseases, Paul Tambyah, mengatakan mutasi D614G lebih mudah menyebar, tapi tidak lebih berbahaya. Ia menjelaskan, sebagian besar virus cenderung kehilangan keganasan ketika bermutasi. "Mungkin mutasi ini lebih menular, tapi tidak terlalu mematikan," kata Tambyah.
REUTERS | MAYA AYU PUSPITASARI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo