Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menjadi trending topic di media sosial Twitter. Dia dianggap mendukung deforestasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Kamis, 4 November 2021, nama Siti dicuitkan lebih dari 2.000 kali. Hal ini terjadi setelah Siti mencuit soal zero deforestation.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pembangunan besar-besaran era Presiden Jokowi tidak boleh berhenti atas nama emisi karbon atau atas nama deforestasi,” cuit Siti yang berujung banyak protes dari sejumlah tokoh hingga warganet.
Siti Nurbaya menjelaskan bahwa inisiasi Indonesia Forestry and Other Land Uses (FoLU) Net Sink 2030 jangan diartikan sebagai zero deforestration. Melalui agenda FoLU Net Carbon Sink, Indonesia menegaskan komitmen mengendalikan emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan, sehingga terjadi netralitas karbon sektor kehutanan.
Siti menjelaskan, zero deforestation sama sekali tidak boleh ada penebangan dan bahkan satu pohon jatuh di halaman rumah itu bisa disebut deforestasi. Memaksa Indonesia dengan zero deforestration di 2030, kata dia, jelas tidak tepat dan tidak adil.
Ia mencontohkan di Kalimantan dan Sumatera, banyak jalan terputus karena harus melewati kawasan hutan. Sementara ada lebih dari 34 ribu desa berada di kawasan hutan dan sekitarnya. “Kalau konsepnya tidak ada deforestrasi, berarti tidak boleh ada jalan, lalu bagaimana dengan masyarakatnya, apakah mereka harus terisolasi? Sementara negara harus benar-benar hadir di tengah rakyatnya,” cuit dia.
Akun @Rival_**** mengomentari cuitan Siti. Ia mengatakan tidak masalah ada pembangunan. “Tapi ya apakah ada gak tanam ganti pohon setelah ditebang? Apakah ada pengawasan lanjutan tidak? Melihat banyak tambang di Kalimantan yg seenaknya di tinggal saat selesai tanpa revitalisasi, kok saya jadi ngeri2 sedap ya membaca postingan ibu.”
Warganet lainnya juga memprotes bahwa Siti semestinya menghidupkan, bukan mematikan lingkungan. “Dewasa ini hutan dan sungai-sungai sudah rusak akibat perambahan hutan dan pembangunan proyek mengakibatkan malapetaka pada manusia berupa banjir, longsor, dan perubahan cuaca,” cuit akun @mhbmuhi***.