Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUARA orang memukul meja terdengar sayup-sayup dari ruang rapat pleno Partai Golkar pada Selasa pekan lalu. Di sela gedebak-gedebuk itu, terdengar pula orang saling hardik dengan suara tinggi. Nurdin Halid, ketua harian partai, yang memimpin rapat, terdengar melerai pertengkaran itu. "Tidak usah teriak-teriak," katanya.
Digelar sejak pukul dua siang, rapat pleno Golkar sempat dihentikan dua kali menjelang gelap. Rapat dibuka kembali pada pukul delapan malam dan selesai hampir dua jam kemudian. Ketua Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita mengakui rapat diwarnai debat keras dan saling gebrak meja. "Masing-masing punya persepsi sendiri," ujarnya.
Rapat pleno itu digelar menyusul ditahannya Ketua Umum Golkar Setya Novanto oleh Komisi Pemberantasan Korupsi empat hari sebelumnya. Setya menjadi tersangka korupsi proyek pengadaan kartu tanda penduduk elektronik di Kementerian Dalam Negeri pada 2011 yang merugikan negara Rp 2,3 triliun.
Sebelum ditahan, Setya sempat menulis surat yang menunjuk Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham sebagai pelaksana tugas menggantikannya. Surat itulah yang memicu perdebatan keras dalam rapat pleno tersebut. Peserta rapat terbelah menjadi kelompok pendukung dan penentang Setya.
Debat keras selama delapan jam itu akhirnya menyetujui keputusan Setya. Penentang Setya menerima penunjukan Idrus dengan syarat hanya berlaku hingga putusan praperadilan. Setya kembali menggugat status tersangka itu ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Jika gugatan ditolak, kata Nurdin Halid, Golkar bakal kembali mengadakan rapat meminta Setya mundur dari kursi ketua umum. Jika dia menolak, pengurus Golkar akan merekomendasikan penyelenggaraan musyawarah nasional luar biasa (munaslub). "Jadi kami menunggu hasil praperadilan," ujar Nurdin.
Para penentang Setya juga mencari jalan lain untuk mengantisipasi pengurus pusat mengulur waktu pelaksanaan munaslub. Pasal 32 angka 3 huruf a Anggaran Dasar Golkar menyatakan munaslub bisa diselenggarakan atas permintaan sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah pengurus Golkar provinsi. Sejak dua pekan lalu, Ketua Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi aktif menggelar pertemuan menggalang opsi ini. "Sudah banyak DPD provinsi yang ingin perubahan," kata Dedi.
Senin pekan lalu, delapan pemimpin Golkar provinsi menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di rumah dinasnya. Dedi membenarkan adanya pertemuan itu. Dua hari kemudian, rombongan yang bertemu dengan Kalla lebih besar, terdiri atas 20 ketua Golkar daerah. Menurut seorang politikus, Jusuf Kalla menugasi salah satu orang dekatnya di Jenggala Center menggalang para kader daerah ini. Ketua Pemenangan Pemilu Golkar Nusron Wahid mengatakan salah satu alternatif menggelar munaslub adalah sokongan kader di daerah.
Kalla mengakui dimintai pertimbangan oleh banyak pihak mengenai kondisi Golkar. Namun, kata Kalla, para kader tersebut tidak hanya datang kepadanya. Menurut dia, mereka juga mendatangi Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, dan Agung Laksono. "Yang datang ke saya banyak," ujarnya kepada Tempo.
Banyak yang menilai Kalla bakal menyokong Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memimpin Golkar. Airlangga telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Senin pekan lalu. Ia keluar dari Istana Presiden berbarengan dengan Luhut Pandjaitan, tokoh Golkar yang menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman. "Saya bergantung pada aspirasi dari daerah dan Bapak Presiden," kata Airlangga.
Para pendukung Airlangga sudah bekerja lumayan lama mencari dukungan, terutama sejak Setya disebut-sebut terlibat korupsi KTP elektronik. Motor utamanya Nurdin Halid, Yorrys Raweyai, dan Nusron Wahid. Sebagian besar pendukung Airlangga merupakan motor Musyawarah Nasional Ancol saat Golkar dilanda dualisme kepengurusan. Rabu pekan lalu, para pendukung Airlangga menggelar pertemuan di sebuah rumah di kawasan Jalan Rajasa, Kebayoran Baru.
Pendukung Airlangga berkoordinasi dalam grup WhatsApp yang diberi nama Pitulungan. Nusron mengatakan Airlangga memenuhi syarat sebagai pemimpin Golkar. "Wong-nya bagus, wong (orang) Presiden, kalem," ujar Nusron.
Bukan tanpa alasan Airlangga menggandeng Nurdin dan Yorrys sebagai motor pendulang dukungan. Nurdin cakap mengamankan jalannya kepanitiaan dan persidangan. Dalam dua kali suksesi di Golkar, Nurdin selalu sukses mengantarkan jagoannya sebagai ketua umum. Dalam musyawarah nasional di Bali pada 2014, ia mendukung Aburizal Bakrie yang terpilih, lalu pada Munaslub 2016 ia mengantarkan Setya Novanto.
Adapun Yorrys dibutuhkan untuk mengamankan lapangan, termasuk soal keamanan munaslub. Dalam Munaslub 2016, Yorrys menjadi motor utama pemenangan Setya untuk menggalang kekuatan pemilik suara. Yorrys, yang dipecat Setya dari kepengurusan Golkar, berterus terang mendukung Airlangga. "Golkar butuh pemimpin bersih," katanya.
Persoalannya, menurut seorang politikus, jaringan Airlangga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai pemilik suara tak cukup banyak. Dalam Munaslub Golkar di Bali, Airlangga hanya memperoleh 14 suara. Suaranya kalah jauh dibandingkan dengan Aziz Syamsuddin, yang mengumpulkan 48 suara ketua Golkar daerah, bahkan dengan Syahrul Yasin Limpo, yang didukung 27 suara.
Maka Airlangga mengajak Ade Komarudin bergabung. Dalam Munaslub Bali, Ade mengumpulkan 173 suara, meski ia mundur sehingga jalan Setya Novanto jadi lapang. Menurut seorang pendukungnya, Ade kemungkinan besar tak bertarung lagi sebagai calon Ketua Umum Golkar. Airlangga mengakui telah berkomunikasi dengan Ade tentang persiapannya maju dalam munaslub.
Lawan terberat Airlangga berasal dari pendukung Setya Novanto, yakni Idrus Marham. Kelompoknya merupakan kelompok Munas Bali ketika Golkar dilanda perpecahan. Idrus makin kuat karena jabatannya sebagai pelaksana tugas ditentukan langsung Setya sebelum ditahan KPK. Setya kembali mengeluarkan surat dukungan untuk Idrus lewat tulisan tangan setelah ditahan KPK.
Menurut seorang politikus, kubu yang bakal mendukung Idrus adalah pengikut Ketua Dewan Pembina Aburizal Bakrie, yang mendukung Aziz Syamsuddin dalam Munaslub Bali. Artinya, gerbong Aziz mungkin bakal mendukung Idrus juga.
Aburizal mengundang Idrus dalam rapat Dewan Pembina Golkar pada Jumat pekan lalu. Aburizal meminta semua kader partai menghormati keputusan rapat pleno yang menetapkan Idrus sebagai pelaksana tugas ketua umum. Adapun Idrus tak mau membicarakan penggantian Setya. "Semua ada mekanismenya," ujarnya.
Nusron Wahid mengakui masih banyak pengurus Golkar yang menjadi pendukung Setya Novanto. Dukungan kepada Setya tampak dalam rapat pleno Selasa pekan lalu. Sebagian kubu tetap ngotot mempertahankannya dan cukup menunjuk Idrus sebagai pelaksana tugas. "Kami jelaskan supaya mereka sadar bahwa politikus bergerak untuk rakyat, bukan untuk individu," kata Nusron.
Wayan Agus Purnomo, Istman Musaharun, Budiarti Utami Putri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo