Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dari Langitan dengan Perlawanan

PKB versi Alwi-Saifullah terus menggalang kekompakan pendukungnya. Kubu Muhaimin siap-siap dengan jurus recall.

22 Agustus 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, Jawa Timur, para kiai berpengaruh itu duduk berembuk. Seluruhnya ada 22 kiai dari berbagai daerah. Memang ada soal wigati yang membikin mereka bertemu pada Selasa pekan lalu itu, yakni menyikapi kalahnya Alwi Shihab di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada pekan sebelumnya. Dari Langitan itulah para kiai pendukung PKB versi Alwi meneguhkan tekad melanjutkan perlawanan.

Ada lima sikap yang mereka putuskan hari itu. Menurut Ketua DPW PKB Jawa Timur (kubu Alwi), Choirul Anam, salah satu sikap penting adalah menolak vonis PN Jakarta Selatan. ”Putusan pengadilan itu mengesahkan tindakan otoriter dan mengabaikan misi PKB yang dibawa ulama dan kiai sepuh,” kata Anam. Sikap lainnya: DPP PKB versi Alwi-Saifullah Yusuf diminta terus mencari keadilan lewat kasasi. Para kiai juga meminta agar segera mencari ganti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk duduk di posisi Ketua Dewan Syuro. Rekomendasi terakhir, DPP harus segera menggelar muktamar PKB ”yang benar”.

Sikap itu tak bisa dipandang enteng, setidaknya kalau melihat perbawa ke-22 kiai yang meneken pernyataan tersebut. Di antara penanda tangan itu, antara lain, ada KH Idris Marzuki (pengasuh PP Lirboyo), KH Abdulah Faqih (PP Langitan, Tuban), KH Muhaiminan Ghunardo (Pondok Parakan, Temanggung), KH Abdurrahman Chudlori (Pondok API, Magelang), KH Nur Iskandar SQ (Jakarta), KH Mas Subadar (Pasuruan), serta KH Zainuddin Jazuli (Pondok Ploso, Kediri—putra KH Chamim Jazuli atau Gus Mik).

Demikianlah, perlawanan tetap dikibarkan. Dan para kiai itu tidak setengah-setengah. Simaklah pernyataan KH Idris Marzuki yang tanpa tedeng aling-aling. ”Ulama se-Jawa Timur tetap menolak Muhaimin Iskandar. Sikap kami tegas dan ini harga mati,” kata KH Idris Marzuki.

”Harga mati” itu tidak datang tiba-tiba. Mereka sudah menolak kepemimpinan Muhaimin Iskandar, yang terpilih lewat Muktamar II PKB di Semarang, April silam. Sebaliknya, para kiai tetap memberikan restunya kepada duet Alwi Shihab-Saifullah Yusuf yang memimpin PKB sejak 2002.

Sebelumnya, beberapa bulan menjelang muktamar Semarang, duet ini dicopot dari jabatannya oleh Dewan Syuro PKB yang dipimpin KH Abdurrahman Wahid. Merasa tidak terima, Alwi dan Saifullah pun mengajukan gugatan ke PN Jakarta Selatan secara terpisah. Dan di meja hijau itu pulalah gugatan Alwi kandas. Kubu Gus Dur dan Muhaimin Iskandar untuk sementara unggul 1-0.

Putusan itu tidak dianggap sebagai kartu merah oleh Alwi. Dia bertekad maju terus dengan mengajukan kasasi. ”Semua pendukung solid untuk kasasi,” katanya kepada Mawar Kusuma dari Tempo. Sementara itu, di luar pengadilan, dia terus melakukan konsolidasi. Saifullah Yusuf pun segera menyebar pesan pendek ke berbagai daerah begitu putusan dibacakan. Dia meminta para kader dan pendukung supaya tetap kompak. Tampaknya mereka bertekad menyeimbangkan kedudukan.

Gerak cepat itu tak sia-sia. PKB wilayah Jawa Tengah, misalnya, langsung merapatkan barisan. ”Kami terus konsolidasi mempersiapkan muktamar yang akan digelar di Pesantren Lirboyo, Kediri, September nanti,” ujar Ketua Dewan Tanfidz DPW PKB Jawa Tengah, KH Hanif Muslich. Selain itu, DPW juga meminta cabang-cabang yang masih ngambang supaya segera menentukan sikapnya.

Seluruh gebrakan itu tak membikin Muhaimin Iskandar keder. Apalagi, di belakangnya juga masih menyokong sejumlah kiai khos. Mereka, antara lain, KH Abdullah Abas (PP Buntet, Cirebon), Tuan Guru Turmudzi (Lombok, NTB), KH Iljas Ruchjat (PP Cipasung, Tasikmalaya), dan KH Abdullah Sachal (Bangkalan, Madura).

Menurut Muhaimin, reaksi itu hanya sikap emosional seterunya karena kalah di pengadilan. Alih-alih, dia malah menawarkan perdamaian bagi para pendukung kubu Alwi Shihab. ”Saya membuka pintu bagi siapa saja yang mau berdamai,” tuturnya kepada Agriceli dari Tempo.

Toh, Muhaimin tak menutup kemungkinan untuk bersikap lebih keras. Jalannya adalah kemungkinan melakukan recall bagi kader PKB versi Alwi yang duduk di parlemen. Tetapi pilihan itu akan dilakukan setelah dilaksanakan evaluasi pada September nanti. ”Saat ini belum ada recalling,” tuturnya.

Bagi pengikutnya, rencana Muhaimin ternyata diwujudkan lebih cepat. Caretaker Ketua DPW PKB JaTim, Imam Nachrawi, yang pro-Muhaimin, misalnya, memberikan batas waktu hingga pekan ini bagi kadernya di parlemen untuk menyatakan kesetiaannya. ”Jika tak mau bergabung, akan dilakukan recall,” ancamannya.

Palu hakim memang telah diketuk. Tetapi tampaknya hal itu justru menjadi sangkakala pertikaian yang lebih panas di babak berikutnya.

Tulus Wijanarko, Sunudyantoro (Surabaya), Sohirin (Semarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus