Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Difabel Netra kesulitan mengakses situs seleksi Komisi Nasional Disabilitas atau KND yang dikelola oleh Kementerian Sosial. Informasi tentang proses seleksi tersebut menyajikan data dalam format PDF berbasis gambar yang tidak dapat terdeteksi aplikasi pembaca layar dan menggunakan fitur auto-reader.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak teraksesnya informasi tentang proses seleksi anggota Komisi Nasional Disabilitas ini langsung memantik reaksi sejumlah aktivis hak penyandang disabilitas dalam bidang kesetaraan akses dan inklusivitas. Melalui YouTube, Direktur Eksekutif Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel, Joni Yulianto menyampaikan sebab informasi tentang seleksi Komisi Nasional Disabilitas ini tak bisa diakses difabel Netra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Website tersebut memasang fitur auto-reader yang secara otomatis membacakan semua tulisan di dalam website. Tapi fitur ini bertabrakan dengan fitur screen reader yang biasa digunakan difabel Netra untuk membaca tulisan di layar komputer atau ponsel, sehingga suaranya jadi dobel," ujar Joni Yulianto saat dihubungi, Selasa 11 Mei 2021.
Suara ganda yang muncul secara bersamaan menulitkan penyandang disabilitas sensorik Netra dalam mengakses informasi yang disajikan situs. Bila dianalogikan dalam bentuk visual, suara ganda bagi tunanetra seperti orang melihat berbagai macam video secara bersamaan dalam satu waktu. Kegiatan ini mengakibatkan fokus perhatian terpecah.
Menurut Joni, situs seleksi Komisi Nasional Disabilitas sebenarnya dapat terbaca pembaca layar bila tersedia dalam bentuk program berbasis teks dan tidak perlu dipasang fitur auto-reader. Menurut Joni, pembaca layar lebih mudah menavigasi tulisan lantaran dapat membaca secara detail hingga per kalimat, per kata, dan per huruf.
Navigasi kalimat, kata, dan huruf diperlukan oleh tunanetra dalam mengidentifikasi dan mengeja ulang bila terdapat kata atau kalimat yang luput dari pendengaran. Pembaca layar dioperasikan oleh tunanetra dengan cara menggeser jari ke kanan atau kiri. Kegiatan ini secara otomatis memindahkan kursor sesuai posisi yang ingin dibaca difabel Netra.
Sementara fitur auto-reader tidak dapat dinavigasikan per kalimat, per kata, dan per huruf. Auto-reader digunakan dengan cara mengarahkan kursor ke kalimat yang ingin dibaca. Setelah itu, fitur ini akan mengeluarkan suara dan membaca untuk satu kalimat paragraf secara langsung. Kegiatan mengarahkan kursor bagi difabel Netra tentu merupakan sebuah kegiatan yang tidak memungkinkan, karena membutuhkan visualisasi untuk menempatkan kursor.
Menanggapi kritik penyandang disabilitas sensorik Netra, Direktur Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial, Eva Rahmi Kasim mengatakan Panitia Seleksi Terbuka Pengisian Jabatan Komisioner Komisi Nasional Disabilitas telah membangun website seleksiknd.kemensos.go.id yang selalu memperhatikan akses informasi untuk seluruh ragam disabilitas, termasuk penyandang disabilitas sensorik netra.
"Setiap pegumuman yang disampaikan melalui website tersebut dilengkapi dengan screen reader untuk membaca kata atau kalimat yang ditunjuk oleh kursor," kataa Eva Rahmi Kasim saat dikonfirmasi. "Sedangkan auto-reader di webite berfungsi untuk membaca satu blok kalimat."
Menurut Eva, pemasangan auto-reader dalam situs web tidak memerlukan pemasangan software reader yang lain. Pihak Kementerian Sosial menganggap pemasangan auto-reader dapat diakses oleh penyandang disabilitas sensorik netra.
"Dengan adanya auto-reader dan software reader lainnya, maka akan muncul dua suara yang membaca," kata Eva. Tinggal penggunanya apakah ingin menggunakan fitur auto-reader yang sudah melekat di situs atau software pembaca layar yang terpasang di perangkat elektronik mereka.
Eva Rahmi Kasim menilai komplain tentang aksesibilitas ini tidak relevan. Sebab, pada prinsipnya Kementerian Sosial telah memberikan akses yang dapat dijangkau oleh difabel dengan beragam disabilitas. Kecuali di situs tersebut tidak ada layanan yang membantu membacakan isinya -dalam hal ini auto-reader, barulah dapat dikatakan kalau laman ini tidak terakses oleh difabel Netra.
Joni dan aktivis inklusi lainnya menyayangkan pemahaman yang keliru mengenai pengoperasian aplikasi auto-reader, software reader yang disamaratakan dengan pembaca layar screen reader. Meski terdapat fitur pemilihan auto-reader atau software reader yang dapat dinonaktifkan atau diaktifkan salah satunya, informasi dalam web tetap tidak dapat terakses dengan baik oleh difabel Netra.
"Ini karena pilihan tombol mengaktifkan atau tidak untuk fitur auto-reader tersebut berupa pop up yang menutupi dan bergerak mengikuti navigasi kursor saat disentuh. Sementara difabel Netra biasanya menggeser ke kanan atau ke kiri untuk pindah antar tombol," kata Joni. Jika penon-aktifan fitur auto-reader itu tersedia dalam bentuk pop up, maka difabel Netra tidak dapat menyentuh tombol itu secara tepat.