Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Don Mitchy yang dituduh

Sekilas tentang Michio Watanabe. selain sebagai menlu, ia juga sebagai wakil PM Jepang. pernah menduduki tiga jabatan terpenting kabinet Jepang. kini ia dituduh terlibat pembangunan JITC.

2 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA bukanlah politisi sembarangan. Bisa dibilang dialah orang terkuat nomor dua di Jepang saat ini. Jabatannya pun sampai harus rangkap dua, menteri luar negeri sekaligus wakil perdana menteri. Tak pelak lagi kalau politisi yang satu ini adalah calon pewaris tahta perdana menteri. Cuma, kali ini ia terantuk sedikit. Predikatnya bertambah satu lagi: terlibat skandal pembangunan JITC Kemayoran. Dialah Michio Watanabe. Posisi orang terkuat kedua di Jepang ini diraih Watanabe baru pada bulan Oktober tahun lalu. Kala itu Watanabe masuk dalam gelangang pertarungan untuk memperebutkan posisi Ketua Liberal Democratic Party alias LDP, partai yang sekarang berkuasa di Jepang. Dalam pertarungan itulah akhirnya ia menduduki posisi kedua setelah Kiichi Miyazawa yang sekarang menjadi Perdana Menteri Jepang. Segala posisinya sekarang adalah berkah dari posisi runner-upnya itu. Namun, bukan berarti Watanabe politisi kacangan yang baru muncul setahun atau dua tahun. Watanabe meniti karier politiknya dari bawah sekali, di Provinsi Tochigi, sebelah Utara Tokyo, tempat ia dilahirkan pada 28 Juli 1923. Dalam usia 32 tahun, Watanabe sudah terpilih sebagai anggota Dewan Provinsi. Selepas perguruan tinggi tahun 1944, bersama seorang temannya Watanabe mendirikan sebuah perusahaan dagang yang diberi nama Marumutzu. Tugasnya sebagai penjaja barang keperluan sehari-hari kepada para petani. Di sinilah kontak langsung dengan banyak orang yang membuat namanya cukup dikenal. Karier sebagai pedagang keliling ini diakhirinya tahun 1950. Ia menjadi akuntan publik dan mendirikan "Watanabe Accounting Office". Delapan tahun setelah masuk ke 'DPRD' di Tochigi, langkahnya melompat ke pusat menjadi anggota House of Representative sebagai wakil Tochigi. Sejak itu, karier politik anak seorang tentara bernama Kisuke ini terus melaju. Sebagai politisi, Watanabe bisa disebut sebagai satu contoh sukses. Ia sudah pernah menjajal tiga posisi terpenting di kabinet Jepang. Menteri Keuangan (1980-1982), lalu Menteri MITI (1985-1986), dan sekarang Menteri Luar Negeri. Tiga kementerian ini memang dipandang sebagai posisi yang amat kunci karena berhak mengatur dana yang tak sedikit. Bantuan luar negeri Jepang yang sekarang lebih dari Rp 20 trilyun setahun, diatur oleh tiga departemen tadi, plus Badan Perencanaan Ekonomi Jepang. Itu sebabnya Watanabe juga mendapat julukan Don yang berkuasa atas bantuan luar negeri. Don yang satu ini juga dikenal dengan dialek Toguchinya yang begitu kental di lidah. Bicaranya keras dan meledak-ledak. Belakangan, gaya berpidato yang khas itu dijuluki sebagai Mitchy Speak. Mitchy kemudian menjadi panggilan akrab Watanabe. Beberapa contoh menunjukkan bahwa gaya ini bahkan sampai mengundang protes dari luar negeri. Ketika masih posisi sebagai Ketua Komite Riset dan Kebijaksanaan LDP, 1988, Watanabe sempat menghina RRC dengan mengatakan, "Di tetangga kami ini konon masih banyak rakyat yang bermukim di gua-gua, itu sebabnya politiknya kurang baik." Dari Amerika protes meluncur dari kalangan kulit hitam yang dituduh Watanabe "tidak bertanggung jawab". Itu sebabnya banyak orang kaget ketika Mitchy muncul sebagai Menteri Luar Negeri. Bayangkan, gaya berterus terang ini saja sudah membuat Watanabe dinilai sebagai politisi yang tak begitu beradab, apalagi ia malah menduduki pos menteri luar negeri yang mestinya diplomatis dan bersopan-sopan dalam berbicara. Namun, sekalipun suka bicara ngawur, pengalaman diplomasi Watanabe sebenarnya cukup luas. Watanabe adalah salah satu pejabat tinggi Jepang yang amat intensif berkeliling dunia dalam tiga tahun terakhir ini. Dialah yang merundingkan sengketa Kepulauan Kuril di utara Jepang dengan pemimpin Soviet, Gorbachev. Bahkan, untuk itu ia mengunjungi pula kota-kota Rusia di Asia dan berbicara langsung dengan komandan militer Timur Jauh Soviet. Hampir semua pemimpin besar dunia, termasuk Bush dan Yeltsin, juga Presiden Soeharto, pernah dijumpainya sebelum ia diangkat sebagai menteri luar negeri. Bisa jadi, pengalaman inilah yang membuat Miyazawa akhirnya menunjuk si Mitchy. Apakah bapak dua putra dan satu putri ini bakal selamat melalui badai tuduhan skandal kali ini? Tampaknya demikian. Terlebih lagi, Watanabe punya pengalaman yang cukup banyak dalam menghadapi skandal yang merupakan kejadian sehari-hari dalam dunia politik di Jepang. Ketika skandal Recruit meletus tahun 1989 dan menjatuhkan 160 pemimpin teras LDP termasuk Perdana Menteri waktu itu, Noburu Takeshita, Watanabe selamat. Padahal, saat itu ia sudah disebut-sebut sebagai salah seorang politisi kotor karena ikut memiliki barang haram. Kala itu, 5.000 saham perusahaan Recruit yang menjadi alat penyuapan untuk Watanabe, diketahui terdaftar atas nama putranya. Diperkirakan, saham itu akan membawa keuntungan sebesar Rp 150 juta bagi Watanabe dan keluarganya. Sementara dari skandal Kemayoran kali ini, agak susah menebak berapa yang masuk ke kantung Watanabe. Yopie Hidayat (Jakarta) dan Seiichi Okawa (Tokyo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus