Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DRAMA itu segera memasuki babak penutup. Sudah dua bulan panitia khusus penyelidikan kasus bailout Bank Century di Dewan Perwakilan Rakyat bekerja. Pekan pertama Februari depan, panitia itu akan mengumumkan kesimpulan sementara penyelidikan. Kini banyak kepala di Senayan menduga-duga: bagaimana semua ini akan berakhir.
Dalam suasana seperti itulah, pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie terjadi pada awal Januari lalu. Ada yang menyebut pertemuan empat mata ini terjadi di kediaman pribadi Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Namun lebih banyak—termasuk mereka yang ada di ring satu Istana—yang mengaku tidak tahu persis lokasi pertemuan.
Yang jelas, setelah itu merebak rumor tentang adanya persekongkolan antara Istana dan kubu Beringin. Konon SBY dan Aburizal sudah bersepakat menutup kisruh seputar bailout Bank Century dengan pemberhentian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Kabar ini seketika memantik reaksi. Yudhoyono membantah. Ical—begitu Aburizal biasa disapa—menampik lebih seru lagi. Ketika membuka Musyawarah Nasional Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia di Asrama Haji, Bekasi, Jawa Barat, Rabu pekan lalu, dia berbalik membela Sri Mulyani. ”Boediono dan Sri Mulyani adalah kolega saya dan tokoh terhormat,” katanya saat memberikan sambutan. ”Jikapun ada kesalahan, saya yakin itu bukan karena motif korupsi ataupun memperkaya diri.” Dengan kata lain, Ical ingin menegaskan, tidak mungkin dia membuat deal untuk menyingkirkan Sri Mulyani.
Penegasan Ical justru membuat orang menggaruk kepala. Apakah ini akhir manuver Beringin dalam kasus Century? Enam anggota Pansus Century dari Fraksi Golkar selama ini amat garang menyerang Sri Mulyani, Boediono, dan saksi-saksi lain yang menilai tidak ada masalah dalam kebijakan bailout Bank Century. Aburizal pun, dalam beberapa kesempatan, bersuara tajam. Ada apa di balik perubahan ini?
Juru bicara Aburizal, Lalu Mara Satriawangsa, memberikan titik terang. ”Kami hanya ingin suasana (politik) kembali kondusif,” katanya pekan lalu. Perubahan sikap Golkar mulai terbaca dari rapat harian pengurus Golkar, Kamis dua pekan lalu. Rapat rutin yang digelar di lantai dua Hotel Menara Peninsula, Slipi, Jakarta Barat, ini dihadiri puluhan pengurus Beringin.
Aburizal membuka rapat dengan menjelaskan pertemuannya dengan Presiden Yudhoyono. ”Saya sudah bertemu Presiden,” katanya, seperti ditirukan Lalu Mara, yang juga hadir dalam rapat itu. Di hadapan pengurus Golkar, Ical menjelaskan pertemuan itu membahas isu Papua dan penggunaan sisa anggaran 2009 sebesar Rp 38 triliun. Nah, sewaktu pembahasan rapat menginjak isu Panitia Khusus Century, Ical mengarahkan kader-kadernya agar tidak terseret upaya pemakzulan Presiden Yudhoyono. ”Jangan juga berusaha menjatuhkan orang-orang tertentu,” kata Lalu Mara, menirukan arahan Ical ketika itu.
Keesokan harinya, Jumat, 15 Januari, Ical kembali menyampaikan sinyal yang sama. Ketika itu, di tempat yang sama, digelar rapat pleno pertama Pengurus Pusat Partai Golkar. Sekitar 300 politikus Beringin hadir. Sewaktu membuka rapat, Ical lagi-lagi menegaskan sikapnya dalam penyelidikan kasus Century. ”Golkar mendukung pengusutan bail-out Century agar pemerintahan SBY tidak dibebani isu dan gosip dalam menjalankan tugasnya ke depan,” kata Ical.
Dia juga menegaskan lagi posisi Golkar sebagai pendukung pemerintah. ”Golkar konsisten menjadi bagian dari koalisi besar pemerintahan,” kata Aburizal. Menurut Lalu Mara, Ical juga sudah menegur Bambang Soesatyo, politikus Golkar di Senayan, yang sehari sebelumnya melansir pernyataan ”Golkar bukan bagian dari koalisi pemerintah”.
Sinyal-sinyal Ical ini membuat sejumlah kalangan tidak nyaman. Ical dinilai berbelok 180 derajat dari strategi yang selama ini jadi pegangan kader Beringin. ”Ada apa kok Ical mendadak jadi pengacara Sri Mulyani?” kata politikus senior Golkar, Zainal Bintang, pekan lalu. ”Kalau begini, Pansus bisa layu sebelum berkembang,” kata Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Musyawarah Kekeluargaan Gotong-Royong—salah satu organisasi massa pendiri Golkar— yang juga dikenal sebagai pendukung pesaing Ical, Surya Paloh, ini.
Zainal punya alasan. Musyawarah Nasional Partai Golkar di Pekanbaru, awal Oktober 2009, memberikan mandat jelas soal sikap Beringin dalam kasus ini. Dalam pernyataan politik partai, ada poin yang berbunyi: ”Khusus mengenai penanganan terhadap kasus Bank Century, yang mengusik rasa keadilan masyarakat dan berpotensi merugikan negara dalam jumlah sangat besar, Partai Golkar mendesak agar kasus tersebut harus diselesaikan sampai tuntas, secara tegas dan konsisten.”
Pembahasan poin ini lepas dari radar kubu Aburizal ketika itu. ”Saat itu kami tidak memperhatikan pernyataan tersebut,” kata Lalu Mara. Wakil Sekjen Golkar ini menuding saat itu kubu pesaing Aburizal, Surya Paloh, lebih mendominasi perdebatan di Komisi C, yang menggodok pernyataan politik tersebut.
Zainal Bintang membenarkan. Menurut dia, penuntasan kasus Century adalah keinginan rakyat. ”Jika Pansus gagal, itu adalah kegagalan Golkar,” katanya. Apa indikator keberhasilan Panitia Khusus? ”Jujur sajalah, sasarannya kan hanya tiga: menurunkan SBY, Boediono, atau Sri Mulyani,” katanya.
Desakan dan tuntutan seperti yang disuarakan Zainal itulah yang harus dihadapi Aburizal di dalam tubuh Golkar. Sementara, dari luar, Ical menghadapi gerilya politik yang tak kalah kencang. Pada babak-babak akhir Panitia Khusus Century ini, Beringin tak bisa lagi bermain di dua kaki. Mereka dipaksa memilih: mendukung atau menyerang kebijakan bailout.
Ketua Fraksi Golkar Setya Novanto mengakui belum ada kesepakatan soal rekomendasi politik macam apa yang akan disodorkan Golkar kepada Panitia Khusus Century. ”Kami masih belum memutuskan,” katanya. Tatkala didesak untuk menilai hasil pemeriksaan saksi-saksi di Panitia Khusus, Novanto mengelak, ”Saya masih mempelajari datanya.”
Ditemui terpisah, Ketua Dewan Pembina Golkar Akbar Tandjung mengakui ada pihak yang meragukan obyektivitas penilaian Golkar dalam kasus Century, mengingat persoalan pajak sejumlah perusahaan Bakrie yang sedang diusut Departemen Keuangan. ”Memang ada masalah itu, tapi saya tidak melihat ada pengarahan dari Pak Ical untuk menyerang secara personal orang per orang,” katanya.
Dia juga membenarkan ada sebagian politikus Partai Demokrat yang mencurigai Beringin bermain di dua kaki, mengingat mantan Ketua Umum Golkar yang juga eks wakil presiden, Jusuf Kalla, adalah salah satu tokoh yang bersemangat menyudutkan Boediono dan Sri Mulyani. ”Karena itu, saya minta Pansus segera mengeluarkan pendapat sementara, supaya semua orang bisa tahu ke mana arah Pansus ini,” katanya.
Dalam proses menghasilkan kesimpulan sementara, Akbar bahkan minta—kalau perlu—diadakan voting. Tanpa itu, kata Akbar, semua partai dalam koalisi pendukung pemerintah bisa terus saling curiga. ”Kalau begini terus, soliditas koalisi bisa terganggu,” katanya.
Soliditas koalisi inilah yang juga membuat Istana Kepresidenan mulai bergerak. Daniel Sparringa, staf khusus kepresidenan bidang komunikasi politik, mengakui Presiden dan stafnya ”tidak gembira” melihat usaha Pansus Century yang cenderung bersemangat mengadili kebijakan bailout. ”Dalam tradisi organisasi mana pun, itu tidak bisa diterima,” katanya.
Soal Sri Mulyani, Daniel menegaskan dukungan Presiden. ”Meski tidak pernah disampaikan secara eksplisit, Menteri Keuangan mendapat dukungan moral dan bahkan politik dari Presiden,” katanya. ”Sri Mulyani, dan juga Boediono, tidak pernah sendirian,” katanya.
Wahyu Dhyatmika (Jakarta), Hamluddin (Bekasi)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo