Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan merujuk pada hasil survei Indikator Politik maka elektabilitas Joko Widodo atau Jokowi sebagai inkumben mengkhawatirkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di manapun namanya survei, kalau inkumben angkanya stagnan di angka 50 itu mengkhawatirkan dan mengerikan," kata Dahnil di bioskop CGV Fx Sudirman, Jakarta, Selasa, 8 Januari 2019.
Hasil survei lembaga Indikator Politik mencatat elektabilitas Joko Widodo atau Jokowi dan Ma'ruf Amin masih lebih unggul daripada Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Dalam survei itu, tingkat keterpilihan keduanya 54,9 persen, sedangkan Prabowo - Sandiaga sebesar 34,8 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan selisih 20 persen itu tak lantas membuat Jokowi - Ma'ruf aman. Di sisi lain, tak cukup mudah untuk dikejar oleh pasangan Prabowo - Sandiaga.
Dahnil mengatakan hasil survei itu membuat tim Prabowo - Sandiaga yakin dapat mengalahkan Jokowi - Ma'ruf. Ia kemudian mencontohkan saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hendak maju sebagai presiden di periode kedua 2009 lalu.
"Pak SBY pada paruh kedua yang mau maju lagi itu angka elektabilitasnya 70-80 persen lho. Tinggi sekali. Dan kami menangkap wajah-wajah panik dari pak Jokowi dan pak Ma'ruf," kata dia.
Ia lalu mengatakan dari data-fakta empirik hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) sebelum-sebelumnya, inkumben yang surveinya di angka 50 persen memiliki kans besar untuk kalah. "Dan kami yakin gelombang perubahan itu semakin membesar. Terus terang suasana yang ada di BPN itu suasana menang. Kami terus terang akui itu," kata Dahnil Anzar.