Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB akan bertandang ke Manado, Sulawesi Utara untuk koordinasi pelaksanaan tanggap darurat atas erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Besok pagi pukul 09.20, Kepala BNPB (Letjen TNI Suharyanto) akan meninjau langsung proses tanggap darurat dan evakuasi ini ke Sulawesi Utara,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam jumpa pers daring, Rabu malam, 17 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Abdul mengatakan pemerintah pusat bisa turun tangan setelah Kabupaten Sitaro menyatakan status tanggap darurat yang berlangsung selama 14 hari dari 16 hingga 29 April 2024. Meski begitu, menurut dia, jangka waktu itu bisa diperpanjang, tergantung dinamika dan kondisi di lapangan. “Kami harapkan alat-alat utama dari Basarnas dan TNI-Polri besok pagi sudah siapsiaga untuk merapat ke Pulau Tagulandang,” katanya.
Ia mengatakan BPBD Sulawesi Utara akan mendata guna penghitungan kebutuhan logistik dasar masyarakat yang mengungsi. Masyarakat yang berada di radius 6 kilometer dari puncak Gunung Ruang harus mengungsi karena status erupsi gunung itu naik menjadi awas atau level IV.
"Kami sudah punya estimasi awal warga yang memerlukan dukungan nantinya, dan besok logistik dari Jakarta juga akan segera ke Manado untuk dibawa ke Pulau Tagulandang,” katanya.
Setelah koordinasi tanggap darurat, BNPB bisa memperkirakan kebutuhan logistik masyarakat yang dievakuasi untuk satu minggu ke depan. Meski kata Abdul, prioritas saat ini adalah upaya mengevakuasi penduduk yang masih berada di radius 6 kilometer.
“Kami terus berkomunikasi dengan Lantamal di Manado. Saat ini dalam proses evakuasi warga dari Gunung Ruang ke Tagulandang, ada 1 KRI, kapal feri kecil 2 unit, kapal Basarnas 1 unit, dan sudah berjalan dari tadi pagi, jadi paling tidak ada 4 kapal yang sudah pasti bisa mendukung,” katanya.
Sementara hingga Rabu malam, masyarakat mengungsi naik ke daerah perbukitan dengan berjalan kaki, maupun menggunakan roda empat dan roda dua ke arah timur, timur laut, dan utara, untuk menjauhi daerah lontaran batu pijar yang masih berlangsung.
“Dari keterangan warga yang cukup intens berkomunikasi langsung dengan kami di BNPB, bahkan pada jarak radius 6 kilometer pun masih terjadi lontaran batu pijar ukuran sebesar jempol orang dewasa yang sampai ke pemukiman warga,” ujar Abdul.