Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Gempa berkekuatan 6,9 magnitudo terjadi di arah barat daya Sumur, Pandeglang, Banten, pada pukul 19.03 WIB kemarin. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat pusat gempa berada pada 7.54 Lintang Selatan, 104.58 Bujur Timur atau sekitar 147 kilometer barat daya Banten dengan kedalaman 10 kilometer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan awal BMKG menyebutkan lindu itu berkekuatan 7,4 magnitudo, terjadi tak jauh dari pesisir pantai Kabupaten Pandeglang, dan berpotensi tsunami. Dua jam kemudian peringatan tsunami ini dicabut. BMKG juga meralat kekuatan gempa menjadi 6,9 magnitudo. "Tapi kemudian, tsunami nihil," kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, kemarin. Daryono mengatakan peringatan awal lembaganya memang menyebut gempa ini berpotensi memicu tsunami dengan ketinggian hingga 3 meter di bagian selatan Pandeglang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Agus Wibowo, mengatakan lindu tersebut berlangsung selama 5-10 detik. Agus mengatakan gempa terasa di sejumlah wilayah, antara lain Pandenglang, Lebak, Lampung, Bengkulu, Sukabumi, Depok, Jawa Tengah, hingga Jakarta. Guncangan gempa ini membuat masyarakat di sejumlah daerah itu berhamburan ke luar rumah dan dari gedung bertingkat. "Di Kabupaten Pandeglang, masyarakat dilaporkan panik dan keluar rumah," kata Agus.
Ananda Deni, warga Lebak, mengatakan ia dan keluarganya sempat panik ketika BMKG memberi peringatan potensi tsunami setelah gempa. "Warga panik sejak peringatan gempa dan tsunami. Mereka beramai-ramai mengungsi ke tempat yang jauh dan lebih tinggi," kata Ananda, kemarin.
Ia tinggal di dekat pesisir pantai dan sempat mengamati permukaan air laut. Ia mengatakan, saat peringatan tsunami dikeluarkan, sebagian masyarakat memilih ke pantai untuk mengamati kondisi air laut. Ananda melihat permukaan air laut di pesisir Lebak tetap normal setelah gempa. "Tidak ditemukan adanya tanda-tanda kenaikan permukaan air laut," ujarnya.
Ananda dan beberapa warga Lebak menginformasikan bahwa banyak bangunan yang rusak serta retak-retak akibat gempa, di antaranya bangunan pemerintah daerah Kabupaten Lebak, gedung Gelora Olahraga Lebak, dan rumah penduduk.
Adapun menurut informasi sementara yang diterima Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB, gempa ini mengakibatkan 18 rumah rusak di Kabupaten Cianjur, Bandung Barat, Sukabumi, dan Kota Bogor. BNPB juga mendapat informasi bahwa masyarakat di sejumlah daerah memilih mengungsi setelah gempa. "Berdasarkan pantauan Pusdalops BMKG, sekitar seribu warga mengungsi ke kantor Gubernur Lampung," kata Agus Wibowo.
Setelah gempa, polisi dan tim SAR diterjunkan ke lapangan. Juru bicara Kepolisian Daerah Banten, Ajun Komisaris Besar Edy Sumardi, mengatakan polisi menerjunkan 200 personel untuk memantau kondisi di lapangan. "Kami juga menggerakkan personel di masing-masing polsek pantai untuk mengimbau masyarakat agar naik ke dataran yang lebih tinggi," katanya.
Kepala SAR Daerah Kabupaten Sukabumi, Okih Fajri Assidiq, melaporkan kondisi di Pantai Citepus, Pelabuhan Ratu, masih aman. Tapi ia melihat air laut sedang pasang. "Tidak ada peningkatan gelombang yang signifikan," katanya.
Setelah gempa ini, BMKG tetap memprediksi bakal terjadi lindu susulan. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, mengatakan pusat gempa terjadi di zona yang tersusun dari bebatuan sedimen berumur kuarter yang mengalami pelapukan. Lindu ini merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia. "Batuan berumur kuarter serta batuan berumur tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat urai, lepas, belum kompak, dapat bersifat memperkuat efek guncangan gempa bumi," katanya.
ANWAR SISWADI (BANDUNG) | JHONIANSYAH (TANGERANG) | EGY ADYATAMA | AVIT HIDAYAT (JAKARTA)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo