HUJAN deras mengguyur Kota Cianjur pekan lalu. Tapi ketika STM
Islam Al-i'anah memulai pelajaran pertamanya, pukul 13.30 tepat
tak seorang siswa pun absen. Juga tak ada yang terlambat.
"Pertama-tama kami tekankan soal disiplin, kemudin soal
pelajaran," kata Y. Suratman Kartawijaya, 38 tahun, Kepala STM
itu.
Tak berarti pelajaran di sekolah itu lantas ketinggalan. Paling
tidak dalam Lomba Cerdas-Cermat TVRI Pusat untuk tingkat SLA dua
pekan lalu. STM Al-i'anah keluar sebagai juara pertama.
Sekolah itu oleh orang Cianjur disebut Stekmal (Sekolah
Teknologi Menengah Al--i'anah),Sejak sekolah kejuruan ini
dibuka, 26 Januari 1976, para pengasuhnya mencoba melayani
kebutuhan masyarakat.
Siswanya membuat kusen pintu dan jendela, kunci slot, kereta
jenazah, bahkan pompa hidran. Pesanan masyarakat mengalir. Dan
harga di sekolah itu cukup bersaing.
Dijualnya pompa hidran ang dibuat oleh anak-anak Jurusan Mesin,
misalnya, Rp 150 ribu. Di luar, dengan ukuran yang sama, pompa
semacam itu paling murah Rp 200 ribu. "Tujuan kami bukan uang,
tapi mendidik anak-anak mampu memproduksi keperluan masyarakat,"
tutur Komaruddin, 41 tahun, seorang guru praktek.
Mementingkan praktek, STM Al-i'annah benar-benar ideal. Wajah
optimistis bisa dilihat di kalangan siswanya. Taslim, siswa
kelas 11 Jurusan Bangunan.
misalnya, berkata "Sekarang saya sudah - siap bila ada yang
minta merencana kan dan melaksanakan bangunan rumah." Ia
bercita-cita menjadi arsitek.
Cecep Suprialna kelas II Jurusan Mesin, mengatakan ia tak takut
pada kata pengangguran. "Membuat baut, kunci lemari atau
mereparasi mesin pabrik yang sederhana bagi kami tak sulit,"
katanya.
Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah ini cukup besar.
Terbukti sekali dari banyakinya pesanan pompa hidran, yang
pada mulanya dibuat untuk penduduk Cianjur yang berdiam di
pinggir sungai. Umumnya rumah penduduk tinggi di tebing
sungai. Untuk mengambil air dengan pompa hidran, waktu dan
tenaga mereka bisa dihemat.
Suratman merencanakan sedikit keuntungan untuk sekolah dengan
tujuan mengurangi biaya orang tua murid." Juga jadwal kerja akan
diatur serapi mungkin.
Selama ini para siswa mengerjakan pesanan dari luar sekolah pada
pagi hari, sebelum jam pelajaran pukul 13.30-19.30. Dan biasanya
bahan baku pesanan itu ditanggung anak-anak sendiri.
Keuntungannya pun masuk saku mereka.
Semula sekolah ini mengontrak sebu ah bangunan SD. Kemudian,
tahun 1977, STM ini mendapat tanah wakaf dari Masjid Agung
Cianjur, dengan sewa tanah 1 ton padi setahun. Maka dimulailah
pembangunan gedung secara swakarya, setahap demi setahap. Cara
pembangunan seperti itu, yang melibatkan tenaga guru dan siswa,
menghemat biaya, sekaligus untuk pelajaran praktek. Sampai saat
ini dengan selesainya 30 lokal, kantor, kamar kecil dan tempat
praktek mereka hanya menghabiskan Rp 33 juta. Sebagian besar
uang itu berupa sumbangan orang tua murid.
"Saya puas dan ikhlas (menyumbang) karena uang itu jelas
hasilnya," kata E. Mardi, seorang pensiunan ABRI yang anaknya
sekolah di sini. Memang tiap tahun laporan penerimaan dan
penggunaan uang selalu dibuat secara terbuka dan dikirimkan
kepada orang tua murid.
STM itu tergabung dalam Yayasan Perguruan Islam Al-i'anah yang
didirikan oleh K.H. Mohammad Noh, 17 September 1912 . Yayasan
ini juga memiliki TK, SMP, SMA, SPG. Juga ada Universitas
Al-i'anah yang baru mempunyai Fakultas Tarbiyah saja.
Menurut Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan Kanwil P &
K Jawa Barat, STM Al-i'anah agak menonjol dibanding STM lainnya
di provinsi itu. Tapi resminya masih menggunakan Kurikulum 1964,
yang mewajibkan pelajaran praktek hanya 10%. Kurikulum 1976
mengharuskan pelajaran praktek sekitar 40%.
Dengan pesanan masyarakat yang dikerjakan para siswa di bawah
bimbingan guru itu, jam praktek STM ini justru jauh lebih
banyak. Hari-hari ini bahkan Pemda Cianjur memesan 20 kereta
sampah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini