Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Jam prakteknya lebih banyak

Sekolah tehnologi menengah al-i'anah di cianjur, gedungnya dibangun para siswa sendiri, mengerjakan pesanan masyarakat seperti membuat: pompa hidran, kusen pintu, jendela dan slot pintu. (pdk)

27 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUJAN deras mengguyur Kota Cianjur pekan lalu. Tapi ketika STM Islam Al-i'anah memulai pelajaran pertamanya, pukul 13.30 tepat tak seorang siswa pun absen. Juga tak ada yang terlambat. "Pertama-tama kami tekankan soal disiplin, kemudin soal pelajaran," kata Y. Suratman Kartawijaya, 38 tahun, Kepala STM itu. Tak berarti pelajaran di sekolah itu lantas ketinggalan. Paling tidak dalam Lomba Cerdas-Cermat TVRI Pusat untuk tingkat SLA dua pekan lalu. STM Al-i'anah keluar sebagai juara pertama. Sekolah itu oleh orang Cianjur disebut Stekmal (Sekolah Teknologi Menengah Al--i'anah),Sejak sekolah kejuruan ini dibuka, 26 Januari 1976, para pengasuhnya mencoba melayani kebutuhan masyarakat. Siswanya membuat kusen pintu dan jendela, kunci slot, kereta jenazah, bahkan pompa hidran. Pesanan masyarakat mengalir. Dan harga di sekolah itu cukup bersaing. Dijualnya pompa hidran ang dibuat oleh anak-anak Jurusan Mesin, misalnya, Rp 150 ribu. Di luar, dengan ukuran yang sama, pompa semacam itu paling murah Rp 200 ribu. "Tujuan kami bukan uang, tapi mendidik anak-anak mampu memproduksi keperluan masyarakat," tutur Komaruddin, 41 tahun, seorang guru praktek. Mementingkan praktek, STM Al-i'annah benar-benar ideal. Wajah optimistis bisa dilihat di kalangan siswanya. Taslim, siswa kelas 11 Jurusan Bangunan. misalnya, berkata "Sekarang saya sudah - siap bila ada yang minta merencana kan dan melaksanakan bangunan rumah." Ia bercita-cita menjadi arsitek. Cecep Suprialna kelas II Jurusan Mesin, mengatakan ia tak takut pada kata pengangguran. "Membuat baut, kunci lemari atau mereparasi mesin pabrik yang sederhana bagi kami tak sulit," katanya. Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah ini cukup besar. Terbukti sekali dari banyakinya pesanan pompa hidran, yang pada mulanya dibuat untuk penduduk Cianjur yang berdiam di pinggir sungai. Umumnya rumah penduduk tinggi di tebing sungai. Untuk mengambil air dengan pompa hidran, waktu dan tenaga mereka bisa dihemat. Suratman merencanakan sedikit keuntungan untuk sekolah dengan tujuan mengurangi biaya orang tua murid." Juga jadwal kerja akan diatur serapi mungkin. Selama ini para siswa mengerjakan pesanan dari luar sekolah pada pagi hari, sebelum jam pelajaran pukul 13.30-19.30. Dan biasanya bahan baku pesanan itu ditanggung anak-anak sendiri. Keuntungannya pun masuk saku mereka. Semula sekolah ini mengontrak sebu ah bangunan SD. Kemudian, tahun 1977, STM ini mendapat tanah wakaf dari Masjid Agung Cianjur, dengan sewa tanah 1 ton padi setahun. Maka dimulailah pembangunan gedung secara swakarya, setahap demi setahap. Cara pembangunan seperti itu, yang melibatkan tenaga guru dan siswa, menghemat biaya, sekaligus untuk pelajaran praktek. Sampai saat ini dengan selesainya 30 lokal, kantor, kamar kecil dan tempat praktek mereka hanya menghabiskan Rp 33 juta. Sebagian besar uang itu berupa sumbangan orang tua murid. "Saya puas dan ikhlas (menyumbang) karena uang itu jelas hasilnya," kata E. Mardi, seorang pensiunan ABRI yang anaknya sekolah di sini. Memang tiap tahun laporan penerimaan dan penggunaan uang selalu dibuat secara terbuka dan dikirimkan kepada orang tua murid. STM itu tergabung dalam Yayasan Perguruan Islam Al-i'anah yang didirikan oleh K.H. Mohammad Noh, 17 September 1912 . Yayasan ini juga memiliki TK, SMP, SMA, SPG. Juga ada Universitas Al-i'anah yang baru mempunyai Fakultas Tarbiyah saja. Menurut Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan Kanwil P & K Jawa Barat, STM Al-i'anah agak menonjol dibanding STM lainnya di provinsi itu. Tapi resminya masih menggunakan Kurikulum 1964, yang mewajibkan pelajaran praktek hanya 10%. Kurikulum 1976 mengharuskan pelajaran praktek sekitar 40%. Dengan pesanan masyarakat yang dikerjakan para siswa di bawah bimbingan guru itu, jam praktek STM ini justru jauh lebih banyak. Hari-hari ini bahkan Pemda Cianjur memesan 20 kereta sampah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus