Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jamaah Islamiyah Tak Lagi Tiarap

Jaringan Jamaah Islamiyah dan Jamaah Ansharud Daulah kembali bergeliat di Indonesia. Polisi antiteror menangkap sejumlah anggota kedua kelompok yang sedang menyusun kekuatan.

9 Februari 2021 | 00.00 WIB

Tim gabungan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan Brimob Polda Sulawesi Selatan menggiring tersangka teroris saat akan diberangkatkan ke Jakarta di Bandara lama Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 4 Februari 2021. ANTARA/Abriawan Abhe
material-symbols:fullscreenPerbesar
Tim gabungan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan Brimob Polda Sulawesi Selatan menggiring tersangka teroris saat akan diberangkatkan ke Jakarta di Bandara lama Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 4 Februari 2021. ANTARA/Abriawan Abhe

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Pengamat terorisme Stanislaus Riyanta mengatakan Jamaah Islamiyah dan Jamaah Ansharud Daulah merupakan dua kelompok utama teroris yang saat ini bergeliat di Indonesia.

  • Menurut dia, belakangan ini, sejumlah penangkapan oleh tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menunjukkan anggota dua kelompok tersebut kembali menyusun kekuatan.

  • Stanislaus Riyanta mengatakan cara serangan teror Jamaah Islamiyah dan Jamaah Ansharud Daulah berbeda.

JAKARTA – Pengamat terorisme Stanislaus Riyanta mengatakan Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansharud Daulah (JAD) merupakan dua kelompok utama teroris yang saat ini bergeliat di Indonesia. Menurut dia, belakangan ini, sejumlah penangkapan oleh tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menunjukkan anggota dua kelompok tersebut kembali menyusun kekuatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sebagai contoh, pada Januari lalu, polisi menangkap belasan terduga teroris dari Jamaah Ansharud Daulah di Makassar, Sulawesi Selatan. Lalu, pada Desember 2020, Polri meringkus puluhan anggota Jamaah Islamiyah di Desa Gintungan, Semarang, Jawa Tengah. Pada penangkapan di Semarang, polisi menyatakan telah menemukan lokasi latihan militer anggota JI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Stanislaus, JI dan JAD punya pemahaman yang berbeda. Jamaah Islamiyah merupakan jaringan radikal terorisme yang berafiliasi dengan Al-Qaidah. “Adapun Jamaah Ansharud Daulah berbaiat pada Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS,” kata dia, kemarin.

Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap belasan terduga teroris di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Januari lalu. Polisi menduga mereka terlibat dalam jaringan teroris Jamaah Ansharud Daulah yang terafiliasi dengan ISIS. Kini, para terduga teroris tersebut sudah ditahan di Jakarta untuk menjalani penyidikan lebih lanjut.

Tim gabungan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan Brimob Polda Sulsel menggiring tersangka teroris di Bandara lama Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 4 Februari 2021. ANTARA/Abriawan Abhe

Sebelumnya, pada akhir Desember 2020, Polri menangkap puluhan anggota JI di Desa Gintungan, Semarang, Jawa Tengah. Jaringan ini berbeda dengan JAD karena JI merupakan kelompok teroris yang terafiliasi dengan Al-Qaidah.

Dalam penangkapan tersebut, polisi menemukan sarana pelatihan militer di sebuah vila. Sarana itu dipakai kelompok JI untuk membentuk pasukan militer. "Mereka dilatih bela diri menggunakan senjata tajam, senjata api, dan merakit bom," kata Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Argo Yuwono.

Stanislaus Riyanta mengatakan cara serangan teror Jamaah Islamiyah dan Jamaah Ansharud Daulah berbeda. Sebagai contoh, Jamaah Islamiyah hanya memperbolehkan pria dewasa sebagai pelaku jihad. Adapun JAD memperbolehkan perempuan dan anak-anak ikut sebagai pelaku aksi teror.

Ia mencontohkan serangan ke gereja dan kantor polisi di Surabaya pada 2018. Dalam serangan teror ini, kelompok JAD menggunakan perempuan dan anak sebagai pelaku.

Menurut dia, kelompok JAD cenderung terdiri atas kelompok dan simpatisan kecil, seperti keluarga. Adapun JI merupakan organisasi yang lebih rapi. Mereka punya struktur komando yang kuat dan tersusun kokoh. "Jadi, misalnya pimpinan Jamaah Islamiyah tertangkap polisi, para anggotanya sudah tahu kepemimpinan berikutnya. Mereka juga sudah tahu kaderisasinya seperti apa," kata dia.

Selain itu, Jamaah Islamiyah dianggap punya kekuatan personel yang mumpuni karena para tokohnya sempat berperang di Afganistan dan Filipina. Karena itu, Jamaah Islamiyah lebih andal dalam menempa anggota mereka dalam latihan kemiliteran.

Menurut Stanislaus, saat ini kelompok Jamaah Islamiyah mulai menunjukkan eksistensinya setelah sempat tiarap sejak tewasnya pimpinan utama mereka, Noordin Mohammad Top, pada 2009. "Setelah ISIS tersudut dan hilang kekuatannya, giliran Al-Qaidah yang unjuk eksistensi, termasuk Jamaah Islamiyah," kata dia.

Adapun Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada, Muhammad Najib Azca, mengatakan jaringan Jamaah Islamiyah saat ini sedang membenahi diri. Sebab, sejumlah tokoh penting mereka sudah ditangkap polisi.

Anggota polisi menutup akses menuju rumah terduga teroris setelah penggerebekan di Perumahan Villa Mutiara, Makassar, Sulawesi Selatan, 6 Januari 2021. ANTARA/Arnas Padda

Sembari menunggu, kelompok JI masih rajin memberikan pelatihan kemiliteran kepada anggotanya. "Jadi, secara kekuatan, Jamaah Islamiyah lebih kuat dibanding JAD karena faktor latihan militer," kata Najib ketika dihubungi Tempo, kemarin.

Kelemahan JAD lainnya adalah tak ada tokoh penting yang dijadikan imam atau panutan dalam bergerak. Karena itu, pergerakan JAD lebih bersifat kelompok kecil. Serangan di Jalan Thamrin, Jakarta, pada 2016 menjadi buktinya. "Kemampuan serangan mereka rendah. Buktinya, pada aksi di Thamrin, korban yang jatuh malah dari mereka sendiri," kata Najib.

Meski begitu, terdapat kesamaan antara Jamaah Islamiyah dan Jamaah Ansharud Daulah saat ini. Pergerakan keduanya mudah terdeteksi oleh polisi. Walhasil, aksi mereka pun hanya berkekuatan kecil, tak semematikan bom Bali pada 2002 yang dilakukan oleh Jamaah Islamiyah. "Kita patut memberikan apresiasi kepada Densus 88 Antiteror Polri karena kinerja mereka membuat jaringan teroris kesulitan bergerak," kata Najib.

INDRA WIJAYA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus