Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFOJABAR- Penambahan kapasitas tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Barat (Jabar) harus disertai dengan peningkatan dan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), baik tenaga kesehatan maupun tenaga nonkesehatan. Hal itu dilakukan supaya penanganan pasien Covid-19 berjalan optimal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Jabar Marion Siagian mengatakan, pihaknya sudah mengirim surat edaran ke rumah sakit untuk mengonversi 30-40 persen dari total kapasitas tempat tidur RS sebagai tempat tidur perawatan Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di internal RS dilakukan refocusing tenaga-tenaga yang melayani non-Covid-19 untuk merawat pasien Covid-19 karena penambahan tempat tidur harus disertai penambahan SDM. “Perawatan pasien Covid-19 juga membutuhkan penanganan dari tenaga-tenaga dari berbagai disiplin ilmu yang kompeten di bidangnya," ujar Marion dalam Podcast Juara yang ditayangkan pada Selasa 22 Juni 2021.
"Apalagi penanganan di ruang ICU membutukanh tenaga kesehatan yang memang kompeten dalam mengoperasikan peralatan di ICU. Mereka harus sudah terlatih. “Setiap pasien Covid-19 di ICU membutuhkan pengawasan dokter dan perawat yang terus-menerus melakukan pemantauan terhadap status kesehatan pasien tersebut,"katanya.
Pemprov Jabar membuka rekrutmen Tim Relawan Medis Penanganan Covid-19. Rekrutmen dilakukan guna memperkuat SDM tenaga kesehatan di rumah sakit yang kini makin kewalahan karena menghadapi lonjakan kasus Covid-19. Nantinya, relawan yang mendaftar akan ditempatkan di sejumlah rumah sakit khususnya di Bandung Raya.
Seperti diketahui Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Jabar menetapkan Bandung Raya dalam status siaga 1 akibat lonjakan kasus pascalibur Lebaran.
Selain penambahan kapasitas dan penguatan SDM, Pemprov Jabar akan memfasilitasi alat medis untuk perawatan pasien Covid-19. Mulai dari Alat Pelindung Diri (APD) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
"Sekarang sedang diidentifikasi fasyankes yang membutuhkan bantuan. Jadi bukan hanya rumah sakit, tetapi juga laboratorium. Dan tenaga pendukung sedang diidentifikasi tenaga pendukung yang mana yang dibutuhkan? Misalnya tenaga penginput data juga diperlukan karena data harus masuk real time," ujarnya.
Menurut Marion, sistem kesehatan harus diperkuat dari sisi input dan proses, agar output bisa terukur.” Outputnya apa? Angka kesembuhan meningkat, angka kematian menurun, dan nakes sehat. Ini angka-angka yang harus kita capai dalam pengendalian Covid-19," katanya. (*)