Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kaya mendadak di Beji

Penduduk seisi kampung di desa beji, kec. tulis, kab. batang, ja-teng menang porkas. mereka dapat nomor jitu dari wangsit. dalam waktu singkat, wajah desa beji bersolek. jembatan-jembatan, jalan raya, dll. diperbaiki.

22 Agustus 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LANGKA tapi nyata, Saadi, 55 tahun seorang buruh kasar, bersemadi sehari semalam pada Jumat Kliwon itu. Pikirannya dikosongkan, sesajian dipasang. Menjelang azan subuh bergema, empat buah huruf melintas di kepalanya: J... B. . . K. . . M. . . Saadi bangkit, berbisik, dan segera saja tersebarlah empat huruf itu ke seluruh pelosok desa. Lalu, esok harinya, ramai-ramai penduduk menyerbu kios Porkas. Hasilnya: empat huruf itu yang keluar. Maka, sang bandar Porkas boleh pusing kali ini. Dari kasnya dikuras Rp 78,3 juta. Masih ditambah dengan bonus sebuah mobil Suzuki Forsa tahun 1987. Ajaib memang. Tapi, itulah yang terjadi di Desa Beji, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Warga desa merayakan kemenangan itu dengan pesta semalam suntuk. Saadi, buruh kasar yang bersemadi itu, jadi buah bibir di setiap pembicaraan. Dialah pahlawan perubahan nasib. Keajaiban itu bermula dari sebuah tekad: memerangi kemelaratan. Dibelah oleh jalan kabupaten yang menghubungkan Pekalongan dan Kendal, bagian Desa Beji di selatan keadaannya lebih parah. Penduduk hidup berdesak-desakan di rumah bilik bambu beralaskan lantai tanah. Umumnya warga desa mempunyai pekerjaan sebagai buruh tani. Yang paling parah di antara tiga dukuh di selatan adalah Dukuh Soko, tempat Saadi tinggal. Kemiskinan berkepanjangan hampir mematahkan semangatnya. "Heran. Selama hidup kok susah terus. Miskin terus, sakit tak sembuh-sembuh. Sudahlah, kalau harus mati karena nglakoni, itu lebih baik daripada hidup selalu menderita," cerita Saadi pada TMPO setelah memenangkan undian Porkas. Itu sebabnya ia lantas menerima penawaran Rachmadi, 50 tahun, tetangganya untuk nglakoni tadi. Rachmadi sendiri yang meracik sajen, dari ayam panggang hitam dan putih, lalu kemenyan, bunga tujuh warna, sebutir telur, dan kertas putih. Saadi mulai beraksi. Merebahkan diri di lantai tanah, hanya berselimutkan sarung. "Saya sudah biasa tidur di tanah, tidak makan berhari-hari. Ini akibat sakit yang saya derita dan tidak ada yang harus saya makan," tutur Saadi. Ia mulai memejamkan mata. Dalam semadinya, ia minta kesediaan roh Endang Perkayangan Smoro Bumi Beji Soko, konon roh pendiri Desa Beji, menunjukkan huruf yang akan keluar. Dan, menjelang subuh, datanglah wangsit itu. "Kowe bakalan entuk rejeki (kamu bakal dapat rezeki)." Saadi terkejut. Ia menyuruh Rachmadi melihat kertas putih di sesajian dengan teropong. Lho, mana teropongnya? Ya, itu . . . telur sesajen itu jadi teropong. Rachmadi nurut saja. Bak nakoda kapal ia meneropong. Jangan salah, bukan anak ayam yang kelihatan dalam telur. Tapi huruf melingkar-lingkar. Entah melingkarnya bagaimana, pokoknya itulah deretan huruf J-B-K-M. Huruf "keramat" sudah didapat. Rachmadi kemudian mencari Ali, petugas lapangan keluarga berencana, yang merangkap sebagai agen gelap Porkas. Bekerjalah "panitia" penanggulangan kemelaratan yang terbentuk secara spontan itu mengumpulkan dana pembelian kupon Porkas. Mengingat tak semua mampu membeli sehelai kupon seharga Rp 300 itu, panitia membolehkan pembelian patungan Melalui Ali itu akhirnya terkumpul dana untuk 29 kupon. Sementara itu, ada yang berangkat ke Batang sekitar 7 km dari Beji -- membeli langsung ke bandar Porkas. Walhasil, ada 87 kupon yang diborong warga Beji. Ketika pada penarikan Porkas pcriodc ke-29, pada 19 Juli lalu, empat huruf itu tepat keluar, bersoraklah penduduk Beji. Pembelian 29 kupon lewat Ali menghasilkan Rp 26,1 juta. Plus bonus sebuah mobil Suzuki Forsa baru yang kemudian dijual murah seharga Rp 14,5 juta. Hadiah dibagi rata menurut sumbangan dana pembelian. "Seperti mimpi saja. Kerja sampai mati pun tak akan dapat uang sebanyak ini," ujar Bu Toyo, penduduk Dukuh Soko yang kebagian Rp 1 juta. Penjualan mobil merupakan jatah Saadi, Rachmadi, dan Ali. Bagian Saadi sepertiga, sepertiga lagi Rachmadi dan Ali. Sisanya, Rp 4,8 juta, disumbangkan untuk pembangunan jalan desa. Maka, pekan lalu, Desa Beji bersolek. Jalan aspal sepanjang 1,7 km dibangun. Delapan buah jembatan diperbaiki. Tak lupa dipasang sarana komunikasi yang cukup canggih untuk desa itu: interkom. Sang pahlawan, Saadi, dengan uang Rp 5 juta, merombak rumahnya agar lebih besar. Dinding bambu ia ganti batu. "Saya juga beli kalung emas untuk anak dan istri. Lainnya saya belikan petromaks, radio, dan sepeda. Sisanya saya tabung," tutur ayah empat anak itu dengan girang. Yang juga girang adalah agen Porkas di Batang. Sebab, rupanya, nafsu penduduk Beji memasang Porkas makin hebat setelah tebakan mereka tepat. "Dulu dari Beji saja penjualan kupon memasukkan setengah juta, tapi kini meningkat hampir dua kali lipat," kata penjual Porkas di Batang. Artinya, hampir sejuta rupiah mengalir ke luar Beji tiap minggu. Seminggu setelah menang, ada yang memasang huruf B-E-J-I. Dan..., meleset. Kuwono, penduduk Beji yang tak ikut kebagian hadiah -- karena tak ikut pasang rupanya kesal. Kode B-E-J-I itu ia artikan "Bar Entuk Jebul Ilang" (habis dapat rupanya hilang). Toriq Hadad Laporan Rustam F. Mandayun (Biro Yogya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus