Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

kedung ombo

Wawancara Tempo dengan gubernur jawa tengah ismail tentang bakti sosial romo mangun di kawasan kedung ombo, penjagaan ketat oleh aparat, pemotongan uang ganti rugi, bantuan untuk yang pindah ke kayen, dst.

25 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIA sudah ada yang menjuluki "gubernur Kedungombo". Urusannya tentu lebih luas dari itu, tapi Ismail adalah kepala daerah yang akhir-akhir ini paling banyak disebut dalam urusan waduk ini. Tak mengherankan: saat proses ganti rugi tanah lokasi waduk dimulai, 1983, ia sudah jadi gubernur di sana. Di tengah kesibukannya, di Semarang. Sabtu lalu Ismail bersedia berbicara tentang Kedungombo dengan Bandelan Amarudin dan Nanik Ismiani dari TEMPO. Berikut ini kutipan wawancara itu: Kenapa bakti sosial Romo Mangun itu tak disetujui? Saya tidak menolak bakti sosialnya, kemanusiaannya. Tapi semua kan sudah ada aturannya, sudah diorganisasikan: bantuan disalurkan lewat bupati, lalu ke Satgas Kedungombo. Tapi Romo Mangun kan mau membantu anak-anak yang telantar karena ikut orangtuanya di Kedungombo? Kalau memang mau memberikan bantuan, di Yogya pun banyak orang yang membutuhkannya. Eee . . . kok Pak Mangun malah ke sini. Tidak benar ribuan anak-anak telantar di Kedungombo. Kalau anak-anak kadang-kadang membolos sekolah, itu memang disengaja, karena mereka membantu orangtuanya memindahkan rumah, membuat rakit. Kalau berjalan lima kilo meter ke sekolah, kan sudah biasa bagi mereka. Saya juga dulu ke sekolah berjalan jauh, tidak apa-apa. Mengapa Kedungombo dijaga aparat keamanan dan jadi daerah tertutup? Jangan dikira ditutupnya waduk itu karena kami melakukan pendekatan sekuriti yang sempit. Tidak. Sejak waduk itu diresmikan 14 Januari yang lalu, satgas-satgas sudah kami siapkan di sana. Karena air di sana kan naik terus, jadi perlu diadakan operasi penyelamatan terhadap masyarakat yang masih ada di sana. Sejak itu sebenarnya kami sudah melakukan operasi bakti sosial. Hanya bedanya, kami tidak mengundang wartawan, tidak pamer-pamer, dan tidak mengumpulkan tanda tangan. Yang sudah pindah ke Kayen diberi bantuan? Kami bikin air bersih, sekolah, masjid? puskesmas. Sekarang ini pun masih terus dilakukan.Para kiai, ulama, pramuka, juga sebenarnya melakukan bakti sosial ke sana, tapi nggak mbengok-mbengok (berteriak-teriak -- Red). Selama ini banyak dibangun waduk, dan tanah dibebaskan. Tapi kenapa tak terjadi peristiwa seperti di Kedungombo? Sebenarnya masyarakat di sana lugu, mau mengikuti ajakan Pemerintah kalau tak ada oknum dari luar mempengaruhi mereka. Kami tidak repot dan tidak ada ribut-ribut. Yang membuat ribut itu kan malaikat penyelamat itu tadi. Katanya ada anak-anak sekolah terlantar, sopo ngomong? Nggak ada. Katanya ada orang yang dipukuli, omong kosong. Ada yang bilang ABRI memaksa terima ganti rugi, padahal nggak ada apa-apa. Bagaiman pemotongan uang ganti rugi? Itu potongan resmi, misalnya untuk PPN atau PPH. Kabarnya, ada penduduk yang sudah ditransmigrasikan tapi kembali ke Kedungombo karena kecewa? Kami tak menutup mata. Begitu banyak orang yang ditransmigrasikan, tentu ada yang kecewa, tapi jumlahnya kecil. Itu pun kami pakai untuk mengkoreksi kelemahan kami. Sampai kapan penduduk yang bertahan itu diperbolehkan tinggal? Nanti pada elevasi 90, kami harapkan mereka sudah di atas sabuk hijau. Mereka tidak akan kami paksa, biar mereka merekayasa diri sendiri. Memang hasil ini kurang baik bila ada orang yang mengagitasi mereka. Kita semua harus waspada. Jawa Tengah ini kan ibarat petasan sumbu pendek. Tidak menyala, tahu-tahu meledak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus