Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama atau Kemenag tengah menyusun Dhammapada braille untuk penyandang disabilitas netra. Langkah itu untuk mengakomodasi kebutuhan layanan keagamaan pada disabilitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Salah satu concern saya selama memimpin Kementerian Agama adalah bagaimana agar layanan keagamaan juga mudah diakses oleh kalangan disabilitas,” kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemenag sebelumnya sudah telah menghadirkan mushaf Al Quran Braille. Kini, Kemenag menghadirkan juga kitab suci Buddha versi cetak braille yang diawali dengan Dhammapada.
"Saya apresiasi terobosan Balitbang Kemenag dan juga Ditjen Bimas Buddha,” kata Yaqut.
Yaqut berharap Ditjen Bimas lain bisa menghadirkan beragam inovasi lain untuk menghadirkan kemudahan akses umat beragama terhadap kitab sucinya. “Jadi tidak selalu juga dalam bentuk braille, tapi prinsipnya bagaimana umat beragama bisa merasa lebih mudah aksesnya untuk membaca dan mempelajari kitab suci,” ujarnya.
Dirjen Bimas Buddha Supriyadi mengatakan upaya menghadirkan kitab suci Buddha dalam versi cetak braille akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pada tahap awal, terobosan ini dilakukan dengan Dhammapada.
Kehadiran Dhammapada Braille ini sejalan dengan amanah Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Pasal 5 mengatur bahwa penyandang disabilitas memiliki sejumlah hak, salah satunya adalah hak keagamaan. Dalam pasal 14 dijelaskan bahwa hak keagamaan Penyandang Disabilitas antara lain memeluk agama, beribadah sesuai agamanya, memperoleh kemudahan akses dalam memanfaatkan tempat peribadatan, termasuk juga mendapatkan kitab suci dan lektur keagamaan lainnya yang mudah diakses berdasarkan kebutuhannya.
Saat ini, diakui Supriyadi, masih ada keterbatasan bagi kelompok penyandang disabilitas terhadap akses kitab suci agamanya. Penerbitan kitab suci Dhammapada Braille ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi para penyandang disabilitas, khususnya yang beragama Buddha.
"Kami berharap ini bisa bermanfaat bagi mereka dalam mempelajari dharma,” kata Supriyadi.
Dhammapada Braille ini disiapkan oleh tim penyusun Kitab Suci Dhammapada Ditjen Bimas Buddha bekerja sama dengan Yayasan Mitra Netra. Proses penyusunannya dimulai dengan mengubah file dari huruf latin ke dalam huruf braille. Proses penyusunannya berlangsung selama sekitar empat bulan.
Kitab suci braille ini menggunakan bahasa baca atau bahasa bunyi dari Bahasa Pali disertai dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Kitab Suci Dhammapada Braille ini berpedoman pada cetakan Kitab Suci Dhammapada yang diterbitkan oleh Yayasan Dhammadipa Arama edisi ke tujuh tahun 2022.
“Ke depan, kita akan mencoba menyusun versi braille untuk kitab suci lainnya dari agama Buddha,” kata Supriyadi.