Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kemendiktisaintek Anggap Indonesia Bukan Kekurangan Dokter, Cuma Distribusinya Tidak Merata

Saat ini terdapat 131 fakultas kedokteran di Indonesia. Sebanyak 87 di antaranya meluluskan lebih dari 10 ribu dokter setiap tahunnya.

19 Januari 2025 | 07.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dokter memberikan pelayanan imunisasi polio tahap kedua kepada anak saat Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 2024 di Kantor Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Selasa 13 Agustus 2024. Pemerintah Kota Denpasar menyediakan sebanyak 896 pos untuk pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahun 2024. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) Togar M Simatupang menilai Indonesia tidak kekurangan jumlah dokter. Menurut dia, dibanding angka, permasalahan sebenarnya terletak pada persebaran tenaga dokter yang masih kurang merata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Jika saat ini terkesan ada kekurangan dokter, maka persoalannya pada distribusi lulusan dokter yang seharusnya secara geografis tersebar sesuai dengan sebaran penduduk,” ujar dia kepada Tempo pada Sabtu malam, 18 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan Togar tersebut menyusul kebijakan Kemendiktisaintek yang akan mulai membatasi pembukaan fakultas kedokteran (FK) di perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini sebagaimana diungkapkan Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro saat ditemui di kantor BKKBN pada Senin, 13 Januari 2025.

“Kalau mau membuka FK itu, kami sementara batasi dulu,” kata Satryo.

Menurut dia, menambah fakultas kedokteran bukanlah solusi dari kekurangan dokter di Indonesia. Oleh karena itu, kata dia, alternatif kebijakan yang bisa dilakukan adalah dengan menambah kuota penerimaan mahasiswa dari fakultas-fakultas kedokteran yang sudah ada. “Kalau butuh dokter ya kita minta kampus yang ada tambah kuota saja,” ujarnya.

Berdasarkan data yang Togar beberkan, diketahui saat ini terdapat 131 fakultas kedokteran (FK) dengan program studi dokter yang telah berdiri di Indonesia. Sebanyak 87 di antaranya, kata dia, sudah meluluskan lebih dari 10 ribu dokter setiap tahunnya.

“Berarti masih ada 44 FK lain yang berpotensi pada tahun-tahun berikutnya menambah lulusan,” ujarnya menambahkan.

Togar menjelaskan, sebagai upaya mendorong kualitas pengelolaan dan citra pendidikan dokter yang ada, Kemendiktisaintek terus mengevaluasi melalui Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD). Proses evaluasi juga dilakukan bersama Kementerian Kesehatan sebagai salah satu program utama Kemendiktisaintek.

Sementara itu, sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono pernah menyebutkan Indonesia masih kekurangan 120 ribu dokter umum sesuai rasio ideal yang diharapkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan mengatakan saat ini, negara kekurangan sekitar 1.500-an dokter spesialis dengan kemampuan intervensi dalam menangani penyakit jantung di Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes, terdapat sekitar 296 ribu orang di Indonesia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskular setiap tahunnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan tingginya angka kematian tersebut karena Indonesia kekurangan dokter spesialis jantung yang memiliki kompetensi intervensi atau kardio intervensi. Kardio intervensi adalah bidang yang bertujuan untuk membantu penderita penyakit jantung melalui pengelolaan penyakit dan gejala terkaitnya tanpa memerlukan operasi besar.

M. Rizki Yusrial berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus