Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Agar Penularan Penyakit dari Hewan Tidak Menyebar

Penyakit menular yang berasal dari hewan semakin sering ditemukan. Surveilans terhadap manusia dan hewan dibutuhkan. 

10 Maret 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Penyakit menular yang berasal dari hewan semakin sering ditemukan.

  • Kemenkes menyebutkan 60 persen penyakit yang menginfeksi manusia berasal dari binatang.

  • Pemerintah meningkatkan surveilans terhadap manusia maupun hewan peliharaan.

JAKARTA – Kenangan dua belas tahun yang lalu itu masih melekat di ingatan Nikmatur Rohmah. Anak pertamanya hanya bertahan satu jam setelah dilahirkan. Dokter mengatakan, sejak dalam kandungan, bayi Nikmatur sudah terinfeksi zoonosis atau penyakit yang berasal dari hewan. “Dokter tidak spesifik mengatakan dari binatang apa,” kata perempuan berusia 37 tahun ini, kemarin. “Tapi asumsi saya langsung ke kucing, karena saya memelihara kucing.”

Nikmatur sudah menyukai kucing sejak kecil. Ia terbiasa kontak langsung dengan hewan berbulu itu pada saat senggang. Begitu juga saat dia mengandung anak pertama. Ia tidak menyangka kebiasaan ini ternyata berdampak buruk pada kandungannya.

Perempuan kelahiran Gresik, Jawa Timur, ini mengatakan, ketika kehamilannya memasuki usia 9 bulan, ia datang ke klinik untuk menjalani pemeriksaan rutin. Berdasarkan hasil  pemeriksaan menggunakan ultrasonografi (USG), dokter memberi tahu ada sesuatu yang menempel di kepala sang bayi. “Kata dokter, ada sesuatu yang nempel di kepala bayi,” ujarnya.

Dokter klinik kemudian menyarankan Nikmatur ke rumah sakit agar bisa diperiksa lebih intensif. Nikmatur mengikuti saran itu. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan, dipastikan bahwa wujud yang menempel di kepala bayi itu adalah parasit. Dokter memutuskan melakukan operasi. Namun upaya ini tidak berhasil menyelamatkan nyawa sang bayi.

Sejak saat itu, Nikmatur berusaha menjaga jarak dengan kucing. Apalagi setelah beberapa tahun kemudian ia mengandung anak kedua. Sekarang, anak yang dikandungnya telah berusia enam tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Pusat Studi Zoonosis dan Satwa Liar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Wayan Tunas Artama, mengatakan zoonosis yang ditularkan oleh hewan--pada kasus penularan bayi dalam kandungan--adalah jenis parasit toksoplasma. “Itu parasit yang hidup dalam tubuh manusia,” katanya. “Pada ibu hamil, penyakit ini bisa masuk lewat plasenta.”

Penyakit ini sulit dideteksi karena biasanya tidak menimbulkan gejala. Kalaupun ada gejala, serangannya menyerupai flu, seperti sakit kepala, demam, kelelahan, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Infeksi toksoplasma pada ibu hamil bisa menyebabkan masalah serius pada ibu dan janinnya. Untuk deteksi dini, calon ibu biasaya dianjurkan mengikuti tes toksoplasmosis.

Wayan menjelaskan, jika penularan terjadi di awal kehamilan, biasanya berakibat pada kematian bayi dalam kandungan atau lahir tanpa tempurung kepala. Namun, jika penularan terjadi di trimester kedua, ada kemungkinan yang diserang adalah bagian mata. Bayi masih berpeluang bisa diselamatkan, namun dengan kondisi cacat. Sedangkan jika penularan terjadi di trimester ketiga, bayi bisa mengalami retardasi mental (gangguan intelektual).

Menurut Wayan, penularan penyakit dari hewan ke manusia sebenarnya bukan masalah baru. Bahkan bisa dikatakan, dari 1.116 penyakit yang menyerang manusia, 83,8 persen bersumber dari hewan. Penyakit zoonosis itu bisa masuk ke tubuh manusia dalam bentuk parasit, bakteri, virus, dan jamur.

Akhir-akhir ini, kata Wayan, zoonosis semakin sering terjadi. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebutkan saat ini 60 persen penyakit yang menginfeksi manusia berasal dari binatang. Fenomena ini disebabkan beberapa faktor, di antaranya jumlah penduduk yang semakin banyak, globalisasi, industrialisasi, dan juga perubahan iklim. “Sekarang transportasi semakin mudah sehinga mobilitas manusia semakin cepat,” katanya. Pergerakan manusia ini membuat  penyakit juga semakin cepat menyebar. “Misalnya pada kasus Covid-19 dan ebola yang cepat menyebar dari satu negara ke negara lain.”

Dosen Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor, Vetnizah Juniantito, mengatakan penyakit zoonosis terbagi dalam beberap jenis. Adapun  penyakit banyak paling banyak ditemukan di sekitar lingkungan manusia adalah jamur. “Jamur ini terhitung paling ringan,” katanya.

Penularan jamur ke manusia bisa melalui kucing ataupun anjing. Sedangkan penyakit zoonosis yang terbilang agak berat adalah tuberkulosis. “Kami temukan beberapa kasus di sapi, nah ini terdapat pada manusia terpapar,” kata Vetnizah.  Di kota-kota besar, kata Vetnizah, hewan yang kerap menularkan penyakit ke manusia adalah tikus. Air kencing hewan ini mengandung bakteri leptospira. Saat musim hujan dan terjadi banjir, leptospirosis menyebar dan menulari manusia. “Jika terkontaminasi secara langsung, bisa menyebabkan kerusakan ginjal,” ujarnya.

Petugas Dinas Pangan & Pertanian menyuntikkan vaksin flu burung pada unggas milik warga di Kelurahan Padasuka, Cimahi, Jawa Barat, 9 Maret 2023. TEMPO/Prima mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan leptospirosis memang menjadi salah satu penyakit zoonosis yang saat ini paling banyak ditemukan di Indonesia. “Sementara di dunia adalah kasus flu burung,” katanya. “Di Indonesia saat ini belum ditemukan kasus flu burung pada manusia.”

Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit zoonosis, pemerintah saat ini meningkatkan koordinasi lintas sektor untuk surveilans. "Proses surveilans tidak hanya dilakukan pada manusia, tapi juga pada binatang,” kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono. “Sehingga surveilans tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, tapi juga Kementerian Pertanian, dan juga kementerian lain terkait."

Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 7 Tahun 2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru. Lewat aturan ini, surveilans di Indonesia tidak hanya dilakukan pada manusia, tapi juga pada hewan-hewan peliharaan.

Dante mencontohkan beberapa jenis penyakit yang berasal dari hewan, yakni antraks, leptospirosis, dan rabies. Leptospirosis bukan hanya berasal dari air kencing tikus, tapi juga bisa dari anjing, babi, kuda, dan sapi. Dengan adanya surveilans, baik terhadap manusia maupun hewan peliharaan, penyakit zoonosis bisa dideteksi lebih dini sehingga langkah-langkah penangannya pun bisa cepat diambil. 

JIHAN RISTIYANTI | ANT

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus