Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kolonel Latief Bicara Soal Asal-usul Isu Dewan Jenderal dan Kudeta 5 Oktober

Kolonel Latief salah seorang pimpinan operasi G30S pernah mengungkap soal asal-usul isu Dewan Jenderal dan rencana kudeta terhadap Presiden Sukarno

4 Oktober 2021 | 16.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga nonton bareng (nobar) pemutaran film pengkhianatan G30S/PKI di Lapangan Hiraq Lhokseumawe, Aceh (23/9) malam. Nobar pengkhianatan G30S/PKI yang diperintahkan Panglima TNI kepada jajaran TNI diseluruh daerah di Indonesia itu bertujuan mengingatkan kembali sejarah peristiwa pemberontakan PKI terhadap NKRI pada 30 September 1965, sekaligus kemanunggalan TNI dengan rakyat meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya laten komunisme serta menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta Tanah Air. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kolonel Latief, pada 1965 adalah Komandan Brigade Infanteri atau Brigif I Kodam V Jakarta Raya atau Kodam V Jaya. Meski Kolonel Abdul Latief sudah punya tiga melati dipundak, namun dalam tim pasukan G30S ia menjadi bawahan Untung yang baru punya dua melati.   

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di saat Letkol Untung, Brigjen Supardjo dan pimpinan G30S lainnya dihukum mati, Kolonel Latief bisa berumur panjang, dihukum seumur hidup, dan bahkan bisa merasakan udara bebas saat rezim Orde Baru tumbang pada 1998.

Komandan Brigade Infanteri (Brigif) I Kodam V Jakarta Raya (Jaya)

Baca selengkapnya di artikel "Kekhawatiran Kolonel Latief dalam Rapat Terakhir G30S", https://tirto.id/cxrF
Komandan Brigade Infanteri (Brigif) I Kodam V Jakarta Raya (Jaya)

Baca selengkapnya di artikel "Kekhawatiran Kolonel Latief dalam Rapat Terakhir G30S", https://tirto.id/cxrF

Peristiwa Gerakan 30 September atau G30S pada 1965 masih menyimpan sejumlah tanda tanya. Ada banyak teori dan asumsi yang menjelaskan mengapa peristiwa pada Jumat dini hari 1 Oktober 1965 itu bisa terjadi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rezim Orde Baru di bawah Jenderal Besar purnawirawan Soeharto dengan jelas menuding PKI atau Partai Komunis Indonesia berada di balik gerakan penculikan para jenderal eite TNI AD. 

Namun, banyak juga ahli yang menyebut bahwa G30S tidak ada kaitan dengan PKI. Peristiwa tersebut dinilai sebagai imbas dari pertarungan antar klik atau kubu di dalam tubuh TNI AD.   

Salah satu pelaku inti Kolonel Abdul Latief mengungkapkan bahwa mereka, sebagai perwira muda, ingin menyelamatkan Presiden Sukarno dari ancaman kudeta sekelompok jenderal yang dinamai sebagai Dewan Jenderal.

Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Tempo pada April tahun 2000, Abdul Latief mengungkapkan bahwa mereka ingin menggagalkan Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap Presiden Sukarno.

Kolonel Latief mengaku pertama kali diajak Letkol Untung untuk masuk dalam tim yang belakangan hari menamai diri mereka sebagai G30S. "Saya dan teman-teman bertekad untuk melawan dan menggagalkan Dewan Jenderal," ucap Latief dalam wawancara tersebut.

Dalam sebuah wawancara yang lain, Abdul Latief mengatakan isu Dewan Jenderal tersebut sudah lama beredar di kalangan perwira muda. Bahkan Latief, mengungkapkan Brigjen Supardjo Panglima Komando Tempur II dalam Komando Mandala Siaga (Kolaga), mengaku punya bukti tentang isu Dewan Jenderal yang melakukan kudeta pada Hari Ulang tahun ABRI 5 Oktober 1965. Belakangan hal ini ia sampaikan pula kepada Presiden Sukarni pada 1 Oktober 1965.    

Latief mengungkapkan ide untuk menghadapkan para jenderal ke hadapan Presiden Sukarno adalah ide mereka. "Kalau para jenderal itu tidak dijemput, yang terjadi adalah kudeta," ucapnya dalam wawancara Tempo. "Presiden Sukarno menjadi sasaran pokok untuk digulingkan," ujarnya. 

Namun, operasi G30S mulai buyar setelah pasukan di lapangan menembak mati sejumlah jenderal yang hendak dijemput. 

Abdul Latief membantah bila itu terjadi atas perintah PKI atau Ketua CC PKI DN Aidit. Latief mengaku tak pernah sama sekali bertemu dengan DN Aidit. "Padahal, ketemu rai (wajah) saja belum pernah." ujarnya dalam wawancara Tempo tahun 2000 silam.    

 

 

BANGKIT ADHI WIGUNA | IQBAL MUHTAROM

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus