NOMOR kembar sampai masuk kartu penduduk, tentu urusannya bisa jadi gempar. Inilah yang dialami Mohamad Mokhtar bin Md. Hanafiah, penghuni kampus Universitas Sains Malaysia, Pulau Penang, Malaysia. Tak disebutkan apakah ia dosen, mahasiswa, ataukah karyawan. Dan awal Januari lampau ia datang di kantor cabang Jabatan Pengangkutan Jalan (JPJ) semacam DLLAJR di Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Maksudnya untuk memperpanjang surat izin mengemudi atau SIM. Setelah petugas memprosesnya di komputer, ternyata nomor kartu penduduk dan SIM-nya persis sama dengan milik Ng Kok Soon, yang tinggal di Jalan Munshi Abdullah 53, Melaka. Akibatnya, permohonan Mokhtar ditolak. "Kok, nomor KTP dan SIM saya masuk komputer atas nama orang lain?" gerutunya. Ia tak nyenyak tidur seminggu. Setelah membongkar arsip status kewarganegaraannya, barulah Mokhtar memperoleh SIM yang baru. "Kasus seperti ini bukan pertama. Mungkin ada pihak tertentu memalsukan KTP," kata juru bicara JPJ, Roslan Alang, seperti dikutip harian Utusan Malaysia, pekan lampau. Kasus KTP ini di Jakarta lain lagi. Terutama sejak mekarnya kawasan permukiman dalam radius Bogor, Tangerang, Bekasi, kabarnya banyak warga Jakarta yang sudah boyong ke tanah baru itu masih tetap mengantongi KTP Ibu Kota. Padahal, di permukiman baru mereka punya KTP lagi. Dalam hitungan jumlah penduduk yang cuma menyimak angka, tentu terkesan ada lonjakan. Hingga menimbulkan tanda tanya: berapa sih persisnya penduduk Indonesia? Kembali ke Malaysia. Dengan penduduk belum sampai 20 juta jiwa, tampaknya tak sulit mengawasi pemalsuan dokumen negara. Tapi sering juga kecolongan, rupanya. Dan belakangan banyak warga asing menganggap Malaysia sebagai tambang rezeki, hingga banyak yang masuk lewat pintu belakang, termasuk dalam cara memperoleh SIM. Lesen memandu ini bobotnya setara dengan KTP jika berurusan dengan kantor-kantor resmi. Menurut laporan Ahmad Latif dari TEMPO, yang kurang sedap bagi orang Melayu ialah banyak pemegang SIM yang tercantum berstatus warga negara Malaysia itu tak bisa bercakap Melayu bahasa wajib di negeri jiran tersebut. Bahasanya masih totok dari tanah besar Cina. Kini Ng Kok Soon dilacak petugas JPJ karena dianggap memalsukan nomor KTP Mokhtar. Bahkan lebih jauh SIM atas namanya juga dicurigai palsu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini