Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Tenggelamnya harapan kita

Musibah tenggelamnya km harapan kita dan km intim di perairan kalimantan barat karena melanggar peraturan. kapal tersebut sarat muatan dan barang dijejali dengan penumpang. (dh)

7 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSIBAH Tampomas II tak hanya menenggelamkan kapal dan ratusan penumpang itu saja. Tragedi laut terbesar di Indonesia itu ternyata membenamkan juga berita musibah pelayaran lain yang kalah dramatis dari bencana Tampomas II. Misalnya yang terjadi dengan kapal layar motor (KLM) Harapan Kita di Kalimantan Barat. Rabu 7 Januari lalu. KLM Harapan Kita tenggelam di Muara Jungkat, Sungai Kapuas Kecil, setelah 2 jam berlayar. Kapal layar motor kayu bermesin 60 PK dan berukuran muatan maksimal 25 ton ini hanya mempunyai izin mengangkut barang. Menurut dokumen yang diajukan ke Syahbandar Pontianak, kapal ini menganglut 100 drum solar. Kenyataannya selain muatan solar itu, Harapan Kita juga mengangku 151 drum bensin, minyak tanah dan minyak pelumas. Masih ada lagi. Kapal barang berawak 12 orang ini ternyata dijejali juga dengan 129 orang penumpang, terdiri dari buruh kontrak penebang kayu yang akan dipekerjakan di suatu perusahaan perkayuan di Kalimantan Tengah. Setelah tenggelam yang ditemukan selamat hanya (55) orang. Delapan orang ditemukan mati dan 78 sisanya sampai sekarang belum ditemukan. Diduga mereka yang hilang ini juga menjadi korban, hingga musibah Harapan Kita merupakan salah satu musibah pelayaran yang besar di Indonesia. Penyebab kecelakaan ini diperkirakan karena muatan yang sangat berlebih. Tak Berkuasa Banyak kejanggalan diketahui setelah tenggelamnya Harapan Kita. Kapal milik A Tjai dan diageni oleh PT Pelayaran Samura Raya ini pada 7 Januari mengajukan permohonan berlayar pada Syahbandar Pontianak untuk mengangkut 100 drum solar ke Pangkalanbun, Kal-Teng. Syahbandar kemudian mengeluarkan Surat Izin Berlayar (SIB). Apakah pihak Syahbandar melakukan pengecekan? "Dicek ke kapal pada 7 Januari pukul 14.00," jawab Simanungkalit, salah satu petugas Kesyahbandaran Pontianak. Dan katanya dokumen KLM Harapan Kita telah memenuhi persyaratan. Pernyataan itu menimbulkan pertanyaan. Menurut banyak saksi, KLM Harapan Kita berangkat pada 6 Januari sore. Menurut keterangan beberapa penumpang yang selamat dan diperiksa polisi, karena penuhnya muatan mereka terpaksa jongkok atau duduk di atas drum. "Melonjorkan kaki pun susah," kata seorang penumpang seperti ditirukan seorang polisi. Jarak Pelabuhan Pontianak dan Muara Jungkat (tempat kapal tenggelam) biasa ditempuh kapal yang berbobot di atas 100 ton sekitar 3 jam. Kapal sekecil Harapan Kita jelas memerlukan lebih banyak waktu. Padahal kapal itu tenggelam setelah dua jam berlayar. Hingga tidak masuk akal keterangan pihak Syahbandar bahwa SIB diberikan pada 7 Januari satu jam sebelum kapal berangkat. Toh pihak yahbandar tetap bersikeras. "Pengurus kapal itu datang pada tanggal 7 Januari. Izin keluar hari itu juga. Kami tidak tahu kapal berangkat tanggal 6," ujar Wardi, Syahbandar Pontianak pekan lalu. Wardi mengakui SIB Harapan Kita diberikan dengan sepengetahuannya. "Anak buah saya yang ngurus," tambahnya. Bagaimana mungkin SIB diberikan, sedang muatannya menyalahi peraturan? "Muatannya yang saya tahu 100 drum solar. Di mana dimuatnya saya tidak tahu," kata Wardi. Tentang adanya seratus lebih penumpang ia merasa, tidak salah. "Soal penumpang bukan saya yang kasi izin," kata Wardi dengan nada tinggi. Wardi juga mengangkat bahu tatkala ditanya soal penyelesaian musibah ini. Para penumpang itu menurut pendapatnya tergolong penumpang gelap. "Penanggung jawabnya nakoda. Saya dengar dia belum ditemukan. Ya menunggu sampai dia ditemukan," katanya. Dalam kenyataannya, nakoda umumnya tidak mempunyai kuasa. Yang berkuasa adalah cincu, pengurus atau pemilik kapal. Ia yang menentukan waktu berangkat atau muatannya. Suatu tim dari Kodak V Kal-Bar kini masih mengusut musibah ini. Namun satuan Polisi Perairan yang dikirim dan menolong kecelakaan ini ternyata tak diikutsertakan dalam tim ini. Para buruh yang selamat sudah dikembalikan ke daerahnya masing-masing. Musibah Harapan Kita bukan satu-satunya bencana yang terjadi di pekan pertama Januari lalu. Empat hari sebelumnya kapal motor Intim tenggelam di sebelah utara Pulau Kabung Kalimantan Barat. Kapal berbobot 68 ton dan berawak 15 orang ini juga kapal barang. Namun ketika tenggelam ternyata mengangkut 108 buruh kontrakan. Keberangkatannya dari Sungai Sekura, Kabupaten Sambas pada 2 Januari lalu setelah diperiksa dan disaksikan petugas Syahbandar Sekura. Menurut pihak Satuan Polisi Perairan Kodak V Kal-Bar, pembantu syahbandar di Segura Amin Daud memberikan dispensasi pada KM Intim untuk mengangkut 60 penumpang, walau yang dilaporkan pada Syahbandar Pontianak hanya 30 orang penumpang. Nasib Intim lebih baik dibanding Harapan Kita. Korban yang tenggelam dan mati hanya 5 orang sedang seorang lagi hilang. Amin Daud sendiri kabarnya menolak memberikan keterangan pada Kores 503 Singkawang. "Saya hanya boleh diperiksa oleh kalangan syahbandar sendiri," begitu sumber TEMPO mengutip ucapan Amin Daud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus