Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

La Nyalla, Obor Rakyat dan Isu Jokowi PKI

La Nyalla mengakui pernah memfitnah Jokowi beragama Kristen dan keturunan Cina, serta menyebarkan Obor Rakyat di Jawa Timur.

12 Desember 2018 | 14.40 WIB

La Nyalla Mattalitti. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Perbesar
La Nyalla Mattalitti. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Isu Partai Komunis Indonesia (PKI) agaknya masih melekat pada Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Isu tersebut kemudian cukup mengganggu Jokowi, sehingga berkali-kali dia menepis isu tersebut dalam berbagai forum-forum publik. Bahkan, Jokowi sempat melontarkan kata-kata 'tabok' penyebar isu hoax Jokowi PKI.

Baca: La Nyalla Blak-blakan Mengakui Sebarkan Isu Jokowi PKI di 2014

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Shadzily menjelaskan, hal tersebut dilakukan Jokowi karena masih banyak masyarakat yang percaya bahwa Jokowi simpatisan PKI, terutama di Jawa Barat. "Data internal kami, 6 persen masyarakat masih percaya Pak Jokowi itu PKI. Itu yang harus dibantah Pak Jokowi di berbagai forum dan pertemuan," ujar Ace Hasan saat ditemui Tempo di bilangan Menteng, Jakarta pada Senin, 12 November 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berkali-kali, Jokowi membantah bahwa dirinya sama sekali tidak ada sangkut-paut dengan PKI. "Saya ini lahir tahun 1961. PKI itu ada tahun 1965. Saya berusia empat tahun ketika itu. Masak ada anggota PKI balita? Ini kan nggak bener," kata Jokowi dalam berbagai forum.

Bermula dari Obor Rakyat

Isu Jokowi PKI telah berembus sejak Jokowi maju dalam pemilihan presiden 2014. Isu itu juga mencuat lewat tabloid Obor Rakyat yang terbit pertama kali pada Mei 2014 dengan judul 'Capres Boneka' dengan karikatur Jokowi sedang mencium tangan Megawati Soekarnoputri. Obor Rakyat menyebut Jokowi sebagai simpatisan PKI, keturunan Tionghoa dan kaki tangan asing. Dalam waktu singkat tabloid ini menghebohkan masyarakat pada masa itu.

Baca: La Nyalla Akui Sebar Obor Rakyat, Gerindra: Harusnya Dia Dibekuk


Obor Rakyat Bukan Produk Pers

Pada 4 Juni 2014, tim pemenangan capres dan cawapres Jokowi-JK melaporkan tabloid itu ke Badan Pengawas Pemilu. Bawaslu menjadikan tabloid itu sebagai bukti, dan melimpahkannya ke Bareskrim Mabes Polri. Dalam prosesnya, Tim Tabur atau Tangkap Buron Kejaksaan berhasil menangkap pemimpin redaksi dan penulis tabloid Obor Rakyat Setiyardi Budiono dan Darmawan Sepriyosa.

La Nyalla Mengakui 'Dosa'

La Nyalla Mengakui 'Dosa'

Kemarin, eks kader Gerindra La Nyalla blak-blakan mengaku bahwa dirinya yang menyebarkan tabloid Obor Rakyat di Jawa Timur. Mantan Ketua Umum PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) itu mengaku telah meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi atas perbuatannya tersebut. "Saya sudah minta maaf ke Pak Jokowi. Saya datang ke beliau, saya minta maaf bahwa saya yang isukan Pak Jokowi PKI," ujar La Nyalla saat ditemui di kediaman Ma'ruf Amin, Selasa, 11 Desember 2018.

Baca juga: Kata Gerindra Soal Tantangan Adu Salat La Nyalla ke Prabowo

Selain itu, La Nyalla juga mengaku pernah memfitnah Jokowi beragama Kristen dan keturunan Cina. "Saya yang sebarkan Obor di Jawa Timur dan Madura," ujar dia.

Menurut La Nyalla, permintaan maafnya sudah diterima oleh Jokowi. Untuk menebus kesalahannya, La Nyalla mengaku sudah berkeliling ke berbagai daerah dan memviralkan bahwa Jokowi bukan PKI. "Saya minta maaf dan mengaku bahwa saya yang sebarkan isu PKI itu, saya yang ngomong Pak Jokowi PKI dan agamanya enggak jelas, saya sudah minta maaf," ujar dia.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan, seharusnya La Nyalla ditangkap atas pengakuannya itu. "Redaksi Obor Rakyat sudah divonis bersalah. Harusnya La Nyalla ditangkap," ujar Arief saat dihubungi Tempo pada Selasa malam, 11 Desember 2018.

Arief mengatakan, gaya kampanye dengan Obor Rakyat bukanlah gaya seorang Prabowo Subianto. Arief menilai sikap mantan ketua umum PSSI itu yang menyebabkan kekalahan Prabowo-Hatta di pilpres 2014. "Akibat La Nyalla yang membuat kampanye hoax dan tidak simpati, akhirnya Jokowi-JK dapat simpati masyarakat dari Obor Rakyat itu," ujar dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus