LANGKAH Gubernur Alala dijegal bertubi-tubi. Sejak ditunjuk menjadi care taker sebulan lalu, tak kurang dari sembilan kali ia digoyang demonstrasi. Bahkan rumah Gubernur Sulawesi Tenggara itu di Kendari sempat dua kali diduduki pengunjuk rasa yang berlindung di bawah atribut Forum Perjuangan Aspirasi Rakyat Sulawesi Tenggara. Yang mungkin paling tragis adalah penculikan tiga orang dekatnya. Mereka adalah H. La Runa dan Nilus La Rangka -- wakil ketua dan anggota DPRD Kabupaten Muna -- serta Kepala Bagian Pemerintahan Muna, Hariman Thalib. Dan yang terakhir adalah ancaman Menteri Rudini pekan lalu. Alala akan diganti bila tak mampu menyiapkan pemilihan gubernur penggantinya. Seperti yang terungkap dalam laporan polisi, tiga orang korban itu diciduk 20 penculik dari mess Pemda Buton. Ketiganya diinapkan di rumah seorang pejabat Bappeda Sul-Tra. Di sana, mereka dipaksa meneken pernyataan mencabut dukungan atas empat calon gubernur pilihan Alala. Para penculik juga minta mereka mendukung Laode Kaimuddin, yang mendapatkan lampu hijau dari Golkar pusat tapi tak dikehendaki Alala maupun Golkar setempat sebagai calon. Menurut seorang tokoh yang terlibat penculikan kepada TEMPO, hal itu tak seluruhnya benar. "Kami hanya minta keterangan kenapa mereka membuat dukungan atas calon gubernur versi Golkar Sul-Tra itu," katanya. Akhirnya, Kaimuddin, yang sebelumnya ditolak Ketua DPRD Madjid Joenoes -- sekubu dengan Alala -- memang masuk calon nomor lima. Dan Alala sendiri tampaknya tak bisa berbuat lain kecuali membiarkan Kaimuddin dicalonkan. "Tak ada masalah," kata Alala. "Yang penting sesuai dengan prosedur." Selain dicalonkan Golkar Pusat, Kaimuddin, yang kini pembantu gubernur Sul-Tra wilayah daratan itu, juga dijagokan Fraksi ABRI, PDI, dan PPP di DPRD. Jalan Kaimuddin tambah mulus bila usulan tata tertib DPRD -- agar calon gubernur mesti didukung tiga fraksi -- gol. Ini tampaknya langkah untuk mengganjal calon Alala, Soleh Solahuddin. Apalagi bila "Kelompok 17", yakni 17 orang dari 34 anggota FKP yang pernah menolak Ketua DPRD jago Alala tempo hari, mendukung Kaimuddin. Memang, unjuk rasa dan penculikan itu tampak tertib dan aman. Sejumlah sumber TEMPO menyebut aksi massa itu "seizin" aparat keamanan. Kebetulan Fraksi ABRI, yang pernah gagal mendudukkan Soedjatmiko sebagai Ketua DPRD yang tak dikehendaki Alala itu, punya calon lain, Andrey Jufri. Namun, Letkol. Siradjuddin, Kepala Pendam Wirabuana, membantahnya. "ABRI tak mendukung dan memberi peluang pada demonstran." Hal itu terjadi, katanya, karena pihak keamanan menilai, jika dilarang justru bisa menimbulkan gejolak yang lebih keras. Demikian halnya dengan pendudukan rumah gubernur. "Itu karena keterbatasan personel," kata Letkol. Irianto, Komandan Kodim Kendari. "Rumah dinas itu begitu luas." Yang tampaknya jadi lancar adalah pencalon gubernur Sumatera Barat. DPRD telah menyerahkan lima calon kepada Menteri Rudini pekan lalu. Di antaranya Yanuar Muin, Sjoerkani dan Sjahrul Ujud, dan Hasan Basri Durin, yang kebetulan tak dikehendaki Departemen Dalam Negeri. Desakan agar Durin tak mengulang jabatan tampaknya masih deras. Senin pagi, Durin telah menemui Menteri Rudini. Kecuali melapor masa jabatannya habis akhir bulan ini, menurut sumber TEMPO di departemen itu, Durin juga menyampaikan pengunduran diri sebagai calon. Maka, katanya, calon yang akan dipilih di DPRD mungkin Yanuar, Sjoerkani, dan Sjahrul. Agus Basri, Fachrul Rasyid, dan Waspada Santing
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini