FERNANDO de Araujo tak pernah memakai sepatu Reebok. Tokoh antiintegrasi Timor Timur ini biasa memakai sepatu kulit buatan Bandung. Toh anak Ainaro, Tim-Tim, yang kini meringkuk di LP Cipinang Jakarta itu diberi penghargaan hak asasi Reebok Human Right Award, oleh perusahaan sepatu beken itu. Fernando, 26 tahun, dianggap oleh Reebok telah berjasa memperjuangkan hak asasi manusia. Dan awal Oktober lalu, dari markas Reebok di Stoughton, Amerika Serikat, Fernando diumumkan sebagai penerima award kelima tahun ini bersama "pejuang" hak asasi dari Amerika, Irlandia Utara, dan Zaire. Masing-masing mendapat US$ 25.000 di Boston, AS, Desember nanti. Fernando dicatat Reebok sebagai pimpinan Renetil, organisasi mahasiswa yang menentang integrasi Tim-Tim. Ia juga dianggap mampu mengumpulkan informasi tentang pelanggaran hak asasi, membangun organisasi pemuda demi hak asasi, dan mengorganisasikan demonstrasi. Karena demonstrasi itulah Fernando dihukum penjara 9 tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Mei lalu. Fernando terbukti ikut menggerakkan demo di Jalan Thamrin Jakarta, beberapa hari setelah insiden Dili, 12 November 1991, meletus. Fernando, yang bernama samaran La Sama, sebenarnya mempunyai "markas" di Bali. Dia adalah mahasiswa yang dikirim Pemerintah Daerah Timor Timur untuk kuliah di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Udayana Bali. Padahal, ia sebenarnya tertarik untuk belajar politik atau hukum. Karena itu, tahun 1989 dia berhenti dan aktif sebagai sekjen Renetil. Namun dia menolak kalau Renetil dikatakan berpayung pada Fretilin. "Gerakan kami antikekerasan dan tak berafiliasi ke suatu partai," ujarnya. Tiga tahun lalu ia ditolak minta suaka ke Kedubes Jepang. Apa komentarnya menerima Reebok Award itu? "Saya senang karena dunia menghargai perjuangan kami," katanya. Namun, rasanya sulit untuknya hadir di acara penyerahan award nanti. Dan Fernando agaknya tahu bahwa penghargaan itu cuma provokasi buat Indonesia. Lebih lagi, enam anggota senat AS ikut juga angkat bicara soal Fernando dan Reebok Award itu. Dalam surat bertanggal 5 Oktober pada Presiden Soeharto, para ang gota senat AS itu juga minta agar pemuda demonstran itu dibebaskan. Di antara penanda tangan, ada Senator Claiborne Pell yang pernah ditolak masuk ke Dili tahun lalu, dan Senator Edward Kennedy, dari keluarga bekas presiden John F. Kennedy. Tampaknya, pemerintah Indonesia tak begitu pusing dengan urusan Reebok Award tadi. Menteri Moerdiono mengaku belum mendengar soal tersebut. "Masa, orang memimpin demonstrasi malah mendapat award. Kalau begitu caranya, ya, semua orang nanti pada demonstrasi," katanya kepada Leila S. Chudori dari TEMPO Sabtu lalu. Menteri Kehakiman Ismail Saleh hanya menanggapi permintaan senat AS untuk membebaskan Fernando. "Apa hak mereka menuntut kami membebaskannya. Ini kan negara berdaulat," katanya. Dirjen Pemasyarakatan Baharuddin Lopa, yang tengah berada di AS, ketika dihubungi TEMPO berucap, "Selama ini Indonesia belum pernah memberi izin narapidana melakukan perjalanan ke luar negeri." Jadi, kalau Fernando nanti bisa hadir di Boston, pasti namanya "aneh bin ajaib". Toriq Hadad, Leila S. Chudori, Nunik Iswardhani, Andy Reza (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini