Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik sekaligus Direktur Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, menilai pesan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk tidak membawa orang toxic atau bermasalah ke kabinetnya, bisa menjadi pisau bermata dua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasalnya, kata Karyono, lontaran pernyataan Luhut justru kontra dengan narasi rekonsiliasi, persatuan, merangkul dan gotong royong membangun Indonesia yang terus digaungkan Prabowo. "Pernyataan Luhut ibarat pisau bermata dua, di satu sisi bermanfaat untuk mensterilkan pemerintahan dari unsur toxic tapi di sisi lain berpotensi menganggu relasi politik Prabowo-Gibran," kata Karyono saat dihubungi Tempo pada Rabu, 8 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, pernyataan Luhut juga berpotensi mengganggu ikhtiar Prabowo dalam menggalang partai politik untuk memperkuat pemerintahan karena menimbulkan rasa saling curiga dan ketersinggungan.
Meski demikian, Karyono menyebut, orang-orang toxic yang dimaksud tidak jelas ditujukan kepada siapa dan pihak mana. Dia menyebut, jika yang dimaksud Luhut adalah partai politik yang tidak termasuk dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) karena bisa berpotensi menjadi toxic, maka saran Luhut bisa dinilai positif.
Namun, di sisi lain, hal itu sangat sensitif dan beresiko bagi pemerintahan Prabowo-Gibran ke depan. Pasalnya, kekuatan KIM di parlemen memang mencapai sekitar 280 kursi dari 580 kursi, tapi masih belum mencapai 50 persen. "Karenanya, Prabowo terus berusaha merangkul partai politik di luar KIM dengan tujuan menambah kekuatan politik di parlemen untuk menciptakan stabilitas pemerintahan," kata dia.
Sebelumnya, Juru bicara Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi, menjelaskan maksud "orang toxic" yang disebut Luhut dalam konteks pemerintahan ke depan. Menurut Jodi, Luhut menggunakan istilah tersebut untuk merujuk kepada pihak-pihak yang berpotensi menghambat kemajuan program alias bertentang dengan visi dan misi pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Pak Luhut menggunakan istilah toxic untuk merujuk kepada pihak-pihak yang cenderung menghambat kemajuan program kabinet karena tidak sejalan dengan visi dan arah yang telah ditetapkan,” kata Jodi ketika dihubungi, Sabtu, 4 Mei 2024.
Jodi merinci, istilah tersebut juga menyoroti pentingnya kesatuan fokus dalam menjalankan program-program pemerintahan untuk kepentingan bersama. “Hal ini mencerminkan pentingnya kesatuan fokus dalam menjalankan program-program pemerintahan demi kepentingan bersama,” ujar dia.
Adapun Luhut menegaskan pesannya kepada Prabowo Subianto itu dalam acara “Jakarta Future Forum: Blue Horizons, Green Growth” di Jakarta, pada Jumat, 3 Mei 2024.
Menurut Luhut, ini merupakan pelajaran yang ia peroleh dari pengalamannya dalam pemerintahan selama 10 tahun terakhir, di bawah kabinet Presiden Jokowi. Dia menyoroti masalah regulasi oleh pemerintah yang bisa bertentangan dengan kepentingan nasional sebagai salah satu permasalahan dalam pemerintahan Indonesia.
“Untuk presiden terpilih, saya bilang jangan bawa orang toxic ke pemerintahanmu, itu akan sangat merugikan kita,” ucap Luhut seperti dilansir Antara.
YOHANES MAHARSO | DEFARA DHANYA